22.

1.7K 299 33
                                    

"Jeongwoo, kita sekelompok kan ya?"

Mendengar namanya dipanggil oleh teman sekelasnya lantas membuat Jeongwoo menoleh ke asal suara, tepatnya pada seorang cowok yang ia kenal ramah di kelas itu.

"Iya, Del." Jawab Jeongwoo disertai senyum tipis. Delon, teman sekelas yang kebetulan satu kelompok dengannya itu juga membalas senyumnya. "Mau ngerjain kapan nih?"

"Gue ngikut aja, enaknya kapan?"

Keduanya memang satu kelompok dalam tugas yang anggota kelompoknya hanya dua orang. Maka dari itu mereka saling berdiskusi terkait pengerjaan tugas mereka.

"Besok aja gimana? Kita ngerjain di perpus atau kantin gitu?" Usul Delon.

"Boleh."

Delon mengangguk setuju. Bersamaan dengan dosen yang meninggalkan kelas, para mahasiswa bergegas untuk pulang. Termasuk Jeongwoo dan Delon yang berdampingan keluar kelas.

"Rumah lo deket ya, Woo?" Tanya Delon bertanya basa-basi. Sejujurnya ia ingin berteman dekat dengan Jeongwoo namun masih merasa sungkan. Padahal, jika di kelas Jeongwoo itu termasuk anak yang ramah dan mau diajak diskusi mengenai kuliah.

"Lumayan sih. Di Lengkong, tau?"

"Oh iya." Sahut Delon singkat. "Deket itu mah ya. Kalo gue kost, soalnya rumah jauh banget dari kampus."

"Gue baru tau lo anak kost, gue pikir pejuang pp." Kata Jeongwoo nyengir.

Langkah keduanya tak terasa sampai depan parkiran, Delon melirik Jeongwoo setelah melihat cowok yang Delon yakini adalah pacar temannya tersebut.

Karena seperti yang sudah-sudah, ia sering melihat Jeongwoo dijemput oleh cowok yang sudah duduk anteng diatas motor cbr hitam merahnya itu, Delon tersenyum. "Cie udah dijemput ya?"

Jeongwoo mengerjap kikuk, sedikit kaget dengan celetukan teman sekelasnya itu. "Hehe, kok tau?"

Delon berdecak, "kayanya anak kelas juga pada tau ga sih? Jadi bener itu pacar lo ya?"

Rona merah terlihat jelas pada wajah Jeongwoo sekarang. Sejelas itukah kalau dirinya sering pulang dijemput oleh sang pacar? "Iya, Del."

"Gue duluan ya, Woo."

"Hati-hati, Delon."

"Yoi, pankapan main ke kost!"

Ajakan itu Jeongwoo respon dengan senyum lebar, lalu ia berjalan menuju Haruto yang daritadi sudah memandang ke arahnya, sambil duduk diatas rupy.

"Udah lama ya?"

"Baru juga sepuluh menit."

Jeongwoo mengambil helm yang dibawa oleh Haruto, helm bogo warna coklat tua yang memang khusus untuknya. Tak butuh waktu lama, Haruto sudah membawanya berada di jalanan kota yang cukup teduh kali ini.

Haruto merasa Jeongwoo memeluk dirinya cukup erat dari belakang. "Apa nih?" Katanya membuka percakapan, motornya dibawa sepelan mungkin. Sengaja, agar lebih lama dijalan berdua.

"Gapapa." Jawab Jeongwoo gemas.

Haruto mengangguk, ditepuknya sesekali punggung tangan sang pacar yang memeluknya erat itu. "Makasih ya, kamu selalu usahain biar bisa jemput aku."

Haruto diam. Karena memang beberapa hari kebelakang dirinya cukup sibuk dan tak bisa menjemput Jeongwoo seperti sekarang ini. Menjemputnya di kampus lalu terkadang berkeliling kota membeli cemilan yang Jeongwoo suka. Atau berhenti sebentar untuk makan bersama di tempat favorit mereka berdua.

Baru hari ini, dirinya bisa menjemput kembali si kesayangan di kampus karena kebetulan jadwal kuliahnya selesai saat itu juga. "Haru."

"Apa?"

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang