Batas kuat adalah lelah.
“Kalian pulang. Besok gue udah gak di sini lagi.”
Satu dari dua orang yang mendengar sang sahabat mengeluarkan kalimat barusan menggeleng. “Gak mau, Ar. Kita di sini aja.”
“Bener kata Arkan, besok dia kan udah pulang. Jadi, malem ini kalian bisa balik ke rumah. Istirahat ya?” Satu-satunya wanita yang ada di sini mengeluarkan suara. Tentu iba melihat setiap malam dua orang teman anak bungsunya menginap, lalu tidur di sofa sempit.
“Ar—”
“Pulang.”
“Kok gitu?! Gue gak mau, Ar.”
“Besok kalian bisa ke sini lagi. Mau kan bantuin Arkan beres-beres sebelum pulang?” Si wanita paruh baya masih berusaha. Ikut membantu agar dua orang remaja tersebut tidak perlu tidur dengan tak nyaman malam ini.
“Kita pulang.”
“Tapi, Ga—Yaudah deh. Tapi besok gue ke sini lagi loh, Ar.”
“Iya.”
Jika luka adalah sahabatnya. Maka sakit pasti selalu menyertai.
“Obatnya udah diminum?”
Hanya anggukan.
“Kalo gitu sekarang kamu langsung istirahat. Pasti hari ini capek, kan?” tebak si ibu. Mereka memang menghabiskan waktu menyenangkan tadi sore.
Ketika ditanya lelah setelah semua yang terjadi di waktu lalu, rasanya lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA 2
Teen Fiction⚠️Cerita ini bisa dibaca tanpa harus "mengikuti" RETISALYA yang pertama⚠️ Kata mereka, perginya di tengah jalan. Tiada pamit terlontar sebelum pulang. Meninggalkan orang-orang bersama kerinduan terbalut penyesalan. Waktu itu mentari siang menjadi sa...