"Turunkan aku atau kutarik rambutmu sampai botak!" Yuna berusaha keras untuk memaksa, meskipun ia bicara sudah seperti orang yang tidak dapat asupan makanan selama seminggu. Tapi sayangnya, ia diabaikan. Ayolah, apa lelaki itu tidak peka kalau salah satu alasan Yuna ingin diturunkan itu karena segan dan salah tingkah?
Yuna tahu maksud Jaebum baik karena membantunya. Tapi kalau sampai mengangkat tubuhnya seperti ini, Yuna jadi terkesan merepotkan dan seperti tidak punya kaki saja.
"Yak, Lim Jaebum! Aku mau turun! Kau tidak dengar? Turun turun turun!"
Lagi, masih diabaikan. Tatapan Jaebum terarah fokus ke depan, tanpa sekalipun berminat meliriknya. Tungkai kakinya bergerak lebar, tegas, dan hati-hati. Paduan iramanya seiras dengan detak jantung milik Yuna. Ia sangat malu, sungguh.
"Kali ini, aku serius akan menjambakmu. Satu ... dua ... ti--"
"Berisik!" ketus Jaebum, tetapi malah membuat wajah Yuna berubah sumringah, karena ia berhasil menyuruh Jaebum untuk menghentikan derap langkah.
Jaebum menghela napas sebal. Tapi sebagai laki-laki yang tidak bisa semena-mena menyentuh perempuan, akhirnya ia menurut.
Setelah menurunkan Yuna, ia tetap telaten dengan memegangi lengan perempuan itu yang hampir terjatuh. Padahal Yuna lemas sekali, dan Jaebum tidak yakin kalau gadis ini baik-baik saja. Dia baru saja diserang serigala, bukankah harusnya ia ketakutan? Entah bisa dibilang aneh atau hebat karena Yuna masih terlihat tenang dan tidak terlihat adanya tanda-tanda trauma di wajahnya.
Yuna mencoba menegakkan tubuhnya dengan berpegangan pada tangan Jaebum sampai benar-benar stabil. Bertingkah iseng tak iseng, kemudian ia memukul pelan bahu Jaebum. Dan lihatlah laki-laki itu, dia mengerang.
"Parah, padahal aku hanya memukulmu sangat pelan. Setelah ini, kau harus ke rumah sakit!" ucapnya, yang hanya diiyakan oleh Jaebum.
"Sebenarnya kita ada di Ilsan bagian mana? Ada kastil tadi, aku seperti menjelajah masa lampau di mana banyak sekali kerajaan-kerajaan. Dan ... werewolf sungguh ada? Ckck, apa aku sedang masuk di cerita novel atau apa." Yuna terkekeh garing.
Jaebum bereaksi sederhana, "Jauh di dalam hutan, sangat jauh."
"Hutan dekat rumah nenekku?"
"Y--ah, tidak tahu. Memang di mana rumah nenekmu?" Jaebum mengerjap beberapa kali, dilanda kegugupan. Huft, tapi untung saja ia tidak kelepasan bicara.
Alasan lelaki itu menjauhkan diri dari Yuna, itu supaya perasaan aneh yang selalu hadir melalui dirinya pada Yuna tidak akan membesar. Jaebum ingatkan kalau perasaan itu bukan rasa suka atau naksir, ya? Sekali lagi ia ingatkan, kalau ini lain! Entahlah, ia sendiri juga belum pasti paham. Maybe ... it's a wolf instinct.
Ditambah, mereka bukan sekedar berbeda, tetapi ada satu hal lagi yang membuat mereka tak boleh terikat lebih, yaitu insiden 'jantung'. Jaebum harus was-was karena bahaya itu masih mengintai Yuna. Kasihan anak orang.
"Rumah nenekku itu ada di dekat hutan. Maksudku, di luar hutan. Ya intinya daerah sekitar situ. Makannya aku tanya, ini hutan dekat rumah nenekku atau bukan," balas Yuna.
"Nanti kau katakan saja padaku di mana rumah nenekmu. Karena kita masih di Ilsan, aku hafal semua lokasi di sini. Yang penting, kita harus keluar dulu dari hutan."
"Oke. Malam ini aku sangat bergantung padamu. Jadi, jangan kecewakan aku."
Jaebum tersenyum tipis. Lalu ia dibuat berpikir. Jika terus berjalan kaki--meski sesekali berlari--seperti ini, pasti membutuhkan waktu lama untuk sampai. Kalau bisa, Jaebum sudah bertransformasi menjadi serigala dan membiarkan Yuna menaikinya agar cepat sampai di tujuan. Tapi karena itu sama saja membongkar wujud aslinya sendiri, jadi ia tak bisa melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf [The Lorzt's Regulation]
Manusia SerigalaBermula dari ketidaksengajaan yang menimpa. Tombak yang menusuk jantung sang kepala sekolah tepat di depan mata Choi Yuna membuatnya harus terseret dalam sebuah aturan bangsa werewolf. Sedangkan Lim Jaebum, tentu berusaha untuk mencegah bahaya dari...