Mark sudah ingkar janji. Kini, gadis pemilik kulit yang lebih gelap dari Jaebum itu telah terlanjur berada di sini dengan wajah yang sembab. Sepertinya karena menangis ketakutan. Takut dengan kondisi Jaebum yang mungkin tidak dapat tertolong. Walaupun tangisannya tidak keras––bahkan tak terdengar––tapi Jaebum tahu karena tubuh Yuna gemetaran.
Tatapan yang mengandung amarah dihujamkan dari mata Jaebum. Jaebum tak menyangka. Meskipun ia marah, tapi tak dapat dipungkiri kalau hatinya juga merasa lega ketika melihat gadis itu ada di sini.
Jaebum yang tak bisa bergerak lebih, hanya berusaha mengusir Yuna. Ia tak ingin gadis itu kenapa-napa lagi. Walaupun ia tahu kalau usirannya tidak akan mempan untuk Yuna. "Kenapa kau di sini? Pergi!"
Bulir bening yang merebas dari mata Yuna, membuat Jaebum tersentuh sekaligus jengkel. Ia sungguh benci melihat perempuan menangis. Terlebih sekarang dia sendiri yang menjadi penyebabnya. Rasanya seperti orang jahat saja.
"PERGI!" Betapa sulitnya bagi Jaebum untuk meninggikan suara di saat perutnya tertahan untuk berteriak karena terluka. Dapat ia lihat dari iris mata, Yuna tetap menggeleng sembari menggenggam tangannya, membuat Jaebum semakin lengah. Kenapa perempuan itu selalu bisa merombak perasaan Jaebum?
"Aku tidak membutuhkan bantuanmu! PERGI!" bentaknya di akhir kalimat. Mungkin dia kasar sekarang, tapi biarkan saja. Tidak masalah jika itu akan membuat Yuna menurut untuk pergi, lalu perempuan itu akan selamat. Tapi lagi-lagi, bentakannya hanyalah angin lalu. Yuna mengabaikan usiran-usiran itu, memilih fokus pada tujuannya. Serta fokus menatap Jaebum dengan tatapan khawatir dan takut.
"Apa cara ini akan berhasil?"
Tanpa menunggu lama lagi, Yuna mendekatkan tubuhnya sehingga lelaki itu spontan memejamkan mata. Jaebum kini hanya bisa memasrahkan diri. Lagipula, ia juga mengakui kalau dirinya sangat membutuhkan gadis ini. Jaebum juga tak bisa memberontak di saat tubuhnya sudah terasa tak bertenaga sama sekali.
Hingga akhirnya, tubuh mereka menempel. Dapat Jaebum rasakan debaran yang menggila dari jantung Yuna. Bukan hanya Yuna yang merasakannya karena Jaebum juga tidak jauh beda. Detakan keduanya saling beradu, menciptakan ketukan yang tak beraturan.
Jaebum meringis pelan ketika Yuna menyentuh lukanya, tapi hanya ringisan kecil dengan durasi satu detik. Alih-alih kesakitan karena sedikit dihimpit, lelaki itu justru merasakan sengatan hangat yang menggetarkan pada tubuhnya. Sengatan yang menjalar dengan memaksa. Namun, paksaan itu terasa lembut.
"Kau pernah berkata padaku kalau aku merupakan obat. Jadi, buktikan. Sembuh, ya? Sembuh, ayo sembuh...."
'Ya,' balas Jaebum dalam hati karena tak sanggup untuk berbicara lagi. Dia merasa senang di saat Yuna terdengar sudah percaya pada perkataannya tadi malam. Jaebum akan membuktikannya, pasti. Walaupun tak meminta, tapi karena Yuna sudah ada di sini maka Jaebum tak boleh mengecewakannya dan harus memanfaatkan hal ini dengan baik.
Jaebum menghirup aroma puncak rambut Yuna yang menyapu wajahnya dengan dalam dan tenang. Ia membiarkan energi-energi itu mengalir bebas di sarafnya. Meskipun masih terlapisi oleh kain pakaian, kulit Jaebum tetap bekerja untuk meresapi sentuhan Yuna secara rinci dan fokus, guna menyerap kehangatan dan sengatan yang menggetarkan itu.
Selang beberapa detik saja, kini tangan Jaebum sudah terasa mudah untuk digerakkan. Sebagai tanda kalau ini sudah mulai berhasil, Jaebum menggerakkan tangan kanannya yang bebas untuk mengusap rambut dan pundak Yuna. Ia ingin agar gadis itu tahu kalau keberadaannya di sini merupakan suatu aksi berani yang telah menyelamatkan nyawa seseorang. Kata terima kasih pun agaknya kurang sebagai balasan.
Beberapa menit, mereka sama-sama membeku dalam posisi ini. Sampai akhirnya, mulut Yuna menganga tak percaya ketika aroma darah yang menguar dari bahu Jaebum perlahan mulai hilang, bersamaan dengan suara dari mulut lelaki itu yang mengatakan sesuatu, "Dengar. Suaraku sudah pulih dan tidak terengah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf [The Lorzt's Regulation]
WilkołakiBermula dari ketidaksengajaan yang menimpa. Tombak yang menusuk jantung sang kepala sekolah tepat di depan mata Choi Yuna membuatnya harus terseret dalam sebuah aturan bangsa werewolf. Sedangkan Lim Jaebum, tentu berusaha untuk mencegah bahaya dari...