𝐞𝐩𝐢𝐥𝐨𝐠

889 123 22
                                    

Junkyu menatap langit petang pada sekolah Doyoung, wajahnya begitu tenang dengan netra yang menutup rapat. Merasakan setiap angin yang menerpa wajahnya hingga lengkungan manis muncul pada wajah miliknya.

"Kyu." Sebuah panggilan yang tidak asing terdengar, Junkyu membuka netranya dan menoleh. Penampakan Doyoung dengan senyuman berseri, serta dengan pakaian serba putihnya.

"Doyoung?"

Doyoung hanya tersenyum dan menatap langit petang berwarna jingga dengan perpaduan awan yang menggumpal, membuat Junkyu ikut menatap arah yang sama dengan helaan napas lega.

"Kyu. Aku udah tenang di sini, jadi jangan sedih lagi ya?" Junkyu hanya menampilkan senyuman manis sebagai balasan dari ucapan Doyoung.

"Jalani kehidupanmu lagi. Kali ini, mungkin kau harus berkencan atau mencari suasana baru? Jangan lupa kuliah." Doyoung berucap dengan wajah damainya menatap langit indah.

"Iya, aku lagi berusaha." Entah mengapa, tidak ada kesedihan lagi di mata Junkyu, atau pun dalam perasaannya.

"Tolong sampaikan salamku buat semuanya ya, Kyu?"

"Tentu, jangan khawatir."

Saat itu, angin benar-benar sejuk. Langit begitu indah, netra Doyoung yang menatap Junkyu benar-benar teduh. Doyoung menatap Junkyu yang juga menatapnya, ia menarik Junkyu dalam pelukannya.

"Selamat tinggal, Junkyu." Dalam pelukan itu, Junkyu tersenyum.

"Selamat tinggal, Doyoung." Keduanya melepaskan dekapan perpisahan, Junkyu mengamati Doyoung yang berjalan pergi hingga tubuhnya hilang bersamaan dengan cahaya terang.

"Kau sudah bertemu dengan sisi terangmu, semoga tenang."

"Mari berjuang bersama, walaupun kita berbeda dunia."

"Terima kasih, Kim Doyoung."





Junkyu membuka netranya yang sudah dipenuhi dengan air mata, ia menatap langit-langit kamar tidurnya dalam diam. Tangannya bergerak menghapus air matanya, kemudian bangkit dari posisi tidur.

"Itu terlalu nyata." Gumam Junkyu menatap kosong dinding kamar. Junkyu segera menggapai jaket hitamnya dan kunci mobil, menuruni tangga dengan cepat.

"KIM JUNKYU! KAU MAU KEMANA?" Tanpa sadar, ia mengabaikan teriakan Hyunsuk yang panik dari arah dapur. Serta Jihoon, Yoshi, Mashiho, Asahi, Jaehyuk, Yedam, Haruto dan Jeongwoo yang sedang berkunjung pun ikut kebingungan.

Junkyu membuka pintu mobil dengan kasar, segera menaiki mobil abu miliknya keluar dari rumah itu. Tujuannya adalah, sekolah Doyoung. Tanpa Junkyu sadari sebuah mobil hitam juga mengikutinya dari belakang.

Junkyu turun dari mobilnya dan berjalan pada arah lapangan sekolah. Ia menduduki tepi lapangan, dalam diam mengamati langit yang sedikit gelap tidak ada sinar matahari.

"Sial, aku bahkan belum bisa melupakan Doyoung."

Gumam Junkyu lemas seraya menatap ujung sepatunya, ketika memori di sekolah ini bersama Doyoung kembali berputar. Junkyu merasa heran kala mimpinya menggambarkan bahwa ia sudah merelakan Doyoung, namun kenyataannya tidak. Ia kembali menatap langit. Tanpa disadari ia meneteskan air mata.

"Doyoung, terima kasih sudah berkunjung dalam mimpiku." Hingga air matanya seketika pecah dalam isak tangisnya. Junkyu menundukkan kepalanya, memeras rambutnya sendiri hingga telapak tangan itu memerah.

"AAARGHHH!!!

Hanya dengan cara berteriak, Junkyu dapat membantu dirinya sendiri agar lega. Ia mulai terengah-engah karena tangis yang menyesakkan dadanya hingga berlutut pada tanah, dengan tangan yang mencekram dadanya. Hingga sebuah tangan merangkul Junkyu, membawa tubuh lemas itu kembali pada tempat duduknya.

Sisi Gelap | Kim Doyoung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang