16.

2.2K 341 52
                                    

"De? Ayo berangkat, mama sama papa udah siap nih."

"YA SEBENTAR, MA." Jeongwoo berteriak dari dalam kamar, sedang bersiap untuk yang kesekian kalinya karena daritadi sibuk mondar-mandir menyiapkan barang bawaan.

Tak terasa minggu ospek di kampusnya telah tiba. Jeongwoo tadinya ingin membawa motor sendiri, tapi berhubung dirinya sedang ribet-ribetnya ospek, mama dan papa yang mengantarkannya ke kampus.

Kalau Ji, kakaknya itu tentu sudah berangkat lebih dulu, mengingat lokasi rumah dengan kampusnya sangat jauh dan memakan waktu yang cukup lama.

"Bekelnya udah dimasukin ke tas?" tanya mama memastikan, wanita berkepala empat itu sudah rapi mengenakan seragamnya. "udah, Ma."

"Ayo de, nanti macet." Ucap papa dari dalam mobil, Jeongwoo pun bergegas masuk ke dalam crv abu milik papa diikuti dengan mama yang duduk di kursi depan.

Ditengah perjalanan menuju kampus, dirinya kembali membaca ulang pesan dari Haruto saat dirinya baru bangun tadi.

Panglima tempur❣

Morning, babywolfku. 

Jangan lupa sarapan sama minum susu. Tasnya dicek lagi bisi ada yang ketinggalan, maaf ya aku belum bisa nganter soalnya ospek aku ribet banget. 

Kalo nanti ada yang jahatin kamu bilang ke aku, oke? Oke dong, love u.

Jeongwoo tersenyum, hanya dengan membaca lagi pesan itu dapat membuatnya semangat untuk menjalani hari kali ini. Mengingat Haruto yang juga sama hecticnya dengan dirinya, dia tiba-tiba jadi kepikiran desas-desus ospek anak teknik yang katanya sangat menguji mental mahasiswanya.

Tapi berhubung pacarnya itu adalah Dilhar, Jeongwoo jadi tidak terlalu khawatir. Tentu saja, Haruto pasti bisa menghadapinya kan?

***

"Ini lab mesin. Nanti, kalian lebih sering disini dibanding di kelas. Dalam praktikum kehadiran diambil 100% persen. Absen praktikum gak jelas, jangan harap dapat nilai." Ujar salah satu senior yang tengah mendampingi ospek anak teknik mesin kali ini.

"Heh, itu yang dibelakang!" teriak seorang senior dengan wajah tegas dan dingin menunjuk jelas seorang junior disana. Seketika mengalihkan semua perhatian ke barisan anak di belakang.

Haruto terkesiap. Jujur, ia tak paham kenapa sang senior menunjuk dirinya. Iya, dia menunjuknya. Entah karena apa Haruto pun gak tau, karena sedaritadi dirinya sibuk memandangi lab mesin dan memperhatikan semua sudut dalam diam.

Hal itu tentu membuatnya mengerenyit, apalagi wajah-wajah seniornya ini cukup menyebalkan baginya.

"WOI, SINI!" Dia berteriak. Hingga seluruh perhatian semua orang di dalam lab penuh dengan mesin itu menatap ke arahnya.

Haruto masih diam tak bergeming, ia menatap sang senior dengan pandangan aneh. Perasaan dia tak melakukan kesalahan apapun yang membuat dirinya jadi pusat perhatian seperti ini.

Jae dan Doy meliriknya, bahkan sepertinya mereka sama bingungnya. Kenapa senior itu menunjuk Haruto tiba-tiba, apalagi gak nyantai gitu. Kayak orang ngajak ribut.

Akhirnya Haruto berjalan ke depan melewati teman-teman ospeknya yang lain menuju si senior yang memanggilnya tadi. Disana, ada tiga senior yang mendampingi mereka di lab kali ini. Dan tiga-tiganya tidak ada yang bertampang ramah satupun.

"Saya?" tanya Haruto heran.

"Masih berani nanya ya?" sengit senior yang tadi memanggilnya dan berdiri dihadapannya itu.

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang