XI. ᴅᴇꜱᴛʀᴜᴄᴛɪᴏɴ

890 153 22
                                    

Gelap.

Doyoung terjebak dalam kegelapan.

Dirinya berdiri di tengah kegelapan. k
Keringat membanjiri keningnya, Doyoung sedang berada di mana sekarang? Ia memutar tubuhnya menoleh pada arah yang acak, matanya menunjukkan rasa gelisah serta napas terengah-engah terdengar darinya.

"TOLONG!!" Doyoung memutuskan berteriak karena dirinya sekarang seperti berada di tempat yang sempit sehingga sulit untuk bernapas.

Tidak ada jawaban.

Ia terjatuh dengan lutut yang menumpu tubuhnya, serta tangan yang menahan tubuhnya untuk tetap terduduk di tengah kegelapan. Deru napas Doyoung semakin memburu dengan mulut terbuka, mengerutkan keningnya menutup matanya menahan rasa pening yang menyerang.

Setelah berhasil menenangkan dirinya, perlahan ia membuka matanya kembali.

Sebuah sepatu Doyoung tangkap dalam atensinya, ia berharap sekali sosok ini bisa menyelamatkan dirinya melewati kegelapan ini. Doyoung sudah tidak kuat di sini, ini membuatnya tersiksa. Namun harapannya sirna begitu ia berdiri kembali, dan menatap sosok itu.

Itu dirinya, Kim Doyoung.

Hanya saja rupa Doyoung yang berada di depannya benar-benar menyeramkan, hampir menyerupai monster. Dirinya terkejut bukan main, ingin sekali berlari dari sosok di depannya ini. Namun kakinya membeku di tempat, seperti ada yang menahannya.

Sosok dengan cerminan dirinya menyeringai padanya, mata yang sepenuhnya hitam di kuasai kegelapan.

Tiba-tiba saja sosok itu tertawa sarkas.

Doyoung bergetar ketakutan pada tempatnya. Tawa menyeramkan itu berhenti.

"Kenapa kau takut? Aku ini adalah dirimu sendiri yang sudah kau ciptakan." Ekspresi wajah sosok lain Doyoung melengkungkan bibirnya, wajah pura-pura sedih.

"Kau harus mati Doyoung."

"Kita tidak akan bisa melewati semua ini, mari menyerah saja."

Doyoung kebingungan sekarang, matanya enggan menatap bola mata yang sepenuhnya hitam.  Tawa mulai menggema kembali, kali ini dengan suara yang tinggi membuat telinganya berdengung. Tangannya menutupi telinganya rapat-rapat.

Namun itu tidak berguna karena suara tawa itu seperti ada dalam dirinya, ia menatap sosok Doyoung lain di depannya masih setia dengan tawa menyeramkannya. Menggerakkan ke kiri dan kanan, kepalanya mencoba meredakan suara tawa yang membuatnya tegang.

Doyoung kembali menutup matanya.

"DOYOUNG!" Sebuah suara menggema di kepalanya samar-samar, namun ia mengenal suara ini.

"KIM DOYOUNG SADAR!!!" Kali ini suara itu semakin jelas. Ia membuka matanya dengan tiba-tiba terduduk kembali, di atas sesuatu yang empuk.

Napasnya tersengal-sengal menatap penjuru ruangan, apa ini? Mengapa dia ada di bangsal rumah sakit? Ah Doyoung ingat, karena kejadian itu.

"Kau baik-baik aja kan? Padahal dokter bilang kau udah sadar terus, kenapa tadi badanmu getar-getar gitu sih!"

Itu Junkyu.

"Mimpi."

"Itu hanya mimpi." Doyoung berucap dengan pelan, menatap tembok kamar rumah sakitnya, matanya melebar maksimal, peluh memenuhi wajahnya.

"Benar, itu mimpi." Lirih Doyoung kembali, menenangkan dirinya.

"Kau yakin baik-baik aja? Perlu aku panggil dokter?" Suara Junkyu melembut, dalam hati ia penasaran apa mimpi yang Doyoung maksud.

Sisi Gelap | Kim Doyoung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang