Saat ini pemuda dengan surai merah pudar itu sedang merenung di dalam rumah, tepatnya di depan jendela. Mengamati rintikan hujan di luar sana. Setelah membantu sang bunda untuk tidur, Doyoung segera merapihkan rumah lekas pertengkaran hebat keluarganya.
Di luar sedang hujan sangat deras dan gelap. Doyoung menatap wajahnya lewat pantulan jendela, dengan tangan yang bersembunyi dalam kantkng celana mencari kehangatan karena suhu menjadi semakin dingin. Saat seperti inilah benak Doyoung terpakai untuk berpikir keras tentang masalah hidupnya tanpa diminta, sehingga kepalanya terserang rasa pening yang luar biasa.
Pemuda itu tahu betul apa yang berubah dalam dirinya, begitu juga perubahan sikap masing-masing anggota keluarganya.
Doyoung terpaksa dewasa oleh keadaan.
Memangnya siapa yang menginginkan perubahan ini? perubahan ini datang tanpa diminta.
Dengan langkah gontai, Doyoung berjalan sofa ruang tamu. Menempatkan dirinya untuk duduk seraya mulai menutup matanya ketika merasa penat. Sepertinya memejamkan mata mulai sekarang akan menjadi kebiasaan baru Doyoung. Karena saat memejamkan mata, dirinya merasa sensasi ketenangan yang tidak dapat dijelaskan.
⫹⫺
Langit cerah menunjukkan sang matahari yang menyinari bumi pagi ini di Korea. Udara dingin menembus kulit mulus pemuda itu, Doyoung menggenggam tangan sang bunda di depan rumah sakit dengan mata yang menatap lurus pada rumah sakit. Sang anak menoleh kepada sang bunda dan menatap lekat manik indah milik bundanya. Namun tanpa diduga, bibir itu membuat senyuman sekilas.
Sang bunda terkejut tanpa Doyoung sadari, senyuman sang anak bagai harta karun baginya. Benar-benar langka dan sulit untuk dilihat. Tersadar dari lamunannya, Doyoung dan sang bunda berjalan memasuki rumah sakit dengan tangan yang masih bertaut.
"TING!" Bunyi lift terdengar, menandakan sampai pada lantai tujuan.
Pintu terbuka menampakkan pemandangan Junghwan yang sedang tertawa ceria bersama seseorang, Doyoung hanya bisa melihat punggung orang itu. Ia merasa tidak asing dengan punggung orang itu.
"Oh? Bunda! Kakak!" Seru Junghwan bahagia seraya melambaikan tangannya.
"Junghwan, apa kabar? maafkan bunda ya? akhir-akhir ini jarang mengunjungi Junghwan." Ujar sang bunda dengan senyuman rasa bersalah dan sibuk meletakkan barang bawaannya bersama Doyoung. Atensi Doyoung masih pada orang itu, bagaimana bisa ia masih memunggungi orang yang baru saja datang, pasti orang itu menyadari kehadiran dirinya dan sang bunda bukan?
"Junghwan baik-baik aja, bunda nggak pa-pa bunda jarang mengunjungi Junghwan. Yang penting saat ini yang mengunjungi Junghwan lengkap, walau kurang ayah."
Doyoung mendecih pelan ketika mendengar kata 'ayah'. Astaga, apa lelaki tua itu bahkan pantas mendapat panggilan 'ayah'? Doyoung tahu cepat atau lambat adiknya itu harus tahu bahwa masalah gelap itu memang nyata dan ada dalam keluarganya.
Tunggu sebentar Junghwan bilang lengkap? berarti orang itu-
"Kak Jihoon?" Panggil Doyoung setengah tidak percaya.
Terlihat Jihoon berdiri dan berbisik kepada Junghwan. Entah apa yang dikatakan sang kakak kepada sang adik, Doyoung sama sekali tidak ingin tahu. Lalu diakhiri Jihoon yang mengusap lembut surai Junghwan.
Dahulu, Doyoung pernah merasakannya.
Kini Jihoon berbalik dan membungkukkan badannya menandakan pamit, ia berjalan ke arah pintu untuk segera keluar. Tepat saat menggapai gagang pintu, Doyoung menahan tangan sang kakak. Melihat kondisi menegangkan ini, sang bunda segera mendekati Junghwan dan mulai percakapan untuk mengalihkan perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Gelap | Kim Doyoung ✓
Conto"𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧? 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐝𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠?" warning! including harsh words, depression, mental illness, so please be wise befor...