8. Keributan dan Pembelaan 🌷

22.4K 2.2K 484
                                    

Tekan bintang dan komen di setiap paragraf plisss yo bisa yok

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

🌷🌷🌷

"Ketika kesabaran diuji, diam ... merupakan pilihan agar pertikaian tidak terjadi - ALVIVA"

🌷🌷🌷

Alvian?

Alvian:
P
P
Oi!
Bego lo!
Gue udah bilang jangan kasih tau ke siapa-siapa soal kita tunangan.
Ap lo budek?
Mulut lo napa kayak ember?
Minta dijahit?
Lihat aja, gue bakal kasih lo pelajaran!

Dahi Adiva berkerut mendapati chat dari Alvian. Kenapa cowok itu menuduh dan mengata-ngatainnya seenak gini? Padahal Adiva sudah tepati janji. Ia tidak pernah kasih tau ke siapa-siapa soal hubungan mereka. Bahkan ... juga Weggyana. Demi Alek, Adiva berani sumpah.

Alvian:
Lihat aja, gue bakal kasih lo pelajaran!

Wajah Adiva menegang dan bergidik ketika matanya tertuju di chat barisan terakhir itu. Alvian bilang akan kasih dia pelajaran. Semoga jangan sesuatu yang menyakitkan. Cukup kata dan perlakuan kasar dari cowok itu saja. Jangan pelajaran yang aneh-aneh. Adiva mohon.

"Kenapa, Div?"

Adiva langsung menyimpan ponsel ke saku roknya di kala suara Weggyana menyapa. Adiva putuskan untuk mengabaikan chat Alvian dulu.

"Are you okay?" tanya Weggyana kembali. Ia melihat wajah Adiva pucat.

"Gapapa, Na," balas Adiva tersenyum. "Ayo samperin Willy."

"Nah, itu yang mau gue omongin, Div." Weggyana menunjuk layar ponselnya. "Kata Willy, dia sekarang gak bisa samperin kita. Ada PR yang lupa dikerjain jadi harus semedi di dalam kelas."

"Yah." Adiva menampilkan ekspresi kecewa. Padahal ia sudah tidak sabar mengetahui isi diari Vivian. Siapa tau ada penyebab Vivian bunuh diri di sana.

"Emangnya lo cari dia buat apa, Div? Jangan-jangan ... lo mau modusin cowok gue, ya?" pancing Weggyana agar Adiva memberitahunya. "Hayo ngaku."

"Hah? Enggak, Na." Adiva menghela kecil. Sepertinya ia harus kasih Weggyana pengertian supaya tidak salah paham. "Aku mau minta tolong Willy terjemah, Na. Setauku dia bisa Mandarin."

"Oh. Terjemah buku pink yang lo pegang di tangan?" tanya Weggyana yang matanya tertuju ke buku itu.

Adiva mengangguk kecil. "Detailnya seperti apa. Nanti kalau ada Willy baru sekalian kamu tanya. Jadi aku gak perlu jelasin dua kali lagi. Yuk ah, pesan soto. Laper hehe."

Adiva meraih Weggyana ke tempat Bu Nur yang rame. Mereka antri untuk memesan dua mangkok soto.

Sembari tunggu antrian, mata Weggyana tak sengaja menangkap sosok Alvian dan Arabelle yang juga baru tiba di kantin. Mereka berdua menuju tempat Pak Slamet di ujung sana.

"Eh, Div," panggil Weggyana dengan nada bisik-bisik. "Tunangan lo napa tiap hari yang gue lihat nempel sama Arabelle mulu, sih? Dia kan cuma anak dari ibu tiri lo doang. Bahkan, gak ada hubungan darah sama lo. Masa Alvian baik banget sama dia?"

ALVIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang