Setelah puas berkalut-kalut, wajah sembab Yuna menatap Jaebum dengan pandangan geli, tak peduli kalau itu dihadiahkan dengan tatapan aneh dari Jaebum. Yuna telah kembali ke sedia kala, kembali seperti keadaan biasanya. Kini, tak ada lagi emosi maupun kesedihan yang besar di wajahnya.
Dalam hati, Yuna mengomeli level kegilaannya yang melonjak. Hey, kenapa ia bisa sampai hancur begini di depan Jaebum? Mau ditaruh di mana wajahnya sekarang? Sudah kelewat gila!
Karena dipenuhi dengan perasaan malu, gadis itu tergagap, "Ehm ... Jaebum, a-aku tidak bermaksud--"
"Tidak apa-apa," potong Jaebum datar, masih mengunci tatapannya pada Yuna. Beda dengan gadis itu yang justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sontak saja, Jaebum membuang napas bingung. Kenapa kebanyakan wanita sulit dimengerti? Tadi sangat sedih, sekarang tiba-tiba malah jengah dan enggan berkontak mata. Maunya apa sebetulnya?
"Jangan malu," kata Jaebum.
Yuna tak merewes, malah salah fokus. Ia baru sadar kalau tangannya masih menempel tak tahu diri di baju Jaebum. Segera, ia menjauhkan tangan dengan rasa malu dua kali lipat. Ia disiksa dengan kesalahtingkahan.
Jaebum kembali tak habis pikir, memang Yuna sudah sering menunjukkan betapa random-nya dia. Maka Jaebum tak kaget lagi dengan tingkah roaller coaster yang dimiliki gadis itu.
"Kau bisa memercayaiku. Kalau ingin tertawa, ya tertawa. Kalau ingin mengeluh dan menangis, juga lakukan saja. Jangan terlalu segan dan ditutupi, karena bisa membuat tingkat stres bertambah," Jaebum berkata penuh harap.
Berhasil. Akhirnya Yuna menatapnya. Tatapan lesu bercampur kagum.
"Kau kaget karena aku bisa berkata-kata seperti ini juga?" tuding Jaebum, bercanda, meski ia tahu kalau candaannya segaring lem kering. "Dalam masa sulit, sekiranya omongan seperti itu memang tidak akan terdengar. Kau harus kuat."
Yuna masih tidak membalas apa pun. Ia cuma fokus menatap netra gelap milik werewolf itu. Entah kenapa rasanya sedang dipaksa diam. Ia kehilangan nafsu untuk bicara. Kalau boleh jujur, kobaran syok belum total menghilang, sehingga ia belum tenang sepenuhnya.
Jaebum memicing iba. Tatkala mata Yuna kembali berkaca dan juga berusaha menahan tangis dengan menggigit bibir, ia tarik pelan-pelan gadis itu ke dekapannya lagi. Dan Yuna menerimanya. Jaebum bingung harus berbuat ataupun memberi hiburan apa lagi. Namun, Jaebum mengaku bila ia tidak suka pemandangan tersebut. Tatapan Yuna terlalu melukiskan deritanya. Hal itu membuat Jaebum ikut merasa perih, teramat tidak tega, dan tak layak untuk dicap berguna.
"Tenang." Jaebum mendekap kepala Yuna dengan erat dan mengelusnya seperti adik sendiri, padahal mereka seumuran. Lim tidak mempermasalahkan pakaiannya yang kebanjiran. Karena pertama kalinya Yuna seperti ini, jadi Jaebum tidak keberatan selama itu dapat melepas stres yang menimpa Yuna. Gadis itu dapat menangis sepuas yang ia mau.
Seperti yang Jaebum katakan sebelumnya, Menangislah jika ingin menangis, dan tertawa pula jika ingin tertawa. Walaupun kalimat ciptaannya itu tak pernah ia tanam dalam dirinya sendiri.
Omong-omong, orang sekaku Jaebum bisa juga membuat satu kalimat bijak sedemikian. Patut diapresiasi.
"Maafkan aku."
Jaebum merasakan dadanya terusik oleh kepala Yuna yang menggeleng. "Ini takdirku. Kau tidak perlu meminta maaf terus, Lim Jaebum. Saat ini, bukan permintaan maaf yang aku butuhkan. Sama sekali bukan," kata Yuna sambil menjauhkan tubuhnya. Sudah cukup, ia tak ingin gelendotan terus-terusan.
Jaebum terdiam, fokus mendengarkan Yuna.
"Kau datang saat aku butuh seseorang. Aku sudah sangat berterima kasih karena itu. Kalau tidak ada kau ... entahlah, yang pasti aku berada di luar kendali. Aku dikendalikan oleh ketegangan emosional, bisa jadi aku dapat celaka akibatnya. Tapi kau menolongku, jadi aku baik-baik saja."
![](https://img.wattpad.com/cover/274656443-288-k303025.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf [The Lorzt's Regulation]
WerewolfBermula dari ketidaksengajaan yang menimpa. Tombak yang menusuk jantung sang kepala sekolah tepat di depan mata Choi Yuna membuatnya harus terseret dalam sebuah aturan bangsa werewolf. Sedangkan Lim Jaebum, tentu berusaha untuk mencegah bahaya dari...