31.

2.2K 335 146
                                    

Haruto datang ke rumah Jeongwoo tepat pada pukul sepuluh pagi, seusai dirinya yang baru pulang dari rumah sakit karena ibunya Oci dioperasi.

Iya, hadiah yang didapatkan dari lomba balapan itu semuanya diberikan untuk biaya operasi ibunya Oci. Haruto harap kondisi ibunya akan segera pulih dan kembali sehat seperti sebelumnya. Mengingat sahabatnya yang satu itu hanya tinggal dengan sang ibu yang single parent karena orangtua Oci bercerai dan Oci tentu lebih memilih tinggal dengan ibunya.

"Den Jeongwoonya kuliah, Den." Ujar Bi Inah yang menghampiri Haruto di teras rumah.

Haruto mengangguk kecil, "yaudah, Bi. Gapapa, saya kira ada di rumah."

"Den Dilhar kesini lagi aja atuh nanti sore, atau malem? Temenin Den Jeongwoo soalnya bapak sama ibu kan pergi."

"Tadi Jeongwoo udah sarapan kan, Bi sebelum berangkat?"

Bi Inah tersenyum, "udah, Den. Tenang aja atuh itumah beres."

Setelah itu tiba-tiba Bi Inah teringat akan sesuatu. "Den Dilhar, bentar ya."

Haruto masih setia berdiri di teras rumah Jeongwoo, hingga Bi Inah kembali membawakan sesuatu padanya. "Den, tadi pas bibi beresin kamar Den Jeongwoo, bibi nemu ini diatas meja."

Awalnya Haruto memang penasaran dengan barang yang dibawa oleh Bi Inah, namun alangkah terkejutnya ia ternyata barang itu merupakan sebuah foto polaroid yang memotret dirinya dengan Zara. Cewek yang dulu pernah dekat dengannya jauh sebelum berpacaran dengan Jeongwoo.

Haruto tercengang, matanya membulat lebar melihat dirinya yang ada difoto itu. Sedangkan Bi Inah, wanita paruh baya itu menatap Haruto dengan was-was.

Demi Tuhan, Haruto merasa seperti disambar petir disiang bolong. Dia bahkan tak percaya kalau foto itu ada, Haruto sampai dibuat melongo tanpa mampu berkata-kata karena foto itu memang nyata adanya.

Dia tidak pernah merasa berfoto seperti itu dengan Zara, dan yang lebih mengejutkannya lagi.. kenapa bisa foto itu ada pada Jeongwoo?

Apakah foto ini yang membuat Jeongwoo mengata-ngatainya bahkan memintanya putus malam itu?

"Bi! ini ada sama Jeongwoo?" Tanya Haruto dengan nada gusar.

"I-iya, Den. Bibi nemu ini diatas meja belajarnya. Maaf kalo bibi lancang, Den.."

Deru nafas Haruto mulai tidak karuan seiring dengan detak jantungnya yang memburu. Rahangnya mengeras kaku begitu saja, pikirannya penuh dan bertanya-tanya.

Lalu dengan cepat Haruto memfoto polaroid itu dengan kamera ponselnya, baik bagian depan maupun belakang. Haruto sepertinya baru tersadar akan sesuatu yang berhubungan dengan meledaknya Jeongwoo malam itu. "Bi, tolong taro ini ditempatnya tadi ya."

"Siap, Den." Sahut Bi Inah pelan, wanita itu memandangi foto polaroid itu dengan wajah bingung.

"Bi, saya boleh minta tolong rahasiain ini dari Jeongwoo?" Pinta Haruto sungguh-sungguh.

"Iya, Den. Den Dilhar tenang aja,"

Haruto pamit pulang dan beralih menuju motornya yang diparkir, tapi tiba-tiba Bi Inah menghampirinya. "Den,"

"Kenapa, Bi?"

Keraguan begitu jelas terlihat dari raut Bi Inah, "Den Jeongwoo sama Den Dilhar sebenernya cuma lagi berantem aja kan yah?.."

Haruto mengerjap, lalu akhirnya cowok itu tersenyum tipis. "Iya.. Bibi doain aja ya biar masalah saya sama Jeongwoo cepet selesai, terus baikan deh.."

Bi Inah mengangguk setuju sambil balas tersenyum, "bibi beneran doain biar Den Jeongwoo sama Den Dilhar nggak pasea lagi. Semangat ya, Den. Maaf bibi gak bisa bantu banyak,"

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang