37.

4.3K 396 110
                                    

Jeongwoo menatap Haruto yang sedang dikontrol oleh suster.

Tak butuh waktu lama, setelah menyiapkan obat untuk Haruto minum nanti, suster itu keluar, meninggalkan Haruto dan juga Jeongwoo di dalam kamar rawat.

Kondisi Haruto bisa dibilang cukup baik, perban yang kemarin-kemarin masih setia membalut bagian dahinya sudah dilepas. Namun yang sangat disayangkan tangan kanannya masih dibebat dan tubuhnya masih terasa kaku apabila digerakan.

Padahal, Haruto udah nggak betah rebahan terus.

Jeongwoo merogoh ponselnya yang bergetar disaku, ternyata ada chat dari Delon yang memberitau kalau sebentar lagi kelas akan dimulai. Maka buru-buru Jeongwoo menghampiri sang pacar.

"Haru,"

"Hm?" Kedua alis Haruto refleks terangkat menatap Jeongwoo berdiri disampingnya.

"Aku berangkat ya? Kelas penggantinya udah mau mulai,"

Haruto langsung terdiam, raut wajahnya tiba-tiba merengut dengan binar memelas. Semenjak sakit, Jeongwoo tau kalau pacarnya itu jadi lebih manja dari biasanya.

"Ya?" Tanya Jeongwoo sambil mengusap punggung tangan kiri sang pacar. Sedangkan yang ditanya masih diam.

"Nanti kesini lagi.."

"Iya, sayang." Jawab Jeongwoo lembut. Jeongwoo hendak mengambil tasnya yang ada diatas sofa, namun sejenak tangan Haruto menahannya. "Kenapa?"

"Sun dulu sebelum kamu pergi."

Jeongwoo mengerjap mendengar permintaan dari pacarnya itu, dipandanginya Haruto cukup lama. Lalu setelahnya ia sempatkan untuk mencium bibir Haruto singkat.

Iris mata gelap itu bertubrukan dengan mata serigala milik Jeongwoo, pacar manisnya itu tersenyum.

Tak mau melewatkan kesempatan, sebelum Jeongwoo kembali menegakkan tubuh, Haruto membalas kecupan Jeongwoo seperti anak kecil.

Dan hal itu membuat Jeongwoo tertawa. "Aku berangkat dulu ya? Kamu kalo ada apa-apa telpon aku."

"Iya."

Jeongwoo menyandang tas ransel dipundak lebarnya, "dadah, Haru!" Pamitnya lalu menghilang dibalik pintu.

***

Sepeninggal Jeongwoo, Haruto merasa bosan. Sudah berkali-kali ia mengganti channel tv untuk membunuh rasa jenuh, hingga suara telpon masuk dari ponselnya mengalihkan perhatian.

"Halo?"

"Euy, panglima tempur!"

Mendengar panggilan itu, Haruto tertawa kecil. Sesaat ia membenarkan posisi duduknya diatas ranjang.

"Udah lama ga keliatan, ternyata sakit jagoan gue." Suara itu terdengar lantang disertai dengan kekehan pelan, suara Jack. Senior Haruto yang dulu memusuhinya, sekarang ia dengan pentolan teknik yang lain berteman baik.

"Iya nih," jawab Haruto bergurau.

"Siapa yang udah berani bikin jagoan gue sakit? Cari mati kayanya."

Haruto tertawa lagi, "ada apa nelpon, Bos?" Tanya Haruto mengubah topik obrolan.

"Gapapa, mau gue jenguk gak? Apa gak usah?" Tanya Jack diseberang sana.

"Itu lo udah tau jawabannya. Gak usah lah, kuliah aja sana."

"Ah siap! Lo cepet sembuh dong makanya, nanti siapa adik tingkat yang mau gue ajak gelut. Ga seru!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang