15. Jaga Mereka

611 81 16
                                        

𝘼𝙠𝙪 𝙥𝙚𝙧𝙘𝙖𝙮𝙖. 𝘼𝙠𝙪 𝙩𝙪𝙧𝙪𝙩𝙞.

—dɑri yɑng menyɑyɑngi terlɑlu dɑlɑm—

—dɑri yɑng menyɑyɑngi terlɑlu dɑlɑm—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali kedua. Sosok itu datang dengan rupa yang lebih jelas, seakan ingin tunjukkan bahwa tak perlu ada ragu yang tersisip jikalau benar dialah yang hadir.

“Ini gue.”

Dua kata tadi berhasil buat orang yang sedang menatap tak percaya terhadap adanya langsung berucap, “Lo udah janji untuk bertahan, kan? Kenapa pergi?”

“Perjalanan gue udah nyampek di akhir. Tintanya habis, halamannya udah penuh.”

Angga bergeming, dibungkam erat sebab kalimat barusan. Namun, seolah paham bahwa mungkin temu sekarang tak akan lagi terjadi, dia usaha untuk tak menyiakan. “Rasanya aneh gak ada elo.”

“Nanti juga terbiasa,”—henti sejenak, dia ambil jeda sebelum melanjutkan—“kalian akan terbiasa tanpa gue, tapi tolong jangan pernah lupa sama gue. Jaga selalu semua kenangan yang pernah kita buat, juga kunjungi gue sesekali.”

Angga bungkam, dadanya terenyuh mendengar hal barusan. Anggukan diberi, seakan tegaskan bahwa dia pasti akan jalani. Lantas berujar, “Gak ada yang akan lupa sama lo. Dan tanpa lo minta, kami bakalan dateng buat nengokin. Gak perlu khawatir.

“Lo juga harus sering-sering dateng ke mimpi gue, ya?”

Kali ini, Arkan tak sanggup untuk iyakan. Ada batasan yang tak pantas dia lewatkan. Namun, jika memang bisa tentu diusahakan.

“Jaga mereka buat gue.”

Kalimat yang sama seperti ‘pertemuan’ sebelumnya. Seolah ini adalah balas bagi pinta tempo hari. Maka, sesuai janji jikalau dia kembali layangkan pinta, tentu Angga tepati. “Iya, gue jaga mereka.”

“Anak-anak Rumah Singgah, gue titip mereka juga,” lanjut sosok berkaos putih. “Gue pamit.”

“Tunggu!” seru Angga, panik. Jujur saja, dia begitu enggan untuk melepas yang ada di hadapan. Terlalu takut jika selanjutnya tak bisa untuk berhadapan lagi. “Sebentar ... sebentar lagi. Gue mohon ....”

“Gue boleh minta sesuatu?”

“Boleh,” jawab Angga lekas.

“Jaga kesehatan sama ibadah. Berhenti dan jauhin hal gak berguna. Fokus untuk raih cita-cita lo. Tolong gapai semua hal baik yang gak bisa gue capai. Jangan lagi nyia-nyiain hidup, waktu sangat berharga karna kematian bisa dateng tanpa peringatan.”

Angga pejamkan netra yang memanas, lalu kembali dibuka untuk mengucapkan, “Bisa balik gak, Ar? Gue butuh lo.”

“Gak bisa, Ga.” Arkan tak mau beri harap untuk hal semu yang sungkan tercipta. “Kita ketemu di kehidupan selanjutnya.”

RETISALYA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang