⚠️Cerita ini bisa dibaca tanpa harus "mengikuti" RETISALYA yang pertama⚠️
Kata mereka, perginya di tengah jalan. Tiada pamit terlontar sebelum pulang. Meninggalkan orang-orang bersama kerinduan terbalut penyesalan.
Waktu itu mentari siang menjadi sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepi, hanya tersisa dua orang yang masih setia berada di samping pusara anyar. Mereka, yang sedari tadi memusatkan diri terhadap kenangan-kenangan bersama yang telah tiada. Dua orang yang masih berada pada batas percaya dan tidak terhadap kehilangan kesekian kalinya.
Angga, tangannya terjulur, menyentuh makam yang dipenuhi bunga.
Dia hidup dalam keluarga harmonis—kata orang—dulunya. Kasih sayang ayah, juga cinta ibu begitu pernah menghujami. Hingga tiba di saat dia baru saja lulus Sekolah Dasar, ibu menggandengnya pergi dari dalam rumah, tanpa ayah yang mencegah atau mengejar. Mereka datang ke rumah teman ibunya untuk meminta tumpangan tidur hanya untuk semalam. Dia saksi saat-saat di mana orang yang melahirkannya jatuh bangun agar mereka dapat bertahan hidup. Angga pernah ada di masa ingin makan saja susahnya minta ampun. Dia pernah melihat dengan mata kepala sendiri saat ibunya dimintai biaya kontrakan karena menunggak, dengan sang pemilik kos marah-marah, berteriak kepada ibunya.
Dia juga menjadi saksi saat ibunya dibicarakan tetangga, dia pun pernah menjadi korban, dijuluki anak haram sebab mereka berpikir ibunya adalah seorang wanita yang dulu pernah hamil di luar nikah, kemudian diusir keluarga. Mereka mengarang sendiri, tanpa tahu kebenaran bahwa ibunya seorang anak tunggal dan yatim piatu yang hidup sederhana, kemudian dinikahi oleh sang atasan, pemilik restoran tempatnya bekerja. Angga hampir setiap hari menangis saat anak-anak di sekitar tempatnya mengekos tidak ingin mengajaknya bermain. Dengan teganya para orang dewasa ikut mencibir anak yang masih berumur dua belas tahun kala itu.
Hidup Angga berubah total. Dibalik sosok ayah yang dulu sempat dia juluki ‘Ayah terbaik di dunia’ ternyata hanya berhasil menjadi seorang ayah, tidak dengan status seorang suami. Akhirnya Angga tahu bahwa ayah candu untuk berselingkuh. Penyebab ibu memutuskan berpisah.
Angga kehilangan ayah, tak masalah, ibu masih ada di sisinya, pikir seorang anak kecil yang baru saja lulus Sekolah Dasar. Namun, saat wanita tersebut gila mencari benda yang dinamai uang, kehilangan kembali dirasakan. Benar, Angga sudah tak kekurangan uang, tidak seperti dulu. Dia senang, tentu saja. Tuhan mengabulkan salah satu doanya agar ibu tidak berada dalam kesulitan, sayangnya Angga lupa berdoa untuk dirinya sendiri. Akhirnya dia ‘kehilangan’ ibu.
Bekerja di salah satu agensi model, ibunya bisa berada di rumah menggunakan hitungan jari dalam sebulan sebab harus keluar kota. Kesepian menjadikannya sosok tak banyak bicara. Angga enggan memulai hubungan karena takut kehilangan.
Namun, sosok secerah mentari menembus pertahanannya. Hangatnya Dimas berhasil membuat Angga secara sadar mau terikat dalam sebuah hubungan. Mereka berteman—sahabat. Arkan datang setelahnya, sama-sama diundang oleh Dimas untuk mau bersama.