IV. ɴᴇᴡ ꜰʀɪᴇɴᴅꜱ

1.1K 187 11
                                    

Langit mulai menggelap, Kim Doyoung. Anak itu masih terdiam merenungi setelah perbincangan berat bersama sang kakak, serta memutar kembali tiap kata dan kalimat yang Jihoon lontarkan kepadanya. Sedih, itu adalah satu kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa pada hubungan kakak adik ini.

Pemuda dengan surai coklat itu hendak pulang. Namun seketika ia berhenti kala melihat pemuda dengan rambut khas berwarna merah terduduk di tepi lapangan sekolah.

Ia mengerutkan kening berpikir keras siapa sosok itu.

"Ah! Si pengagum langit. Sedang apa dia di sini? Apa dia bersama kakaknya lagi?" Gumam orang itu sendiri dari kejauhan, tentu dengan senyum cerahnya.

Tunggu sebentar. Lagi?

Kemudian ia mendekat kepada pemuda yang sedang terduduk itu dan berjalan ke arah terduduknya Doyoung, lalu tanpa izin ia duduk di sampingnya. Seolah kedua orang itu sudah mengenal satu sama lain.

"Hai! Kau Doyoung kan?" Ucap orang itu dengan nada ceria seraya menoleh pada doyoung. Mendengar itu Doyoung spontan menoleh pada orang itu dan mengerutkan keningnya.

"Kau siapa?" Tanya Doyoung kepada orang itu, Doyoung bersumpah selama sekolah dua tahun ini, ia tidak pernah memiliki teman. Bahkan berteman dengan lelaki senyum cerah dengan tas berwarna hitam serta seragam sekolah yang tertutup hoodie pink.

Sudah dapat Doyoung nilai, pemuda ini sangat ceria. Sangat berbeda dengan dirinya. Karena itu dirinya kebingungan saat ini. Lagi pula sedang apa orang itu di sekolah? sekarang ini sudah hampir larut, Doyoung kira hanya dia saja yang belum pulang.

"Wah kau nggak tahu aku? Jahat sekali, padahal setiap hari aku selalu mencoba menyapamu, dan kau selalu mengabaikannya."

Mungkin Doyoung lupa, atau memang tidak memiliki niat untuk mulai pertemanan. Namun orang itu tiba-tiba mengulurkan tangannya pada doyoung.

"Aku Kim Junkyu, mari berteman!" Ucap Junkyu berusaha menunjukkan senyum tulusnya.

Doyoung terdiam dengan wajah yang datar, dan tidak menanggapi tangan Junkyu yang sudah siap menyambut tangan Doyoung. Pemuda dingin itu  berdiri dari duduknya dan mulai menenteng tasnya kembali, kemudian berjalan meninggalkan Junkyu tanpa sepatah kata.

"Apa ini? Astaga apa aku baru saja dicampakkan? bahkan aku baru mulai mendekatinya, astaga aku malu sekali." Ucap junkyu mengusap kasar wajahnya, dengan sedikit rasa menyesal.

Kemudian ia bangkit, mulai berjalan pulang ke rumah.

Saat itu. Kedua insan itu tidak menyadari, mereka telah ditakdirkan bertemu untuk saling menguatkan, di tengah-tengah sisi gelap dunia Kim Doyoung.

⫹⫺

Sinar matahari memasuki kamar pemuda yang sedang terlelap di atas ranjangnya, ia perlahan membuka matanya yang selalu diselimuti sendu bagi siapapun yang melihatnya, mata itu selalu terlihat sedih walaupun sang pemilik mata sedang berada pada emosi lainnya.

Doyoung menatap langit-langit kamar. Untuk pertama kalinya ia berpikir tentang seseorang, bukan tentang masalah hidupnya.

"Siapa ya namanya? K-kim Junkyu? Ahh entahlah untuk apa aku memikirkan orang itu, aku benci sekali dengan wajahnya." Diakhiri helaan napas berat dari Doyoung.

Setelah Doyoung bersiap sekolah, seperti hari-hari biasanya ia sarapan dahulu bersama sang bunda, tentu saja hanya berdua, senyap dan sepi.

Doyoung sudah terbiasa dengan suasana ini, tetapi tidak dengan sang bunda. Sepertinya, Doyoung dapat  melihat bahwa sang bunda tidak nyaman tanpa perbincangan saat makan, karena dahulu keluarga mereka selalu dipenuhi tawa.

Sisi Gelap | Kim Doyoung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang