13.

2.3K 407 37
                                    

"Ah, bau-bau aing ditolak, Har."

Jae membuang abu rokoknya dengan wajah murung, kali ini ia dan Haruto sedang duduk di pinggir kolam renang. Haruto tertawa, hendak mengambil satu batang rokok milik Jae namun ia urungkan. Ditaruhnya lagi satu batang nikotin itu kedalam bungkusnya. Membuat Jae meliriknya heran.

"Pesimis banget lo, nyet." Sahut Haruto kemudian.

"Ya lo liat aja tadi orangnya gimana, anjing canggung banget. Parah dah,"

"Lo ngapain aja tadi?" tanya Haruto penasaran.

"Ya ngobrol, abis itu confess.." Jae merubah posisi duduknya menjadi bersila. Ditatapnya Haruto yang rebahan dipinggir kolam. "Lo cium gak?"

Jae nyaris melayangkan pukulan kalau Haruto tidak menertawakannya. "Gak gue cium orangnya langsung ngejauh apalagi gue cium anjing. Goblog sia." Jae merutuk kesal.

"Ya kirain. Lo kan nyosor mulu,"

Jae berdecak, lalu membuang rokoknya yang sudah diujung abu. Setelahnya ia ikut merebahkan diri disamping Haruto, menatap langit malam yang sungguh indah dengan banyaknya bintang yang menghiasi langit kali ini.

"Dia belum pernah kali ditaksir sama yang lebih muda, terus bingung juga kita kan bareng terus. Mungkin dia ngerasa aneh kalo pacaran?"

"Beda setahun doang, kalo beda lima tahun gue maklumin dah, Har."

Haruto bersedekap, "ya kalo playboy kaya lo mah iya-iya aja. Buat Asa yang mungkin baru pertama kali ya ngerasa aneh,"

Jae menarik napas panjang, "ya gue pasrah aja sih. Kalo emang dia gak mau ya gue gak akan maksa. Yang penting jangan ngejauh dah, pusing gue jadinya. Kita kan biasa bareng-bareng, Har. Dari dulu, kalo tiba-tiba ngejauh cuma karena ginian ya.."

"Asa bukan orang yang kaya gitu. Lo gausah kebanyakan mikir, kaya yang bisa mikir aja."

"Anjing." Jae menyikut keras Haruto sampai badan sahabatnya itu terguncang. Namun bukannya marah, Haruto lagi-lagi tertawa.

***

"Siang, manis." Sapa Haruto kala dirinya baru saja sampai di rumah kesayangan. Jeongwoo yang menyambutnya didepan pintu lantas tersenyum lebar. "Hai."

"Ayo, jadi mau jalan-jalan liat kampus?"

Jeongwoo mengangguk cepat, "jadi dong. Bentar, aku mau pamit dulu sama bibi."

"Ji gak ada?"

Sebelum kembali masuk ke rumah, Jeongwoo menjawab. "Lagi les dia. Lusa kan tesnya." Haruto manggut-manggut.

Memang hari ini agenda pacaran mereka adalah jalan-jalan ke kampus masing-masing. Katanya sih biar nanti pas ospek gak nyasar, tau sendiri yang namanya kampus itu luas banget gak kayak sekolahan.

"Kamu sedih gak?"

"Sedih kenapa?" tanya Jeongwoo sambil menaruh dagunya pelan diatas bahu sang pacar.

"Ya.. kita nanti gak sekampus. Gak bisa kaya waktu masih sekolah yang kelasnya cuma jarak lima langkah,"

"Kenapa harus sedih?" Jeongwoo balik bertanya, pelukannya semakin erat.

Haruto diam, mencoba fokus pada jalan raya yang kini mulai padat. "Aku gak sedih sih soalnya kan kamu masih sama aku. Kamu juga masih ada di Bandung, masih di Indonesia. Masih dibumi juga, bukan di luar angkasa." Jawab Jeongwoo yang terdengar bercanda namun nyatanya ia bicara serius. Maklum, udah lumayan lama pacaran sama Haruto yang gaya bicaranya suka random dan kadang nyeletuk, Jeongwoo jadi ikutan.

Mendengarnya membuat cowok april itu tersenyum lebar, hatinya menghangat juga isi perutnya terasa penuh dengan kupu-kupu. Mungkin kedengarannya lebay, tapi ya kenyataannya begitu. Diusapnya pelan punggung tangan Jeongwoo yang memeluknya dengan sebelah tangan. "Kalo gitu sama dong."

"Ah kamu mah ikut-ikutaann,"

"Tapi aku serius loh?"

"Ya aku juga seriuuuss." Jawab Jeongwoo dengan nada bicaranya yang lucu. Membuat Haruto tergelak sepanjang perjalanan.

***

Sepulangnya jalan-jalan dari kampus, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke rumah Haruto. Tapi ternyata hujan cukup deras ditengah perjalanan hingga keduanya basah kuyup. Tadinya Haruto ingin berteduh, namun Jeongwoo memaksa untuk trobos karena menurutnya bentar lagi juga sampai.

"Mau dibikinin apa?" tanya Aira pada Haruto ketika Jeongwoo sedang mandi selepas kehujanan.

"Kopi, biasa."

"Bukan lo! Tapi A Jeongwoo!" sungut Aira.

Haruto tersenyum masam. "Bikinin milo anget aja dia."

Aira mengangguk dan hendak turun ke bawah, tapi sang kakak menahan tangannya. "Neng geulis sekalian kopinya."

Aira mencibir, "iywh!"

Beberapa saat kemudian Jeongwoo keluar dari kamar mandi menggunakan sweater oversize dan training hitam milik Haruto yang entah kenapa malah membuatnya terlihat menggemaskan. Potongan lengan yang panjang hingga melebihi tangannya sendiri turut menjadi faktor utama Jeongwoo terlihat sangat lucu kali ini.

"Udah selesai mandinya?" tanya Haruto yang baru masuk ke kamar membawa dua cangkir gelas berisi minuman hangat. Rintikan hujan diluar masih terdengar jelas.

Jeongwoo mengangguk seraya mencoba mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, mengusaknya perlahan dan memandangi Haruto yang menaruh dua cangkir itu ke meja kecil dekat sofa yang ada di kamarnya.

Tanpa banyak pergerakan Jeongwoo duduk di sofa itu, tepat disebelah Haruto. "Masih kedinginan gak?" tanya sang pacar yang kini membantu mengeringkan rambutnya.

"Nggak kok kan tadi mandinya pake air anget."

"lain kali nanti kalo hujan lagi harus neduh dulu ya? Nanti kamu sakit."

Jeongwoo menggeleng pelan, raut wajahnya kali ini terlihat lebih imut karena mengerucutkan bibirnya. "Udah lama juga kita gak hujan-hujanan."

Setelah selesai mengeringkan rambut pacar manisnya itu, Haruto mencolek hidung Jeongwoo seraya berkata. "Tuh minum dulu, biar anget."

Jeongwoo menurut, keduanya saling menikmati minuman masing-masing. Haruto dengan kopinya seperti biasa, dan Jeongwoo dengan secangkir milo hangat kesukaannya karena dia gak terlalu suka sama kopi. Paling dia minum kopi kalo mau begadang ngerjain tugas.

Sesekali menyesap milo hangatnya, Jeongwoo melirik Haruto yang telah menghabiskan kopinya begitu cepat. Matanya mengerjap lucu, ia menatap ke cangkirnya sendiri, masih ada setengah lagi untuk ia habiskan.

Hal itu tak luput dari pandangan Haruto, ia menatap pacarnya yang diam dengan bibir atas yang dipenuhi dengan milo yang berbekas disana. Demi apapun Haruto tak bisa menahan gemas melihat 'kumis susu' yang terbentuk disana. "Ada kumis susu."

"kumis susu?" tanya Jeongwoo heran.

Haruto tersenyum, tangannya terulur ke bibir atasnya. Alih-alih mengusap kumis susu itu dengan tangan, Haruto malah mencium Jeongwoo yang spontan membuat Jeongwoo mencengkram cangkir yang ia pegang.

Hanya sebentar karena beberapa detik kemudian Haruto menarik diri karena takut Jeongwoo tidak nyaman. Entah keberanian darimana juga Haruto berani mengambil langkah itu, lagipula siapa yang tidak gemas melihat lucunya Jeongwoo saat ini?

Jeongwoo berusaha menetralkan detak jantung karena demi tuhan ini adalah ciuman pertamanya. Hal yang Jeongwoo tau ini akan terjadi tapi ia tidak menyangka hal itu akan datang tepat ketika dirinya sedang minum milo hangat di sore hari sehabis kehujanan ini. 

Rasanya begitu campur aduk, pipinya terasa panas dengan deru jantung yang tidak karuan.

Terlebih lagi saat ia mendengar kalimat yang Haruto ucapkan.

"Kopi campur milo ternyata enak ya?"

Tolong doakan kesehatan jantung Jeongwoo ya teman-teman. 

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang