18. My Strange

94 22 22
                                    

Pada akhirnya, Jaebum mengaku juga. Entah harus bagaimana untuk mendeskripsikan perasaannya saat ini. Risau bercampur pasrah mendominasi. Bagaimana tidak? Sosok wolf pada dirinya telah terkuak oleh Yuna. Namun, ia tak bisa mengatakan apa pun untuk dijadikan sangkalan. Hanya saja Jaebum khawatir Yuna akan takut dengannya, atau seperti yang ia risaukan sebelum ini. Bagaimana jika Yuna membocorkan hal-hal gila ini pada manusia lain?

Jaebum menolehkan kepala untuk menatap Yuna, dan dapat ia lihat kalau wajah gadis pemilik double eyelid itu sama sekali tak menunjukkan raut senang ketika mendengar pengakuannya, tetapi hanya ada raut lesu dengan senyum tipis yang ditujukan pada Jaebum.

Mengejutkan saat Yuna meminta maaf karena telah mendesak Jaebum. Gadis itu berkata kalau dirinya sungguh berjanji. Yuna juga meminta Jaebum agar percaya padanya.

Berusaha berpikir positif, Jaebum mengangguk sebagai balasan. Berdasar insting, ia ingin menaruh rasa percaya yang besar pada gadis itu. Hanya saja tadi terlalu terkejut sampai membuatnya sangat kesal. Tapi mengetahui Yuna yang tidak memaki, menjauhi, ataupun ketakutan padanya, bahkan malah meminta maaf karena telah melihat itu dan bersumpah merahasiakan, Jaebum dibuat terkesan.

Selama ini ... Yuna tampak sangat baik. Ia juga selalu tenang dalam menyikapi sesuatu yang mengejutkan. Bukan koar-koar ketakutan, teriak, atau melarikan diri karena merasa ia akan dimangsa Jaebum. Yuna berbeda. Meskipun sudah tahu wujud Jaebum, gadis itu tak sedikit pun terlihat takut atau ragu. Yuna sangat percaya kalau Jaebum baik. Jadi, Jaebum juga harus percaya padanya, kan?

Kata Yuna, walau dia tidak tahu mana werewolf yang jahat dan mana yang baik, Yuna tetap yakin kalau Jaebum adalah werewolf yang baik. Jaebum sudah menolong Yuna ini-itu, dan tidak ada orang jahat yang bersedia melakukan itu padanya. Dengan Yuna yang memegang rahasia ini, anggap saja sebagai balas budi.

Setelah suasana berangsur normal kembali, tiba-tiba saja Yuna menyelipkan untaian rambutnya ke belakang telinga, lalu tersenyum manis pada Jaebum. Jangan tanya apa tujuan Yuna mendadak bertingkah centil seperti ini.

"Jadi, mari kita berteman. Asal aku mampu menjaga rahasia, tidak ada halangan lagi, kan?"

Namun, binar di kedua mata Yuna yang ditampilkan ketika berkata pun meredup, berganti dengan tatapan lesu seperti semula ketika Jaebum hanya diam tak merespon.

"Huft, aku terlihat seperti cewek gatal yang sangat ingin dekat denganmu. Maafkan aku."

Jaebum menggeleng. "Bukan begitu, tetapi untuk berjaga, kita tak boleh mengenal lebih jauh lagi. Bukan karena perbedaan antara manusia dan werewolf, tapi karena satu hal lain."

"Apa itu?" tanya Yuna malas.

"Kau tidak perlu tahu."

Tuh, kan? Jaebum tidak semudah itu dalam urusan membeberkan. Dia selalu memendamnya dengan apik.

"Kukira kau tidak ingin menjadi temanku karena ibaratnya kita berbeda ras atau jenis ah entahlah intinya itu. Tapi ternyata bukan, ya?" Yuna kecewa. Kenapa sesulit itu untuk berteman dengan Jaebum?

"Ya, bukan sebatas itu."

"Kau memang hanya menganggapku sebagai gadis malang yang perlu ditolong. Karena aku juga membutuhkan bantuanmu maka aku cukup bersyukur dan diam saja."

"Maaf." Hanya satu kata itu yang dapat Jaebum katakan untuk menanggapi Yuna.

"Hahaha," Yuna tertawa kecil tanpa rasa. "Kenapa kita daritadi saling meminta maaf terus? Kau tidak perlu minta maaf terus. Menjadikan seseorang sebagai teman itu adalah hakmu, aku saja yang berlebihan."

"Sebenarnya aku yang berlebihan," balas Jaebum, berusaha mencairkan suasana––meski teramat gagal karena ia merupakan orang yang kaku.

Yuna terkekeh. "Iya juga, kau memang aneh. Di saat kebanyakan yang ditolak dalam urusan menyatakan cinta, aku malah terus ditolak saat menyatakan keinginan pertemanan. The real sadgirl sampai ke akar-akar."

Werewolf [The Lorzt's Regulation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang