VI. ʙᴇꜱᴛ ꜰʀɪᴇɴᴅꜱ

958 172 5
                                    

Pagi ini Doyoung bangun dengan tergesa, bahkan ia tidak sempat sarapan bersama bundanya. Ah iya, malam itu saat bersama Junkyu ia memutuskan pulang sangat larut yaitu pada pukul tiga pagi, karenalah itu Doyoung bangun dan terkejut ketika melihat jam pada ponselnya.

Ia berlari sekuat tenaga hingga sampai pada gerbang utama sekolah, bahkan Doyoung bernegosiasi dengan penjaga sekolah memohon agar diperbolehkan masuk tanpa hukuman yang harus lewati. Hingga Doyoung pun lolos dan sampai di lorong kelas yang begitu sepi. Saat ini sudah masuk jam pelajaran itulah alasan sepinya lorong, lalu dengan bergegas  Doyoung membuka pintu kelas itu dengan tergesa, pergerakan guru serta para murid terhenti ketika pemuda Surai merah gelap itu memasuki kelas.

Tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Doyoung mendekat ke arah guru itu dengan pelan dan membungkuk beberapa kali sebagai permintaan maaf. Sang guru dan para murid hanya memperhatikan Doyoung dalam diam.

"Bangun." Perintah sang guru.

Melihat itu dari bangku belakang, Kim Junkyu meringis pelan. Pasalnya, guru yang sedang mengajar sekarang adalah guru yang terkenal dengan ketegasannya yang luar biasa. Istilahnya seperti guru killer. Doyoung menegakkan kembali badannya, perlahan menatap sang guru takut-takut.

"Kau boleh duduk sekarang, dan mengikuti pelajaranku. Setelah selesai pembelajaran, akan ada hukuman untukmu di jam istirahat, pergi ke ruanganku nanti. Mengerti?" Perintah sang guru dengan nada rendah serta tegas.

"Mengerti pak." Jawab Doyoung tegas. Setelah membungkuk kembali, ia berjalan ke arah bangku duduknya dan menatap mata Junkyu.

Junkyu mengukir senyum pada wajah andalannya kepada Doyoung dengan anggukan untuk meyakinkan bahwa Doyoung akan baik-baik saja. Mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Junkyu, Doyoung sedikit tenang menjawabnya dengan anggukan kecil.

⫹⫺

"TRIINGG!!!"

Bel sekolah berbunyi menandakan jam istirahat telah diumumkan, semua murid di kelas berhamburan keluar, kecuali Doyoung dan Junkyu. Doyoung sibuk dengan pikirannya, dirinya akan pergi ke ruangan guru killer itu sekarang, namun hatinya seperti enggan pergi ke sana lantaran rasa takut akan hukuman apa yang akan Doyoung lakukan. Junkyu yang mengamati Doyoung dari belakang ingin sekali tertawa, anak itu jelas menunjukkan gelagat ketakutan serta gelisah. Namun wajah datarnya selalu setia terpasang.

"Junkyu, aku pergi dulu." Ujar Doyoung berpamitan seraya berdiri dari duduknya.

"Hei, jangan takut. Terima saja, memangnya kapan lagi seorang Kim Doyoung mendapat hukuman?" Junkyu berujar dengan tawa kecil yang membuat Doyoung menatapnya tajam.

"Dasar menyebalkan." Gumam Doyoung di depan Junkyu dengan bibir yang sedikit melengkung ke bawah. Ia segera pergi dari kelasnya, menyisakan Junkyu yang tertawa puas, ia tidak pernah melihat Doyoung seperti ini sebelumnya. Hei! tenang saja ia adalah teman yang baik, Junkyu akan menyusul Doyoung nanti setelah melakukan sesuatu terlebih dahulu.

Sesuatu yang penting untuk Doyoung.

Doyoung berjalan dalam lorong kelas seraya mengeluh habis-habisan dalam hati. Sedikit menyesal karena telat memasuki sekolah hari ini dan yang lebih membuat ia kesal di saat seperti ini ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, bahkan Junkyu tidak bisa ia salahkan. Karena semalam Junkyu memang mengingatkan Doyoung untuk segera pulang saat di gedung, ia memilih untuk pulang larut seperti biasanya. Dan salahnya dirinya juga karena lupa membuat alarm pada pagi hari agar berbunyi.

Dengan ragu, Doyoung mengetuk pelan pintu ruangan guru killer itu.

"Masuk." Terdengar suara pak guru dari dalam dengan lantang namun tidak berteriak.

Sisi Gelap | Kim Doyoung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang