12

4.3K 397 43
                                    

Sinar matahari sudah mulai menampakan kehadirannya. Dan terlihat haechan telah terbangun dan melihat kondisi dua orang yang sakit tapi mereka masih belum tertidur. Mengenai jeno, haechan telah membangunkannya dari pagi buta tadi, agar jeno membelikan sarapan untuk mereka ber4.

Haechan melihat sahabatnya yang masih tertidur dan memegang baju pasien jaemin dengan sangat erat juga dia dapat melihat bagaimana tangan jaemin memeluk perut rata renjun, sebenarnya tidak ada yang salah dengan posisi itu mengingat status mereka adalah telah menikah. Tapi, anehnya haechan tidak mau renjun bermain perasaan pada jaemin. Dia takut renjun lah yang bakalan sakit dan menjadi pihak paling menyedihkan. Itulah kenapa haechan tidak bisa membiarkannya. Dia takut terjadi sesuatu pada sahabat kecilnya itu.

Saat sedang melihat kelakuan dua orang yang tertidur itu, jaeminpun membuka matanya dan langsung bersitatap dengan haechan.

"Ah, kau sudah bangun. Dimana jeno?" Ucap jaemin yang bahkan tidak mengangkat tangannya yang memeluk perut ramping renjun.

"Dia aku suruh membelikan sarapan untuk kita." Ucap haechan ketus.

"Aaa. Kalau begitu aku akan ketoilet. Bisa membantuku?" Ucap jaemin.

"Baiklah. Ayo." Ucap haechan yang sebenarnya ogah-ogahan dalam membantu jaemin ke toilet. Bahkan jaemin melepaskan tangan kecil renjun yang memegang bajunya secara perlahan.

Setengah jam kemudian, renjun dan jaemin juga haechan dan jeno sudah sarapan dengan santai. Hingga Felix datang dan membanting pintu dengan tidak santainya.

"Renjun." Teriaknya bahkan renjun langsung memegang dadanya.

"Ya! Lee Felix! Bisa tidak jangan mengagetkan kami." Ucap haechan kesal karena kaget.

"Tidak. Gue cemas sekali dengan Lo renjun." Ucap Felix lalu memeluk tubuh kecil renjun dengan sangat erat hingga nafas renjun benar-benar terpenggal.

"Ya! Felix lepasin gue." Ucap renjun memukul Felix dengan kuat akhirnya dia melepaskan renjun dan renjun dapat merasakan pasokan udara kembali. Jaemin? Dia hanya memandang tajam kearah Felix Hinga Felix menunduk.

"Maaf Jun. Tapi, tolong suruh suami Lo untuk tidak menatap gue seperti itu lagi." Ucap Felix. Mendengar hal itu, renjunpun melihat jaemin yang langsung mengalihkan pandangannya pada ponselnya.

"Sudah. Dia tidak menatapmu lagi. Kau kapan sampai di Korea?" Ucap renjun tersenyum.

"Baru kemarin. Tadinya aku ingin mengajak kekasihku. Tapi, dia punya banyak pekerjaan katanya. Alhasil aku kemari. Kalau saja aku tak mencintainya mungkin aku akan membunuhnya sekarang juga." Ucap Felix kesal.

"Ya! Lagian dia bekerjakan untuk Lo. Kenapa pula Lo jadi marah. Nanti kalau dia jatuh miskin, Lo mau?" Ucap haechan kesal.

"Dia tidak akan jatuh miskin. Sama kayak kekasih Lo dan suami renjun." Ucap Felix.

"Sudahlah. Jangan bertengkar lagi." Ucap renjun menengahi.

"Oh iya, gue bawain semua makanan kesukaan Lo Jun." Ucap Felix dan renjun tersenyum dengan semangat.

"Gue mau eskrim." Ucap renjun dengan mata berbinar dan jaemin bisa melihat mata itu.

"Oke." Ucap Felix lalu memberikan eskrim pada renjun dan itu cukup besar karena renjun memang maniak eskrim. Tepat saat itu, daehwi masuk dengan wajah lesunya lalu duduk menyandarkan kepalanya pada bahu haechan.

"Ada apa dengan lo?" Ucap Felix.

"Uda deh bule ausie. Gue lagi capek. Gue benar-benar lelah kerja." Rengek daehwi.

"Gampang, Lo tinggal cari aja kekasih. Yang kaya, atau mungkin menikah dengan orang kaya, kayak renjun." Ucap Felix.

"Apa maksud Lo." Ucap renjun tersinggung karena dia menikah ini bukan karena harta jaemin. Tapi, karena sebuah pergantian.

Besitzer meines Herzens {Jaemren} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang