1. Hari 'Tombak dan Serigala'

211 44 11
                                    

Suasana SMA 1 Incheon yang sepi, tenang, dan menegangkan karena merupakan waktu berlangsungnya ujian matematika, menjadi semakin tegang saja––bahkan menakutkan. Bangunan tiga lantai itu terasa seperti akan roboh karena getaran yang guncangannya serupa dengan gempa bumi akibat serangan mendadak dari banyak orang.

Para manusia di sekolah itu ketakutan, tetapi juga kebingungan. Mereka tidak mengerti apa yang harus dilakukan sekarang. Beberapa dari mereka sudah lari keluar dari sekolah, ada juga yang langsung pingsan karena saking takutnya. Apalagi saat melihat seekor serigala masuk ke salah satu kelas melalui jendela yang terbuka, membuat mereka yang ada di kelas itu berteriak histeris. Meskipun ketakutan, tetapi tubuh mereka rasanya kaku dan sulit bergerak sehingga memilih diam alih-alih berlari.

Sampai akhirnya, ada seorang pria berambut merah masuk ke kelas dan melawan serigala itu dengan tangan kosong. Pertarungan sengit antara pria berambut merah dengan serigala hitam akhirnya dimenangkan oleh si pria dengan surai menyala tersebut. Meskipun hanya dengan tangan kosong, pria itu berhasil membuat seekor serigala hitam mati setelah menggelepar kesakitan. Fantastis!

Di lain sisi, Jaebum melesat cepat untuk berbicara dengan kepala sekolah di sekolah ini. Dia mendapati kepala sekolah tersebut yang sedang berbicara dengan seorang siswi.

"Lim Jaebum?"

Kepala sekolah itu menyambut kedatangan Jaebum secara antusias, tetapi sedikit bingung dengan raut gugup dan cemas yang ada di wajah Jaebum. Siswi yang ucapannya terpotong karena kedatangan Jaebum, hanya tersenyum canggung.

"Ah, Pak, kalian berdua ingin membicarakan sesuatu yang penting, ya? Karena Bapak juga mengenali dia, apa saya harus keluar? Nanti saya datang lagi di jam istirahat kedua," ucap siswi tersebut dengan sopan. Pak Kepala Sekolah tersenyum, kemudian tangannya bergerak memberi jempol.

Baru dua langkah siswi itu berbalik, mereka bertiga dikejutkan oleh teriakan para siswa dan guru serta goncangan mendadak yang terasa seperti gempa.

'Sial, aku terlambat,' batin Jaebum sembari melirik Pak Kepala Sekolah yang juga memberinya tatapan penuh tanda tanya. Jaebum hanya menghela napas. Jika saja tidak ada seorang siswi di sini, dia sudah berteriak guna memberitahu Pak Kepala Sekolah tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"AWAS!"

Jaebum yang melihat sebuah tombak memecah kaca ruang kepala sekolah, langsung melesat. Dia spontan memeluk dan menggulingkan siswi itu untuk melindunginya. Jaebum juga merelakan punggungnya untuk menghadang serpihan kaca yang hendak menuju ke arah dia dan siswi itu. Tidak apa-apa karena kulitnya tebal, ditambah terlapisi oleh pakaian.

"GRAAAAAAAAA!!!"

Jeritan ngilu terdengar nyaring di telinga mereka berdua. Jaebum melebarkan mata dan menoleh ke sumber suara. Tercengang, dia hampir saja roboh saat melihat pemandangan mengerikan itu jika saja tidak ada siswi itu yang menahan tubuhnya.

"TIDAK! YANG MULIA!" Jaebum histeris. Ini gila.

"AAAA! A-apa itu ta-tadi? Tombaknya! Dan, apa maksudmu ... 'Yang Mulia'?" tanya siswi tersebut, napasnya tersendat karena dia juga melihat adegan itu. Adegan di mana sebuah tombak menusuk tepat di jantung kepala sekolahnya dan membuat pria itu bernasib mati secara mengenaskan. Jaebum menutup mata siswi tersebut dengan telapak tangannya karena khawatir.

Apa dia melihat semuanya?

"Lupakan semua yang terjadi hari ini, kumohon. Ayo keluar," ucap Jaebum pelan, hampir seperti berbisik. Pelan-pelan, ia menarik tangan siswi itu agar berdiri. Jaebum memutar tubuhnya dan menatap gadis itu. "Dengarkan aku baik-baik. Aku akan membawamu untuk keluar dari tempat ini. Jika nanti ada pertarungan atau hal-hal aneh yang kau lihat saat aku membawamu keluar, tutup saja matamu dan rasakan tanganku saja, aku tidak akan melepasnya. Kau mengerti?"

Werewolf [The Lorzt's Regulation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang