8 tahun kemudian.
Wanita berambut pendek itu sudah berdiam diri sekitar 30 menitan di depan batu nisan. Tiap tahun ia pasti menyempatkan diri untuk berziarah ke pemakaman ini. Dengan bunga tulip merah sebagai pendamping.
"Udah 8 tahun, ya? Waktu cepet banget berlalu, Ra."
"...."
"Aku kangen banget sama kamu. Kapan datang main ke mimpiku?"
"...."
"Ra, kamu tau nggak? Sekarang Leo jadi gitaris terkenal, loh. Hehe. Semua berkat aku!"
"...."
"Waktu itu, aku iseng rekamin Leo yang lagi main gitar terus upload ke youtube. Eh, lama-lama dia jadi terkenal. Video terakhirnya aja sampe tembus 20juta penonton. Sekarang Leo udah sibuk konser dimana-mana. Kadang di Malang, Bandung, Surabaya. Pernah juga diundang ke Malay, Singapur. Besok kebetulan dia konser di Jakarta. Aku mau nonton, ah!"
"...."
"Oh iya, Tante Dira titip salam untuk kamu. Dia juga minta maaf belum bisa dateng jengukin kamu. Masa tahanannya seumur hidup dan belum dapet keringanan sama sekali buat keluar."
"...."
"Eum. Ra, sorry. Aku harus duluan. Mau jemput Weggy di airport. Dua hari lagi kamu ultah. Nanti aku dateng bawain kopi kesukaanmu. Dadahh, Ra."
Usai mengusap lembut batu nissan di hadapannya, wanita berambut pendek itu bangkit berdiri. Baru saja noleh ke belakang, ia mendapati tatapan rapuh dari sosok lelaki yang menyimpan luka dalam.
"Leo?" Adiva nyaris tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seorang Leo datang kemari? Padahal sejak Arabelle meninggal 8 tahun, Leo belum pernah sekalipun menginjak kaki ke kuburan ini.
8 tahun adalah waktu yang sangat lama. Leo butuh waktu selama ini untuk akhirnya memberanikan diri berziarah ke pemakaman gadis kesukaannya.
Selama ini, Leo masih kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa Arabelle telah tiada.
Selama ini juga, tak ada lagi senyuman yang terukir di wajah Leo. Ia bahkan jadi jarang bicara. Auranya terkesan semakin dingin semenjak kematian Arabelle.
"Hai, Belle," sapa Leo dengan suara parau.
"Le ... kamu gapapa? Kalo gak kuat balik aja. Aku gak tega lihat kamu sedih begini," ujar Adiva melihat Leo kini berlutut di hadapan batu nissan pemakaman Arabelle. Bahu cowok itu tampak bergetar. Sesekali ia menyeka air mata yang hendak berjatuhan.
Adiva ikut berlutut di sisi Leo. Dengan lembut, ia mengusap-usap punggung Leo. "Le, balik aja yuk? Aku tadi udah laporan ke Ara tentang kamu, kok."
"Kalo dia gimana keadaannya?" tanya Leo melemah.
"Dia?" Adiva mengukirkan senyuman di wajah. "Aku yakin dia baik-baik aja dan bahagia banget di alam sana!"
"Benar, Div?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIVA (END)
Ficção AdolescenteSebuah perjodohan yang membuat Alvian dan Adiva harus terikat hubungan pernikahan tidak berjalan mulus. Faktanya, Alvian sama sekali tidak menyetujui perjodohan itu. Terutama, Alvian sudah memiliki orang yang ia sayangi, Arabelle. Dan lagi, Alvian d...