34. Kehilangan Masa Depan 🌷

18.1K 1.4K 217
                                    

Holla update lagi setelah lapak ini berdebu. Wkwk.

Kangen gak?
Kangen dong masa enggak 🤣

Yuk, yang lupa alur baca part sebelum2nya dulu.

Yuk, yang lupa alur baca part sebelum2nya dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nikmati kebebasan selagi ada - ALVIVA" 🌷

"Kami curiga Alvian itu pelaku dari kasus kematian Rean Anggara. Saya harap kerja samanya. Alvian wajib kami bawa ke kantor polisi," jelas polisi berhidung mancung itu.

"Gak mungkin. Gak mungkin. Anak saya gak mungkin pelakunya. Kalian salah orang!" elak Lia tentu tidak terima.

"Pembunuh nggak akan mengaku kalo mereka pembunuh. Tolong jangan buang waktu kami, panggil anak Anda keluar atau kami masuk ke dalam."

"Nggak. Anak saya nggak ada di rumah." Lia masih bertahan di depan pintu dengan merentangkan kedua tangannya. Tentu ia tidak mau Alvian dibawa polisi, hal itu akan mencorengkan nama baik keluarganya.

"Kalo gitu, mohon maaf kami masuk ke dalam." Polisi berhidung mancung itu memberi aba-aba kepada dua rekan kerjanya. Mereka langsung menyerbu masuk ke dalam disertai teriakan dari Lia.

"GAK ADA! ALVIAN GAK ADA DI RUMAH!"

Alvian yang sedang berada di ruang makan reflek berdiri dan malah berjalan ke depan. "Ada apa?"

"Kamu Alvian?" tanya polisi.

"Iya. Ada apa?"

"Pakein borgol aja. Saya takut dia kabur. Tangkap dia!" Polisi berhidung mancung itu kembali memberi aba-aba.

Alvian langsung kebingungan di kala dua petugas polisi mencengkeram bahunya. "Loh? Saya salah apa? Bunda! Ini ada apa Bunda?!"

Lia yang menyaksikan kedua tangan anaknya diborgol sudah mengucurkan air mata. Wanita itu merasa gagal mempertahankan kebebasan anaknya.

Sementara itu, Akbar selaku ayah dari Alvian tentu tidak terima sama perlakuan polisi. "Kenapa anak saya diborgol?!"

"Anak Anda ditetapkan sebagai tersangka atas kematian Rean Anggara tadi malam. Saya akan membawanya ke kantor polisi untuk interogasi."

"Kamu bikin masalah apa lagi?!" Akbar menatap Alvian murka.

"Gak tau. Aku gak tau!" balas Alvian masih bingung.

"Bawa ke kantor polisi segera," tukas polisi memberi perintah.

Rekan kerja dari polisi berhidung mancung itu, menyeret Alvian paksa.

"ALVIAN!" teriak Lia histeris.

"Ayah!! Bunda!! Alvian gak bunuh!! Kalian harus percaya!!"

Bunyi siren berbunyi. Mobil polisi yang di dalemnya berisi Alvian melaju pergi. Menyisakan hati kedua orang tuanya yang hancur berkeping-keping.

ALVIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang