Pemuda itu terus melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Tanpa menatap ke depan di tengah-tengah derasnya hujan, karena matanya menatap ke bawah tempat di mana air dari langit menghantam daratan bumi.
Air mata itu hampir tidak terlihat, telah menyatu dengan hujan deras yang tidak berniat berhenti. Seakan sang biru tahu bahwa sosok gelap itu sedang mengalami kehancuran dalam dirinya. Ikut menumpahkan airnya pada bumi bagai bentuk air mata.
Hingga sebuah payung melindungi Doyoung dari hujan. Manik mereka bertemu, beberapa saat saling melemparkan tatapan tanpa suara.
"Kalau Junkyu tau, kau bakal dimarahin sama dia sampai habis."
"Kak Hyunsuk?"
"Ikut aku." Perintah Hyunsuk seraya mendekap tubuh Doyoung yang sepenuhnya basah, dan membawanya pada mobil miliknya yang terletak pada bahu jalan. Hyunsuk memasuki mobilnya bersamaan dengan Doyoung. Dalam diam, ia meletakkan kembali payungnya dan membawa sebuah selimut yang setia berada di mobilnya untuk jaga-jaga dan ia berikan kepada Doyoung.
"Pakai, jangan diam aja."
Tegur Hyunsuk dengan halus, karena sedari tadi Doyoung hanya menatap kosong rintikan hujan di kaca depan mobil. Doyoung segera bergerak menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal milik Hyunsuk.
"K-kita mau ke mana kak?" Tanya Doyoung pada Hyunsuk dengan suara bergetar karena suhu menjadi dingin.
"Yang pasti bukan ke rumah Junkyu. Tapi, aku tetap harus bilang ke Junkyu tentang ini, Doyoung."
"Kau harus bersiap menghadapi dia." Hyunsuk berujar tegas, seolah sudah tergambar bagaimana reaksi Junkyu ketika tahu keadaan Doyoung saat ini.
"Iya aku tau, kak." Jawab Doyoung dengan pelan. Hyunsuk hanya menghela napas, melihat bagaimana keadaan Doyoung yang sangat perlu ditanyakan. Namun ia tahu, anak ini tidak semudah itu.
"Omong-omong, di mana Yoshi?" Sebenarnya, Hyunsuk sudah tahu sebenarnya bahwa Yoshi sudah mengantar Doyoung ke rumahnya beberapa jam yang lalu. Bahkan pemuda berdarah Jepang itu juga sudah mengabari Hyunsuk lewat pesan di ponsel.
Hyunsuk hanya tidak ingin keadaan di mobil sepi.
"Kak Yoshi udah pulang dari tadi pagi." Jawab Doyoung tidak bertenaga. Hyunsuk menanggapi ucapan Doyoung dengan anggukan. Namun, jujur, membayangkan kembali mimik wajah Doyoung saat tadi itu benar-benar menghancurkan hatinya, rasanya ingin sekali Hyunsuk pecah dalam tangisnya saat itu juga.
"Aku mau ngajak kau ke rumahku, apa kau keberatan?"
"Iya kak, ngga pa-pa."
Doyoung kembali menatap keluar jendela, hujan terus mengguyur kota tanpa ada tandanya untuk berhenti. Doyoung menjadi ingin berterima kasih pada hujan, karena telah membantu menutupi air matanya yang sangat memalukan jika dilihat orang lain.
"Asal jangan kembali ke rumahku." Gumam Doyoung hingga sebuah senyuman dengan jutaan arti tergambar pada wajah tampan pemuda itu. Setelahnya, Hyunsuk menjalankan mobilnya.
⫹⫺
Mobil hitam milik Hyunsuk berhenti di depan rumah sederhana dengan nuansa abu dan putih.
"Ayo turun! tenang aja, di dalam nggak ada Junkyu, tapi ada yang lain." Ucap Hyunsuk seraya melepaskan sabuk pengamannya.
"Iya kak." Singkat Doyoung sebagai jawaban. Hyunsuk dan Doyoung beranjak keluar dari mobil bersamaan, terus melangkah pada pagar tinggi rumah Hyunsuk. Doyoung masih tetap bersama selimut abu yang melekat pada tubuhnya. Setelah terbukanya pagar itu, Hyunsuk memasuki teras rumah yang luas dan segera membuka pintunya tanpa permisi. Hyunsuk berbalik melihat Doyoung yang masih berdiam diri pada ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Gelap | Kim Doyoung ✓
Conto"𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧? 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚 𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐝𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠?" warning! including harsh words, depression, mental illness, so please be wise befor...