22

4.9K 333 1
                                    

Tepat disebelah kamar hotel jaemren, terlihat nohyuck yang masih terjaga dengan haechan yang menyandar dengan sangat nyaman pada dada bidang jeno.

"Apa yang kau pikirkan ducki?" Ucap jeno yang memutuskan memanggil haechan begitu setelah beberapa hari ini.

"Apa renjun sudah baik-baik saja? Aku takut dia malah jadi sakit lagi." Ucap haechan cemas.

"Tenanglah. Bukankah Nana ada bersama dengannya. Percayakan saja padanya. Karena dia suaminya." Ucap jeno sembari mengelus perut haechan yang terkesan masih datar itu.

"Tapi? Apa aku benar-benar bisa mempercayakan injunie padanya?" Ucap haechan tidak yakin.

"Tentu saja. Karena aku lebih mengenal adik kembarku itu lebih dari siapapun. Jika dia sudah memutuskan semuanya dengan sangat matang. Maka dia akan melakukannya sesuai dengan yang dia katakan." Ucap jeno.

"Semoga saja. Nono-ya? Besok orangtuaku kembali, apa kita beritahu besok saja?" Ucap haechan sembari menatap jeno.

"Hmm. Mari kita beritahu kedua orangtua kita masing-masing. Setelah itu aku akan langsung melamarmu dan menikah denganmu." Ucap jeno tersenyum dengan sangat manis.

"Baiklah. Tapi, apa jaemin tidak akan keberatan ya jika aku membawa renjun bersamaku?" Ucap haechan.

"Tentu saja tidak. Karena aku juga butuh Nana untuk menenangkan orangtuaku nantinya." Ucap jeno tersenyum.

"Baiklah. Nono tenang saja, ducki tidak akan membiarkan Daddy memukuli Nono." Ucap haechan tersenyum.

"Tidak masalah jika aku di pukul oleh Daddy Johnny karena aku juga sudah dengan lancang membuat anaknya hamil. Setidaknya dia harus menghajarku walaupun hanya sekali." Ucap jeno.

"Tapi aku tetap akan mengusahakan semuanya agar tidak terjadi. Aku tidak mau melihat Nono terluka." Ucap haechan lalu memeluk jeno.

"Hmm. Arra-yo. Sekarang kita tidur ya. Karena ini waktunya kau istirahat." Ucap jeno lalu diapun menyamankan posisi tidurnya begitu pula dengan haechan dan mereka berdua tertidur dengan sangat nyenyak sembari saling memeluk satu sama lain.






___________



Keesokan paginya, cahaya mentari pun masuk dengan malu-malu melalui jendela kamar kedua anak Adam yang melalui malam yang sangat panjang. Dan salah satu dari keduanya pun merasa risih dengan cahaya yang masuk hingga dia mengusak pada dada yang lebih besar.

Jaemin akhirnya membuka matanya secara perlahan karena merasakan usakan pada dadanya lalu diapun tersenyum melihat suami mungilnya itu sedang mengusakkan kepalanya pada dadanya sendiri. Dan jaeminpun mengelus kepala renjun agar dia kembali tidur dengan sangat nyenyak. Setelah memastikan renjun kembali tidur dengan sangat nyenyak diapun bangkit untuk membersihkan badannya yang sangat lengket itu bahkan senyumnya tidak luntur dari wajahnya itu. Dia benar-benar seperti orang gila yang baru saja debut.

Setelah selesai dengan acara mandinya itu, jaeminpun memakai pakaian yang ternyata telah disiapkan oleh hanjis begitu pula untuk suami mungilnya itu. Lalu jaeminpun berjalan kearah kasur itu dan duduk di tepinya sembari mengelus kepala renjun.

"Injunie. Ayo bangun. Sudah pagi." Ucap jaemin dengan sangat lembut. Hingga dia melihat ada pergerakan kecil dari suami kecilnya itu dan perlahan mata indah itu terbuka lalu membuang tatapannya kearah lain karena sangat malu pada jaemin juga karena tadi malam itu.

"Ada apa?" Ucap jaemin yang sadar kalau suami kecilnya itu sangat malu sekarang ini.

"Aku sangat malu Nana." Cicit renjun dan itu masih bisa di tangkap oleh jaemin dengan sangat jelas. Dan dia semakin tersenyum dengan sangat lebar karena sangat gemas pada suami kecilnya itu.

Besitzer meines Herzens {Jaemren} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang