28.

1.5K 250 55
                                    

"Hudang-hudang! Sare wae ajig." (Bangun-bangun! Tidur mulu) heboh Jae yang baru datang sehabis menjemput Asa di kampusnya. Ia mengusak selimut tipis yang menutupi wajah Haruto saat dirinya tertidur di basecamp.

"Bangsat."

Doy yang melihatnya cuma cengengesan, cowok itu lagi sibuk ngunyah permen karet dan menepuk sisi sebelahnya yang kosong pada Asa.

"Kamana Oci? Danny?" Haruto bertanya sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"Si Dan kejebak macet kayanya, tau sendiri ini jam pulang kerja." Sahut Doy yang diangguki Asa.

"Oci tadi mau kesini, tapi gak jadi. Disuruh pulang sama orang rumah." Jawab Asa kemudian.

Haruto memejamkan matanya, rasa kantuk yang tadi melanda ternyata masih terasa. Hingga tak menyadari pandangan Jae pada Asa yang sepertinya hendak mengatakan sesuatu namun ragu.

"Kenapa?" Bisik Doy yang rupanya juga memberi perhatian pada dua sejoli yang baru datang itu.

"Hm, Har." Panggil Asa. "Hm?" Haruto menyahut singkat dengan suara beratnya.

"Belakangan ini gue sama Oci udah nyari tau soal Alin."

Kedua mata Haruto langsung terbuka sepenuhnya saat mendengar penuturan sahabatnya itu. Ia lantas menegakkan tubuh, ingin mendengar secara jelas informasi yang didapatkan tentang cowok yang belakangan ini jadi masalah dalam hubungannya.

"Gimana?"

"Iya, dia anak FITB, teknik geologi semester 5. Bukan aktivis kampus, rumahnya di Sarijadi."

"Sarijadi?" Ulang Haruto yang direspon anggukan.

"Gue gatau dia punya hubungan sama orang lain atau nggak. Oh iya, motornya aerox coklat. Gue udah send foto motornya ke lo,"

Jae duduk disamping Haruto yang buru-buru mengecek ponselnya. "Gue tuh waktu itu nemu instagramnya dia, tapi gue gak nemu apa-apa." Ujar Haruto.

"Misterius juga ya orangnya?" Timpal Doy dengan menaikkan kedua alis penasaran.

"Bisa aja emang orangnya gak suka main sosmed? Ada kan, ya contohnya tuh." Usik Jae sambil menunjuk Asa dengan dagunya. Asa mendengus pelan.

"Cuma itu sih sejauh ini yang gue dapetin soal dia, Har."

"Thanks, Sa." Ujar Haruto sambil mengangguk maklum. "Seenggaknya gue ada gambaran dia orang yang kayak gimana."

"Kalo gue tebak sih ya, ini cowok kayak modelan Yedam dulu. Inget gak?" Usut Jae.

"Maksud lo?" Heran Doy.

"Cowok sok intelek dan anak baek-baek gituuu.." tambah Jae dengan nada mencibir.

Asa menggelengkan kepala, "biasanya yang kaya gitu diam-diam menghanyutkan sih."

Ketiganya langsung menatap ke arah Asa dengan pandangan bertanya-tanya. Sedangkan yang tadi bicara malah pergi mengambil minuman di kulkas.

"Barudaaak!" (Guys!) Suara teriakan cukup nyaring jadi pusat perhatian anak-anak yang ada basecamp.

Haruto mendapati Danny yang baru datang dengan bawaan minuman kopi yang banyak sampai tangannya penuh. "Tingali aing mawa naon?" (Liat gue bawa apa?)

"Untung aja belum bikin kopi," Jae berujar santai sambil memegang satu cup kopi yang Danny bawa.

"Temen gue baru buka coffee shop, tuh habisin deh ya."

"Rezeki anak sholeh mah gak kemana ya," celetuk Doy sambil nyengir.

***

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang