17.

1.9K 365 11
                                    

Jeongwoo membawa kaki jenjangnya menuruni tangga gedung kampus dengan tenang. Dengan tas ransel yang disandang sebelah bahu, Jeongwoo berjalan menuju luar kampusnya untuk menghampiri seseorang. Lebih tepatnya pulang, karena dirinya telah dijemput oleh sang pacar yang tak lain dan tak bukan adalah Haruto.

Senyumnya merekah saat beradu pandang dengan Haruto yang menunggunya sembari duduk bersandar disamping motor. Cowok itu terlihat tampan seperti biasanya. Kemeja flanel berwarna gelap yang dibiarkan terbuka dengan kaos dalam juga celana jeans hitam yang biasa cowok itu gunakan, membuat penampilannya itu mencuri perhatian sekitar. Tak hanya Jeongwoo saja yang suka, beberapa orang yang lalu-lalang juga ikut mencuri pandang ke arah pacarnya itu.

"Sore, manis."

Iya, kali ini Haruto bisa mengantar-jemput Jeongwoo seperti biasa. "Udah nunggu lama ya?"

Haruto masih betah tersenyum, menatap sang pujaan hati yang begitu manis ditambah dengan sinar matahari yang mulai membenamkan diri. "Mau selama apapun juga kalo kamu yang aku tunggu mah gak masalah."

Jeongwoo menepuk pelan bahu Haruto, pokoknya kalo dia lagi malu, pasti tangannya itu gak mau diem. "Halah."

Tak perlu waktu lama motor cbr hitam merah itu melaju keluar dari kampus ganesha. "Ngebaso yuk? Udah lama."

"Ayo!" jawab Jeongwoo setuju.

Setelah sampai di mie baso yamin langganan mereka dari waktu itu, Haruto dan Jeongwoo seperti biasa duduk ditempat mereka makan, untung aja meja yang sering mereka gunakan itu kosong. Sambil mencomot keripik pangsit, Haruto bertanya. "Tadi gimana kuliahnya?"

"Udah mulai banyak tugas."

Haruto mengangguk, sama halnya dengan dirinya sendiri. Terlebih lagi dirinya dipadatkan dengan berbagai macam praktikum mengingat dirinya anak teknik mesin.

Jeongwoo mulai menyantap mie yaminnya, pipinya menggembung lucu sambil mengunyah.

"Pelan-pelan aja," kalimat itu selalu Haruto katakan apabila sedang makan dengan bayi serigalanya ini.

"Hwaru."

"Hm?"

Setelah meminum es jeruk, Jeongwoo berujar. "Kamu inget gak sih waktu pas pertama kali kamu ajak aku kesini?"

"Inget."

"Jujur aku gak nyangka tau." Jeongwoo membelah basonya dengan sendok. "Gak nyangka gimana?"

"Iya.. aku pikir aku mau dikerjain, ternyata malah minta traktir baso."

"Haha," Haruto tertawa.

"Kok bisa sih kepikiran gitu? Aku masih bingung aja kalo diinget-inget."

Haruto mengangguk kecil, senyumnya mengembang. "Karena aku tau kamu suka makan."

"Huh?"

Jemari panjang itu mendarat bebas di pipi gembil Jeongwoo, Haruto mencubitnya pelan. "Tiap ke kantin pasti ada kamu, aku tebak kamu pasti suka makan."

"Cuma karena itu?"

"Hmm, aku juga bingung. Pokoknya waktu itu aku cuma pengen ngajak kamu makan di tempat favorit aku. Soalnya kan kamu tuh sensian terus sama aku, ya makanya aku cari cara gimana biar kamu jinak sedikit," ujarnya sembari mengatupkan jari telunjuk dan jari jempolnya dengan gestur meledek.

"Emang aku hewan liar apa harus dijinakin segala?" protes Jeongwoo manyun.

"Lah iya kamu kan waktu itu serigala."

"Apa deh?"

"Sekarang udah nggak. Sekarang jadi bayi serigala."

"Aneh," sahut Jeongwoo menghabiskan basonya.

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang