41. Boleh Peluk Aku?🌷

13.5K 591 42
                                    

"HEI! KAMU NGGAK MAU DENGERIN SAYA?!" Dira masih dengan pistol di tangan berteriak menggelegar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HEI! KAMU NGGAK MAU DENGERIN SAYA?!" Dira masih dengan pistol di tangan berteriak menggelegar. Tingkah Alvian menguras kesabarannya.

"Mama, jangan ngelakuin kejahatan lagi!" cegah Arabelle.

Melihat Dira menarik pelatuk ke arah Alvian, dengan sigap Arabelle loncat ke samping, tepatnya ke arah tembakan Dira.

DORRR!!

Peluru yang berukuran 9 mm bergerak dengan kecepatan 900 mph itu meluncur kilat hingga sukses merobek kulit Arabelle dan tembus ke jantungnya.

Darah segar itu menetes hingga membasahi lantai.

Kedua pupil Arabelle melebar. Cewek itu berlutut di hadapan ibunya, Dira. Pandangan Arabelle mulai kabur. Namun dari samar-samar, ia dapat melihat ekspresi Dira yang kaget.

"ARAAAA!!" Wanita tua itu melepas pistol di tangannya. Ia berlari ke arah Arabelle.

Arabelle tergeletak di lengan ibunya. Tidak berdaya. Tidak kuasa menahan sakit. Rasanya itu peluru sudah merusak organ vitalnya. Arabelle ingin bernapas saja susah.

"Ma ...."

"Jangan bicara dulu! Anter anak saya ke RS!" pintah Dira kepada Alvian.

Alvian dengan sigap mendekati Arabelle dan Dira. "Sini biar saya bopong Arabelle."

"Gak, Al. Gak u-sah," ucap Arabelle lemah. "Waktu gue nanti gak cu-kup."

Melihat kondisi Arabelle yang sekarat, Alvian jadi sedih. Sudut mata cowok itu mulai digenangi air mata. Pemandangannya jadi buram. Ah, sial. Siapa taruh bawang di sini?

Alvian melepas kemejanya dan memberikan kepada Dira, bermaksud untuk menahan pendarahan Arabelle.

Dira menerima kemeja itu dan menekan bagian luka Arabelle untuk memberhentikan pendarahan.

"Kenapa darahnya nggak mau henti?! Kenapa?! Tuhan, tolongi anak saya!!" jerit wanita itu tak berdaya melihat darah anaknya masih terus mengalir keluar.

"Ma ... Ma ... te-nang ...."

"DARAHMU BISA HABIS! BAGAIMANA MAMA BISA TENANG, ARA?!"

"Ma, gapapa. A-ra baik-baik a-ja. Ma, de-ngerin Ara ngomong. Ara nggak pu-nya ba-nyak waktu lagi."

"Ughh ... s-sakit." Arabelle memuntahkan segumpal darah. Hal itu membuat hati Dira rasanya terkoyak-koyak.

"Ara se-senang banget."

"Ara senang banget karena Mama akhirnya ngenalin A-ra lagi," ucap Arabelle tersenyum tipis walau luka tembakannya terasa sakit dan panas bagai di neraka.

"Maafin, Mama. Maafin," balas Dira dengan air mata kian menetes.

"Jangan min-ta maaf, Ma. Ma, A-ra bo-leh minta sesuatu dari Mama?" tanya Arabelle disertai anggukan Dira yang kuat.

ALVIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang