10.

2.8K 450 21
                                    

"Har maneh nggeus daftar?" (Har lo udah daftar?) Tanya Jae saat dirinya seperti biasa dengan yang lain nongkrong di warung Mang Oleh.

Haruto mengangguk, "nggeus. Maneh iraha daftar? Burukeun." (Udah, lo kapan daftar? Cepetan)

Haruto, Jae dan juga Doy berencana untuk masuk ke kampus yang sama. Ketiganya memilih teknik mesin sebagai jurusan yang dipilih. Doy sama Haruto udah daftar kemarin, tinggal Jae yang belum.

Haruto membuang puntung rokoknya ke asbak, sembari mengibas-ngibas asap rokok. "Aya nu mawa parfum teu?" (Ada yang bawa parfum gak?)

Teman-temannya menggeleng, Haruto berdecak. Biasanya salah satu dari orang yang nongkrong suka ada yang bawa parfum buat menghilangkan aroma rokok yang pekat. Pun dirinya sendiri lupa membawanya.

"Alah anjir gimana ya." Haruto jadi bingung sendiri. Dia baru ingat kalau habis ini ia akan kembali ke sekolah untuk mengajak kesayangannya itu pulang. Jeongwoo pasti akan protes dan menceramahinya lagi karena masih sering merokok disaat pacarnya itu mulai memintanya untuk berhenti perlahan.

"Heug siah dicarekan," (nah loh, ntar dimarahin) celetuk Jae sambil terkekeh.

"Ah anying." Haruto lantas memakai jaket denimnya dan buru-buru keluar dari warung. Hendak menjemput si manis yang katanya rapat terakhir soal album kenangan.

Karena ujian akhir sudah selesai, kelas dua belas sudah tidak memiliki kegiatan penting lagi. Paling mereka sibuk mengurus untuk kelulusan dan juga pendaftaran kuliah yang lain.

"Mang!" Sapa Haruto pada satpam sekolahnya yang sudah ia anggap sebagai temannya itu.

"Mana Jeongwoo, Har?"

"Ada nih mau dijemput, masuk dulu, Mang." Kata Haruto sambil lalu. Ia lantas pergi menuju ruang rapat, menunggu Jeongwoo dan mengajaknya pulang. Karena entah kenapa sore ini cuacanya bagus, Haruto tidak sabar ingin keliling kota dengan pacarnya itu.

"Hei, gimana udah beres rapatnya?"

Jeongwoo mengangguk, "udah. Ayo pulang."

Haruto tersenyum simpul dan menggenggam jemari pacarnya itu tenang. "Haru, nanti habis kelulusan mau ada acara kumpul angkatan."

"Wah? Acaranya ngapain tuh?"

"Ya gitu deh, nanti bakal ada penampilan juga kok buat perwakilan kelas sama yang sukarela. Acaranya juga bebas karena gak akan ada guru-guru. Jadi beneran cuma angkatan kita aja yang ngeramein."

"Asik dong kalo gak ada guru,"

"Iya asik, biar bisa bebas ngerokok kan."

Haruto terdiam. Ia menoleh pada Jeongwoo yang kini hanya memasang tampang datar. Sepertinya Jeongwoo menyadari kalau pacarnya masih aktif merokok.

"Maaf." Ucap Haruto pelan. "Kenapa minta maaf?" Jeongwoo balas menatapnya.

Haruto jadi bingung sendiri, tangan kirinya yang menganggur ia pakai untuk menggaruk tengkuknya yang Jeongwoo yakini itu tidak gatal. "Aku nyebat lagi. Tapi cuma sebatang kok."

"Mau sebatang, dua batang, sebungkus, ya tetep aja."

"Jangan marah? Aku lagi usaha ini juga." Haruto mengusap punggung tangan Jeongwoo lembut.

Setelahnya Jeongwoo hanya bisa menghela napas panjang, lagipula ia harus apa kalau Haruto sudah menghabiskan satu batang? "Anter ke Borma."

"Mau ngapain? Kamu mau belanja?" Tanya Haruto heran. Borma itu toserba yang sering dijumpai di Bandung.

"Ayo anterin ajaaa," Jeongwoo menarik Haruto untuk segera pergi.

***

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang