Hinata menatap daun-daun yang mulai berguguran dari jendela kamarnya, musim gugur memang musim yang selalu membawah ceritanya tersendiri, musim dimana bunga-bunga dan dedaunan yang telah sampai pada waktu yang telah di tentukan pergi meninggalkan semua kenangan yang akan di simpan dalam kebekuan.
Musim yang selalu mengingatkanmu tentang semua hal akan datang dan pergi, tampa ada keabadian.
Hinata menolehkan kepalanya saat mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya dan meminta ijin untuk masuk.
Nampak seorang pelayan muda dari keluarga cabang Hyuga masuk lalu memberikan hormat kepada Hinata yang ia balas dengan sopan.
"Ada apa Toma-chan." Tanya Hinata.
"Hinata-sama...Hyuga-sama memanggil anda." Ujar pelayan muda kediaman Hyuga itu.
Hinata menganggukan kepalanya, dan mengucapkan terimakasih kepada pelayan itu. Hinata keluar dari kamarnya setelah sedikit merapikan penampilannya. Hinata berjalan dengan perasaan yang ia tegarkan sekuat hati.
Tou-san nya telah memanggilnya, kemungkinan yang Hinata pikirkan sekarang adalah masalah lamaran yang di kirimkan itu, Hinata tidak ingin menngecewakan Tou-san dan juga klannya.
Walaupun hatinya masih memiliki satu nama, namun Hinata juga tidak bisa egois dengan menolak perjodohan ini, sejak kecil ia telah di beri banyak waktu untuk meraih cintanya, sekarang adalah waktunya Hinata memberikan tenaga dan waktunya untuk desa dan klannya.
Hinata mengetuk pintu ruangan tou-sannya.
"Tou-san...Hinata datang untuk bertemu." Ucap Hinata memberi tahu kedatangannya.
"Masuk..." Terdengar suara dari dalam ruangan.
Hinata membuka pintu ruangan itu, dan melihat Tou-sannya yang sudah duduk di tenang di tengah ruangan, nampak meja di depan pemimpin klan itu sudah terisi berbagai macam surat, yang dapat di pastikan merupakan surat-surat penting bagi Klan Hyuga.
"Duduklah..." Perintah ujar Hiashi.
"Ha'i Tou-san."
Hinata meletakan lututnya di lantai tatami sehingga kakinya terlipat kebelakng, kedua tangannya ia letakan di atas pahanya sopan.
Suasana sangat tenang di ruangan itu, Hinata tidak tahu caranya membuka pembicaraan anatara dirinya dan Tou-sannya.
Hinata hanya menunduk dan menggenggam kain yukatanya, menahan rasa gugup dihatinya.
"Kau tentu sudah mendengar dari Hokage-sama..." Ujar Hiashi menjeda kalimatnya.
Hinata mengangkat wajahnya, dan meihat wajah Tou-sannya itu.
"Ha'i Tou-san." Jawab Hinata kembali menunduk.
"Hokage-sama dan aku sudah membicarakannya, apakah kau bersedia melakukan perjodohan ini?" Tanya Hiashi.
Hinata menahan detak jantungnya yang berdetak cepat, agar tidak di ketahui oleh Tou-sannya itu.
"Hinata menyerahkan semua keputusan kepada Tou-san." Jawab Hinata tidak melihat wajah Tou-sannya.
"Hn...pergilah." Ujar Hiashi mengerti.
Hinata mengangguk dan memberikan hormat kepada Tou-sannya sebelum pergi dari ruangan itu.
Hinata berusaha melangkahkan kakinya dengan tegar, ini sudah menjadi keputusan terbaik, Hinata akan mengikuti semua perintah yang terbaik untuk desa mereka dan keluarga Hyuga.
***
Hinata berjalan menuju gerbang desa menggunakan yukata sederhana berwarna ungu muda, ia menyanggul rambutnya sederhana agar terlihat lebih rapi dan menampilkan kesan formal untuk menyambut tamu yang akan datang ke desa Kohona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kowareta
FanfictionHinata berusaha keras untuk melupakan Naruto setelah mereka berdua menjalankan misi bersama. Hinata yang tidak ingin menyerah lepas dari bayang-bayang Naruto memutuskan untuk keluar desa. Lalu bagaimana Keadaan Naruto setelah kepergian Hinata? Rate...