33.

1.8K 275 59
                                    

Haruto langsung terjatuh saat sesuatu menghantamnya begitu keras dari belakang kepalanya. Kepalanya berputar-putar disertai nyeri yang luar biasa, matanya menggelap seketika.

Kayu yang dipakai untuk memukul kepalanya terlempar bertepatan Haruto tumbang.

Alin terdiam, menatap seseorang yang ia kenal itu mulai mendekati Haruto. Lebih tepatnya mengeksekusinya; dimulai dari memukuli Haruto untuk memastikan panglina tempur itu tidak bisa melawan, dilanjut dengan tendangan dan juga injakan kaki yang emosi.

Awalnya, Alin bisa melihat badan Haruto masih bergerak sebagai pertahanan, tapi ketika semua serangan yang ditujukan padanya, Haruto benar-benar sekarat. Darah segar mengalir banyak juga tubuhnya tidak bergerak lagi.

"Modar sia anjing!" (Mati lo anjing!)

"Ben."

Cowok yang dipanggil Ben itu menatap lurus ke arah Alin. "Lo kenapa gak telpon gue dulu sih?!"

Alin menarik napas panjang.

"Kalo lo yang mampus gimana?" Ben menghampiri Alin dan mengulurkan tangannya. "Untung Zara cepet telpon gue."

Ben membopong tubuh Alin yang babak belur, tapi ketika keduanya melewati Haruto yang tersungkur tak sadarkan diri, Ben menendangnya sekali lagi. "Udah, anjing."

Ben menoleh, "gue harus mastiin dia beneran mampus."

"Terserah." Acuh Alin yang setelah itu mereka pergi meninggalkan Haruto seorang diri disebuah bangunan tak berhuni.

Selang beberapa menit kemudian, Haruto yang setengah tersadar merintih kesakitan. Sekujur tubuhnya mati rasa, tapi tetap ia paksakan dengan gerakan patah untuk mengambil ponsel yang ada disakunya.

Dengan tubuh yang gemetar dan indra penglihatan yang buram, Haruto mencoba menggunakan insting untuk bisa menekan angka satu pada layar ponselnya.

Walaupun sulit dan dia merasa tidak yakin, tapi akhirnya Haruto berhasil menyambungkan panggilan kontak daruratnya itu.

"Halo, Har?"

"D-doy.."

"HAR? HALO?!"

"Tu..lungan.. a..ing.." (tolongin gue)

"HAR? HAR LO KENAPA?" suara Doy terdengar panik. "HAR LO DIMANA SEKARANG?!"

"To..long.."

"HAR MANEH DIMANA? HAR PLIS JAWAB! HAR!"

Telepon tidak terputus, tapi si pemilik ponsel tidak sadarkan diri.

***

Tiga tahun yang lalu, Haruto dan Doy kelas satu SMA.

"Siniin hp lo," pinta Haruto pada Doy ketika keduanya sedang merokok di balkon kamar Doy.

"Rek naon?" (Mau ngapain?)

"Kadieukeun." (Siniin) Haruto lantas merebut ponsel Doy lalu memakainya entah untuk apa.

Doy lantas memandangi apa yang Haruto lakukan, ternyata cowok jangkung itu mengatur kontak darurat diponselnya. Haruto memasukkan kontaknya pada angka satu dikeypad nomornya. "Nih, kalo ada apa-apa lo tinggal pencet angka satu yang lama."

Doy mengangguk pelan ketika ponselnya diberikan, lalu kemudian dia meminta hal yang sama pada Haruto. "Lo juga, tuh." Katanya setelah selesai men-setting kontak darurat diponsel Haruto.

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang