"Kalem lur," itu suara Jae yang mengomentari Haruto membanting pintu kulkas setelah mengambil satu kaleng cola yang ia teguk sekaligus.
Malam itu semuanya berkumpul di basecamp. Haruto duduk diantara Oci dan juga Doy yang tengah memandangnya heran karena datang-datang Haruto tiba-tiba merengut tanpa sebab. Walaupun wajahnya memang terkadang dingin, tapi mereka paham pasti ada sesuatu yang mengusik panglima tempur itu.
"Kunaon, Har?" (Kenapa, Har?) tanya Oci pelan.
"Jeongwoo lagi deket sama orang lain."
"Hah?!" semuanya kontan terkejut, mereka juga saling berpandangan.
"Serius lo?" tanya Jae sembari membuang abu rokoknya ke asbak.
Yang ditanya malah mendecak kesal, "lo semua inget kan sama cowok songong yang nantangin gue waktu nganterin Jeongwoo pulang diserempet?"
Sebelumnya Haruto memang sudah menceritakan kejadian tersebut pada sahabat-sahabatnya, waktu itu mereka juga sama kesalnya. Karena mereka pikir, tingkah cowok itu terlihat sok pahlawan dan dianggap memanfaatkan keadaan Jeongwoo saat tidak bersama dengannya.
"Jeongwoo deket sama dia."
"Lo yakin, Har?" kali ini, Asa bersuara.
"Jeongwoo nyeritain dia mulu. Awalnya gue gak mau ambil pusing, tapi kok makin kesini, tiap kita ketemu.. Jeongwoo selalu cerita tentang dia." Keluh Haruto geram. Oci yang duduk disebelahnya refleks menepuk pundak Haruto untuk menenangkan.
"Gue udah lama sih gak ngobrol sama Jeongwoo, tapi masa gitu?" celetuk Dan bingung. Danny sendiri tidak yakin kalau adik pacarnya itu dekat dengan orang lain disaat dirinya yang sudah berpacaran.
"Temenan doang kali," ceplos Jae mencoba mencairkan keadaan. Namun setelahnya Haruto malah menatapnya sinis.
"Semua juga awalnya berawal dari temenan." Sindir Asa menyahuti ucapan Jae yang menurutnya malah memperkeruh suasana.
"Mungkin yang diomongin Jae ada benernya juga sih, Har. Kali aja Jeongwoo cuma temenan sama dia?" ucap Oci.
"Gue gak masalah dia temenan sama siapa juga, tapi dari awal gue tau itu cowok.. gue udah gak bisa positif thinking lagi." Aku Haruto. "Gue ngerasa.. ada yang gak beres gitu."
"Lo cemburu." Timpal Oci. "Iya, gue cemburu. Terus gue harus apa?"
"Ya bilang, Har. Lo kasih tau Jeongwoo kalo lo cemburu." Jawab Asa kemudian.
"Kalo gue bilang, Jeongwoo pasti ngiranya gue marah dan larang dia buat temenan sama orang lain. Gue pasti dianggep berlebihan dan ngekang dia buat berteman. Gue gak mau kayak gitu, Sa. Yang ada malah ribut. Gue gak mau ribut-ribut."
"Tapi gue rasa Jeongwoo gak akan aneh-aneh deh, Har." Komentar Oci. Ia menatap Haruto yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu. "Walaupun gue gak terlalu deket sama Jeongwoo, gue gak yakin dia ngelakuin itu. Mungkin ini cuma salah paham aja."
Haruto terdiam, ia menutup mata sambil menghembuskan napas dalam-dalam. Kepalanya mulai pening, namun sedikit lega karena ia sudah bercerita tentang sesuatu yang mengganggunya belakangan ini. "Gue boleh minta tolong liatin Jeongwoo di kampus? Gak usah dipantau all the time, sebisa kalian aja." Pinta Haruto pada Oci dan Asa. Tentu saja, karena mereka berdua satu kampus dengan Jeongwoo walau berbeda fakultas.
"Sekalian gue mau info soal Alin."
"Dia anak mana?" tanya Asa.
"Teknik geologi, gue gak tau angkatan berapa, tapi dia diatas Jeongwoo."
"Siap." Sahut Oci. "Lo tenang aja, ya?"
Haruto mengangguk, untuk mencairkan suasana yang cukup tegang tadi, Jae tiba-tiba kembali membuka percakapan baru diantara mereka. Badannya sengaja dicondongkan ke tengah-tengah, supaya semua temannya itu memandang ke arahnya.
"Minggu besok aya balap."
"Heem." Sahut Haruto.
"Siapa yang mau ikut?" tanya Jae antusias.
"Gue mau." Asa mengangkat tangannya. Disusul dengan Oci yang juga tampak senang dengan berita balap tersebut. "Har?" Jae menunggu Haruto menjawab.
"Skip. Gue nonton aja, kalian yang mau ikut sok."
"SIAAAPP!"
***
"Den, ada paket buat Den Jeongwoo."
Jeongwoo yang baru keluar kamar hendak mengambil air minum langsung disodorkan sebuah kiriman dengan amplop coklat berukuran sedang untuknya. Mata serigalanya itu mengerjap bingung, "paket buat saya, Bi?"
"Iya, maaf tadi sore bibi lupa mau ngasih ini ke Den Jeongwoo." Jawab Bi Inah yang setelah itu pamit untuk kembali ke tempatnya. Membuat Jeongwoo termenung sendiri di ruang tengah, buru-buru ia mengambil air minum dalam botol minumnya yang sengaja ia simpan di kamar. Setelah botol itu terisi penuh, Jeongwoo kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa paket tersebut.
"Perasaan gue gak pesen apa-apa deh. Kok ada paket ya?"
Ditaruhnya amplop coklat itu diatas meja belajarnya. Jeongwoo amati dengan seksama siapa pengirim paket tersebut. Namun ternyata hasilnya nihil, amplop coklat itu kosong tanpa adanya keterangan siapa sang pengirim misterius yang sudah mengirimkan paket itu padanya.
Penasaran, Jeongwoo membuka amplop coklat tersebut. Dirinya menduga sepertinya barang yang ada didalam amplop itu adalah barang ringan dengan bahan dari kertas, maka dari itu ia keluarkan semua isinya dari amplop ke atas meja.
Namun siapa sangka, matanya langsung terbelalak saat mendapati banyaknya foto yang berceceran disana, tak sampai disitu.. jantungnya seolah nyaris berhenti karena foto tersebut adalah foto Haruto.
Bukan foto pacarnya yang tampan itu dengan gaya atau pose favoritnya, melainkan foto Haruto dengan orang lain. Tepatnya bersama seorang cewek yang Jeongwoo yakini dia adalah cewek yang pernah Doy ceritakan dulu.
Tangannya gemetar mengamati satu-persatu foto tersebut, sambil mengatur deru nafasnya yang terbata, Jeongwoo beranikan diri mengambil satu foto yang terbalik dengan sebuah tulisan terpatri disana.
Southbank'22♡
Dan saat foto itu dibalik oleh Jeongwoo, terlihat jelas foto Haruto mendekap Zara lengkap dengan pemandangan khas club malam juga gelas-gelas minuman didepan mereka. Disana, difoto itu.. mereka berdua terlihat bersenang-senang.
***
Southbank : nama club malam di Bandung
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilhar.
Fanfictionkisah si panglima tempur dan babywolfnya berlanjut disini. hajeongwoo area. bxb. #7 in hajeongwoo [28/10/21] #6 in hjw [24/11/21] #5 in hjw [20/02/22]