Happy reading 💚
^_^
Minggu pagi, Millo bangun dengan perasaan yang lega. Setelah tiga hari deman dan flu, Akhirnya tubuh nya kembali segar. Terhitung sudah dua hari Millo izin tidak Sekolah, karena Memang demam tinggi nya menyebabkan Sang Bunda tidak memperbolehkan Millo untuk Sekolah.
"Bang, Udah bangun? " Lelaki paruh baya datang dengan setelan jas nya seraya membawa nampan berisi sarapan Millo.
"Abang udah sembuh, Yah. Bisa sarapan Di dapur." Kata Millo tidak enak. Ia jadi merasa seperti Anak kecil, karena terlalu di manjakan begini.
"Bagus deh kalo gitu. Tapi kali ini makan di sini dulu aja." Ucap Zillo pada Anak nya.
Millo mengangguk. "Makasih, Yah."
"Ini hari libur, Kok Ayah kerja? "
"Cuma rapat sebentar. Setelah itu pulang kok." Millo pun ber 'O' ria.
"Ayah pergi kerja dulu, Ya. Obat nya harus tetap di minum sampai sembuh total."
Millo mengangguk kembali lalu mencium punggung tangan Ayah nya.
"Hati-hati, Yah."
Millo beranjak dari kasur nya, setelah Ayah nya menutup kembali pintu Kamar nya. Kemarin pagi, Ia bangun dengan tubuh yang masih lemas. Tapi Sekarang, Tubuh nya sudah kembali bertenaga.
Teringat tentang Pacar Manis nya, Millo jadi merindukan nya, Meski dalam posisi bersikat gigi. Jangan kan sikat gigi. Dari Kemarin, Saat ingin melihat televisi, Makan, Minum obat, Sampai ingin tidur pun Ia teringat Mentari. Millo merindukan Kekasih nya.
Dua hari lalu, Ia tidak bisa mengabari Mentari walau hanya berkata 'Hai' karena, kepala nya benar-benar pusing walau hanya untuk melihat layat ponsel.
Nanti selesai sarapan, Dia akan mencoba menghubungi Mentari.
Tok...tok...
"Masuk aja!" Millo yang sedang sarapan sembari Menonton kartun menjawab.
Bunyi pintu terbuka tak Millo hiraukan. Ia asik memakan sarapan nya, dengan rambut yang masih berantakan.
"Millo, Ada Mentari nih." Seketika tangan yang semula nya menyuapkan nasi di mulut, turun dan langsung beralih menutup wajah Millo.
"Millo! Kok malah nutup wajah sih?" Ujar Nillo keheranan, Sementara Mentari udah senyum-senyum liat rambut Singa nya Millo.
"Aku tinggal ya, Tar." Pamit Nillo.
Nara berdehem sejenak, Lalu tersenyum pada Nillo. "Makasih, Nillo."
Setelah Nillo pergi, Mentari berdiri di depan Millo sembari memperhatikan Lelaki itu yang masih menutupi wajah nya.
"Ihhh... Ketauan deh yang kalo bangun tidur langsung makan. Mana belum cuci muka lagi." Sindir Mentari lalu terkikik geli melihat sendok yang masih nyangkut di mulut Millo.
Mentari berinisiatif untuk mencabut sendok itu, Tapi malah berujung adu kekuatan antara tangan nya dan gigi Millo.
"Ngapain, sih Malu-malu? Aku juga seneng tahu liat Sisi kurang nya Kamu, selama ini Kamu nunjukin lebih nya terus." Ucap Mentari, Kemudian Dia mencabut Sendok itu setelah di rasa Millo tidak melakukan perlawanan lagi.
Sekarang, Gadis Mungil yang mengenakan Sweater rajut berwarna Taro itu mencoba membuka tangan Millo yang menutupi wajah nya.
"Kok gak bilang sih mau datang? Aku kan jadi Malu." Kesal Millo sembari membuang pandangannya agar tidak Bertemu dengan mata Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLO [On Going]
FanfictionMillo Salvio Wijaya, Seorang Siswa Pintar yang menyandang jabatan sebagai Ketua Osis. Ia terkenal dengan wajah Tampan, dan Sikap Dingin nya. Sampai-sampai Semua Gadis Di Sekolah memuja dan mengejar Millo, dengan bebagai cara. Tapi, Millo tidak perna...