15.

2.2K 374 17
                                    

"Udahan dulu nyebatnya." Dan mengambil satu batang rokok yang terselip dijari Ji sedaritadi.

Ji memejamkan mata, ternyata sekarang ia merasakan apa yang dirasakan Jeongwoo sewaktu pengumuman SNM. Rasa takut akan kegagalan makin menghantui membuat dirinya stress hingga memilih kembali merokok padahal ia sedang mencoba untuk berhenti.

Dan melanjutkan setengah batang nikotin yang masih tersisa dari Ji tadi. "Kamu tuh ya."

"Kamu aja gih yang buka," Ji menyodorkan ponsel kepadanya, lalu lelaki itu pergi entah kemana. Membuat Dan berdecak sebal. "Kan yang ujian kamu, kok aku yang buka hasilnya sih?"

Merasa diabaikan, Dan menyusul Ji yang baru keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah. Tampaknya lelaki Park itu membilas wajah lelahnya. "Yaudah sini,"

Keduanya pun duduk berdampingan, Dan yang sedaritadi penasaran dengan hasilnya tak henti untuk mengusap pelan punggung sang pacar. Dalam beberapa menit hasil itu pun terlihat.

"Jihoon?" panggil Dan pelan, ia dapat melihat langsung hasil dari layar ponsel Ji. "Selamat!" katanya dengan langsung memeluk tubuh yang lebih besar itu darinya.

Sedangkan Ji, lelaki itu terdiam sebentar. Seperti tidak percaya. "Aku ke nangor."

"Iyaa."

"Jatinangor." Ucap Ji lagi.

"Iya, kenapa sih?"

Walaupun UNPAD adalah pilihan keduanya dan ia diterima disana, entah kenapa hati Ji terasa ganjal menerimanya.

Dan yang tau pacarnya itu sedikit kecewa karena tak diterima dipilihan pertama berusaha menenangkan dan menghibur, ia bahkan tak peduli kalau nanti tempat Ji kuliah agak jauh dari kampus dan rumahnya juga.

Hening sebentar, "masih disini-sini juga, Ji.. bisa pulang hari kalo kamu mau, ah kamu."

Lalu Ji tersenyum, tadi dia perlu waktu untuk menerima hasilnya. Sekarang Ji merasa bangga akan diri sendiri karena kerja kerasnya tidak terasa sia-sia. Untuk orang sepertinya, yang pernah koma berbulan-bulan lalu berusaha untuk pulih dan juga bertekad menyusul pendidikan, Ji rasa ini adalah bayaran yang pantas untuk semuanya.

Ji bahkan tak sabar untuk memamerkan semua ini pada orang rumah. Tentunya, ia akan memperlihatkan itu pada mama dan papa. Membuktikan kalau sekarang dirinya bisa lebih baik dan menebus kesalahannya di masa lalu.

"Makasih, cil. Makasih karena kamu selalu ada buat aku." Kata Ji memeluk Dan hingga lelaki mungil itu merengek karena tenaga pacarnya itu cukup kuat sampai membuatnya terasa sesak.

"Yaiya tapi lepasin aku bengek ini, Jiji!"

***

Mobil minicooper berwarna putih itu terparkir mulus di pekarangan rumah. Jeongwoo yang sore itu sedang menyiram tanaman, sontak menghentikan kegiatannya dan memilih untuk menghampiri sang kakak yang baru pulang.

"Heh gimana?"

"Asup heula." (masuk dulu) ajak Ji sembari merangkul adik bungsunya itu. Jeongwoo menurut sampai sang kakak mengajaknya ke kamar.

"Tah." Ji lebih memilih memperlihatkan hasilnya dari ponsel daripada menjelaskan langsung. Hal itu membuat Jeongwoo ternganga dan setelahnya bertepuk tangan heboh.

"ANJIR ANAK UNPAD EUY!"

Ji tersenyum tipis, "lo jangan nangis ya kita gak sekampus."

"Ye siapa juga yang nangis! Gue mau nelpon mama sama papa biar mereka cepet pulang!"

Dilhar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang