Malam kalian, udah kangen belum sama Couple Millo-Mentari? Hihihi^^
( ◜‿◝ )♡
Millo pergi setelah mengantarkan Lala ke bimbel belajarnya. Ia memutar stir mobilnya guna berbalik arah menuju Rumah Sakit.
Hari ini tepat seminggu hari Mentari di rawat, namun Millo tak pernah absen menemani kekasihnya. Keadaan Mentari juga berangsur membaik, Namun ini hanya siklus seperti biasanya Perempuan itu kambuh. Sembuh-kambuh-sembuh. Tidak akan pernah selesai sebelum Mentari mendapatkan donor jantung.
Sesampainya di Rumah Sakit, Millo mengambil tas sekolahnya yang di letakkan di bangku samping kemudi. Tas itu berisi beberapa buku paket dan tugas sekolah Mereka.
Sepanjang lorong Millo bertemu beberapa tenaga medis yang Ia kenal, meskipun berkepribadian dingin Millo tetap memiliki sopan santun menyapa Mereka.
Di depan ruang rawat Mentari, Millo bertemu dengan kedua Orang tua Perempuan itu.
"Sore Om, Tante." Sapa Millo sopan.
"Om, mau kemana?" Tanya Millo karena melihat Lelaki paruh baya itu membawa koper.
"Saya harus kembali ke Singapura, Pekerjaan saya tidak bisa di tinggal lama." Jawab Papa Mentari.
"Oh. Hati-hati, Om." Millo menyalami punggung tangan Papa Mentari.
Papa Mentari merangkul bahu Millo lalu menepuknya beberapa kali.
"Saya minta tolong jagain Mentari, ya. Saya titipkan Dia sama Kamu." Kata Papa Mentari.
Millo terharu karena kepercayaan yang diberikan Papa Mentari padanya.
"Siap, Om. Saya akan jagain Mentari lebih dari diri Saya sendiri."
Mama Mentari tentu berkaca-kaca melihat kesungguhan Seorang pemuda kepada Putrinya. Belakangan ini Mentari suka bercerita Ia tak ingin memberi tahu Pacarnya mengenai Penyakit Mentari. Mentari takut mengecewakan ekspetasi Millo yang amat menyayangi nya. Tapi seminggu yang lalu, Kebohongan tidak lagi lancar berpihak pada Mentari karena Pacarnya dengan mata kepala sendiri menyaksikan Mentari Kambuh, dan berakhir ketahuan.
"Makasih udah jadi salah satu alasan Putri saya semangat untuk bertahan hidup. Terimakasih, Millo."
Seorang Ayah yang amat mencintai Putri kandung semata wayangnya itu memeluk Millo seraya berulang kali mengucapkan kata Terimakasih.
Terimakasih untuk semua hal. Rumah sakit benar-benar memperlakukan Putrinya seperti ratu di Ruang VVIP yang penuh fasilitas terbaik, Dokter terbaik dari Rumah Sakit, pembebasan biaya perobatan, hingga Keluarga Millo dengan baik hatinya ikut mencari Donor jantung untuk Mentari.
Zillo, Ayah Millo itu bahkan menghubungi seluruh rekan dokternya di berbagai Negara guna mencari informasi secepatnya. Bagiamana bisa Orang Tua Mentari tidak berterimakasih.
Selepas kepergian Papa Mentari, Millo masuk kedalam Ruangan Gadis itu bersama Mama Mentari.
"Ih, Bobok." Millo menoel hidung Mentari yang sedang tertidur.
"Habis minum obat, ngantuk deh Dia." Kata Mama Mentari.
Millo tersenyum mendengarnya. "Tante, udah makan?" Tanya Millo.
Mama Mentari mengangguk dengan senyuman. "Sudah kok."
"Millo, Tante tinggal ngantar Laundry baju bentar gak papa?"
"Gak papa kok, Tan. Biar Millo yang jagain Mentari."
"Makasih ya, Tante tinggal dulu."
Sepeninggalan Mama Mentari, Millo duduk di dekat brankar Pacarnya seraya merapikan rambut Gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLO [On Going]
FanfictionMillo Salvio Wijaya, Seorang Siswa Pintar yang menyandang jabatan sebagai Ketua Osis. Ia terkenal dengan wajah Tampan, dan Sikap Dingin nya. Sampai-sampai Semua Gadis Di Sekolah memuja dan mengejar Millo, dengan bebagai cara. Tapi, Millo tidak perna...