Werewolf [The Lorzt's Regulation]

16. Fakta yang Mustahil

"Halo, Choi Yuna."

Saat ini juga, Yuna merasa kalau dirinya itu sedang berada di dunia khayalan yang alur ceritanya berkonflik pada manusia serigala sebagai pemeran antagonis. Lihat kan, otaknya jadi memikirkan hal rumit. Ya bagaimana caranya menghentikan kekacauan di pikiran setelah melihat langsung hal di luar kelogisan itu?

"Serigalanya berubah menjadi manusia? Apa itu tadi? Dia juga mengenalku," bisik Yuna. Perubahan wujud itu tak henti-hentinya berputar di otak Yuna. Ia bisa gila kalau digentayangi terus seperti ini. Raganya menolak tenang, meminta penjelasan selengkap mungkin soal pria jadi-jadian itu.

"Benar, Choi Yuna. Yang baru saja kau lihat itu werewolf. Me! I'm a werewolf. King of werewolf," Daejoong menyahut, kembali membuat tatapan Yuna mengarah linglung ke arahnya. Antara kosong, takut, bingung, penasaran, dan keterkejutan yang tak kunjung berhenti. Kelima perasaan tersebut sungguhlah pas untuk menggambarkan keadaan otak Yuna.

Dari benak Jaebum, sumpah serapah keluar secara beruntut tanpa bisa ia cegah. Untunglah dalam hati, bukan dikatakan langsung. Setidaknya image Jaebum masih terjaga di depan Yuna. Kini dia sungguh berharap, semoga bulu serigala Daejoong akan dikerubungi oleh banyak kutu darah dan kutu omnivora agar bulunya tergerogot. Tolong aminkan.

Arghhh! Daejoong sungguh menguji kesabarannya! Tak ada kah aksi selain membuat Yuna menonton pergantian shift serigala-manusianya itu? Jelas saja, Yuna sangat shock dibuatnya. Yuna itu manusia, bisa-bisanya Daejoong secara langsung memperlihatkan keberadaan werewolf padanya. Kebodohan level kutu beras yang tak dapat dideskripsikan oleh beragam kalimat.

Dasar anjing! Sinting lagi! Anjing bodoh! Anjing sinting!

Tangan Yuna refleks mendarat di punggung Jaebum saat mendengar langkah Daejoong yang kembali mendekat. Jaebum melirik sebentar, kemudian balas memegang tangan Yuna yang menempel di bajunya itu. Ia hanya bermaksud untuk menenangkannya, tidak ada maksud lain. Ini juga jauh dari kata cukup untuk membuat Yuna tenang.

Jaebum tidak tahu apa yang akan terjadi pada Yuna setelah ini. Apakah Yuna akan terus memikirkan Daejoong dan tak akan pernah bisa tidur lagi? Jaebum mohon agar Yuna bisa tenang setelah melalui ini. Bagaimanapun caranya, Yuna tak boleh mengabadikan kejadian ini di ingatannya yang sudah sempat kacau karena insiden jantung. Jaebum tidak ingin Yuna terlibat semakin jauh. Walaupun harapan-harapan itu terdengar mustahil.

"Apa maumu? Kenapa harus melibatkan manusia sepertinya? Keparat kau." Jaebum bersuara, disambut tawa renyah dari Raja Morris itu. Ah, dia itu tak pantas disebut raja. Dia hanya serigala, anjing berjiwa kutu beras, atau lebih rendah dari itu. Silakan saja sebut Daejoong dengan sesuka hatimu.

"Mauku? Membalas dendam, lah. Aku tak akan membiarkanmu bahagia walau sedikit pun. Kau tidak berhak."

"Itu semua adalah masalahku denganmu. Tak ada hubungannya sama sekali dengan Choi Yuna. Jangan ganggu dia lagi!"

Daejoong tak terlihat tergertak sama sekali. Ia malah mengelus jenggot tipis yang bertengger di dagunya sebelum menjawab, "Dia pacarmu, kan? Mark yang bilang kalau gadis ini yang menjadi urusanmu di Incheon. Waw ... Lim Jaebum sedang kasmaran, ya?"

Mendengar itu, Yuna berniat menimpali dengan menyembulkan kepala dari belakang tubuh Jaebum. "Aku bukan kekasihnya! Dia ke Incheon bukan untuk menjadikanku kekasih, tapi untuk––"

Dengan cepat, Jaebum meletakkan telunjuknya di bibir Yuna. Matanya menatap gadis itu tajam, sedikit kesal karena Yuna hampir tak bisa mengontrol ucapan. "Diam! Kenapa juga rem mulutmu jadi bocor?"

Yuna membeku sejenak, lalu melayangkan cengiran, membuat Jaebum menatapnya tak percaya. Bahkan sempat-sempatnya gadis itu menunjukkan gigi di saat seperti ini. Sempat-sempatnya rileks? Tapi bagus, sih, jika Yuna sudah tenang. Setidaknya Jaebum tidak perlu merasa kesulitan tuk menghibur gadis itu. Karena ia juga tak berbakat menghibur orang. Yang ada mental orang itu akan semakin rusak karenanya.