01.

5.2K 689 226
                                    

Jeongwoo tergopoh-gopoh menuju depan rumah, menemui sang pacar yang sudah menunggunya diatas motor dengan seragam yang kali ini dibalut jaket parka army tua, salah satu jaket kebanggaan Haruto sebab Jeongwoo memakai jaket denimnya.

"Pagi." Sapa Haruto dengan senyum lebar.

"Pagi."

"Coba liat, ada yang aneh gak?"

Jeongwoo mengerjap, lantas memandangi Haruto dengan seksama. Sekilas, menurutnya tidak ada yang aneh dari penampilan pacarnya itu.

"Gak ada."

"Coba cek lagi," pinta Haruto gemas. Tanpa Jeongwoo sadari sebenarnya Haruto sedang memberi hint namun dirinya gak peka.

"Apa?" heran Jeongwoo sambil memegang bahu Haruto dan ia pandangi wajahnya dari dekat, "kamu ganteng?"

"Yah kalo itu mah fakta!"

Jeongwoo menggeleng, menyerah dengan tebak-tebakan Haruto pagi ini. "Terus apa?"

Haruto menunjuk sesuatu ke arah speedometer rupy, membuat Jeongwoo ikut memandangnya dan sedikit terkejut dengan kehadiran foto keduanya didalam kaca speedometer sana. "Itu kan foto kita? Kenapa ditaro disana?"

"Ada filosofinya."

"Apa?" tanya Jeongwoo lagi, wajahnya begitu polos membuat Haruto tersenyum tipis. "Sengaja aku minta si Aboy tempelin foto kita disini." Haruto menunjuk foto mereka berdua yang ditaruh dipojok speedometer, "biar aku bisa slowdown kalo nanti aku ngebut, karena aku masih inget kamu."

Mendengar penuturan tersebut tentu membuat Jeongwoo terenyuh di pagi hari. Ia terkekeh dan mengalihkan pandangan, melihat kemana saja, asal tidak menatap iris mata pacarnya itu. Wajahnya memanas dengan rona merah. "Kamu tuh,"

"Kenapa?"

"Masih pagi."

Haruto nyengir, "emang kenapa kalo masih pagi?"

"Dah ah," Jeongwoo memutuskan untuk menaiki jok belakang motor, karena ia tak mau terlambat pergi ke sekolah.

Namun Haruto hanya diam sembari mengintip Jeongwoo dari kaca spion. "Hayu ih. Kok gak jalan?"

Haruto sengaja diam.

Jeongwoo memandang heran Haruto dari belakang, lalu akhirnya ia tersadar dengan memeluk Haruto dan berbisik pelan ditelinganya. "I love you."

Seulas senyum lebar terukir diwajah tampan Haruto, lantas ia menjalankan motor menuju sekolah.

***

"Ngahuleung wae maneh." (ngelamun terus lo) Itu Haruto, yang baru datang ke warung Mang Oleh dengan menepuk keras pundak Jae.

Jae mendengus dengan senyum masam. "Biasalah." Sahut Doy sembari terkekeh, membuat Jae melayangkan tatapan jengah karena dua temannya itu tampak senang meledeknya. "Ajakan atuh kadieu," (ajakin dong kesini) ucap Haruto yang kompak menghabiskan keripik setan dengan Doy.

"Sibuk wae, makanya galau." Lagi-lagi, Doy yang menimpali. Membuat Jae akhirnya tersadar dari lamunannya untuk mengambil satu batang rokok yang ada diatas meja. "Nanti malem juga ke basecamp, yakin." Hibur Haruto pada sobatnya yang terlihat frustasi itu.

"Kemaren aja gak? Apalagi sekarang." Sahut Jae miris.

"Samper atuh ke rumahnya?" usul Haruto kemudian. Jae malah berdecak panjang, sepertinya bukan ide bagus apabila ia mengunjungi rumah Asahi. Iya, orang yang daritadi menjadi bahan perbincangan adalah Asahi. Orang yang belakangan ini membuat Jae uring-uringan tidak jelas hanya karena cowok yang kini berkuliah itu jadi jarang ngumpul mengingat dirinya sudah menjadi anak kuliahan.

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang