11. Bertemu Serigala

72 22 15
                                    

Yuna berusaha bangun setelah mendapat sebuah cambukan dari sang ayah. Rasanya sangat menyakitkan, melebihi apa pun. Bukan hanya fisik yang terasa sakit, hatinya juga sangat terluka karena menghadapi fakta bahwa Siwon telah bermain tangan padanya.


Itu adalah ketakutan terbesarnya selama ini. Yuna rela jika dimarahi, dicaci maki, atau dibanding-bandingkan oleh Siwon. Asal, jangan membuatnya hancur dengan serangan fisik.

Karena batinnya terluka, Yuna tak sanggup berdiri untuk sementara, dan hanya bisa menangis di saat pikirannya menjadi kacau. Yuna sedang tidak baik-baik saja dan sungguh membutuhkan pertolongan, tetapi tak ada siapa pun di sisinya.

Yuna berusaha untuk berdiri dengan susah payah. Ia berjalan tertatih menuju kamarnya. Pikirannya tengah kacau. Kemudian, ia bergerak mengisi koper dengan barang seperlunya untuk pergi dari rumah.

Mungkin banyak yang akan mengira kalau pikiran Yuna itu pendek karena main kabur saja. Tenang, meski Yuna sangat terluka dan berantakan, otaknya masih dapat berpikir jernih. Yuna hanya ingin menjauh dari ayahnya selama liburan semester pertama ini dan pergi ke rumah neneknya yang berada di Ilsan. Hanya nenek yang dapat Yuna andalkan.

Setelah menghukum Yuna dengan makian, tamparan, dan satu lecutan
, Siwon langsung meninggalkan putrinya, entah ke mana. Jadi, Yuna dapat pergi dengan aman. Siwon akan menghukumnya lagi jika tahu kalau Yuna melarikan diri. Biarkan saja. Setidaknya, saat ini Yuna dapat bersandar pada sang nenek.

Yuna bukan anak kecil lagi, dia merasa sudah mampu untuk menjaga diri. Ada untungnya juga jadi anak orang kaya, salah satunya karena dia rutin diberi jatah uang yang lumayan banyak setiap bulannya oleh Siwon. Meskipun pada akhirnya, Yuna akan menyisakan dan mengumpulkan uang-uang itu tanpa menghabiskan banyak setiap bulan. Bayangkan berapa banyak nominal tabungan yang Yuna miliki. Satu tiket kereta tidak akan membuat Yuna miskin.

Setelah apa yang sudah terjadi hari ini, Yuna tak yakin ia akan diberi uang saku bulanan yang banyak seperti biasanya. Bisa saja, ia tak akan diberi uang bulanan lagi. Tapi sungguh, Yuna benar-benar ingin menghindari ayahnya untuk sementara waktu. Jadi, dia tak memikirkan resiko-resiko lain. Jalani saja sekarang.

~¢¢¢~

Nenek Yuna, Yoo Shihya, hanya dapat memeluk Yuna dan mengusap-usap punggung sang cucu yang tengah menangis. Sedari tadi, Yuna hanya menangis. Shihya tak memaksa Yuna untuk menceritakan apa yang terjadi. Wanita tua itu mengizinkan Yuna untuk menangis terlebih dulu sampai puas.

Sepanjang perjalanan dari Incheon ke Ilsan, Yuna sudah tidak menangis. Tapi, setelah dia tiba di Ilsan dan berjalan menuju rumah Shihya, langkah demi langkahnya membuat rasa sakit yang diberikan ayahnya kembali hadir, membuat perih itu kembali meluap hingga ia tak sanggup menahan. Tanpa mengucapkan salam, Yuna langsung menangis di pelukan Shihya ketika neneknya membukakan pintu.

"Nenek, aku ingin menikmati udara Ilsan yang segar di luar. Aku akan kembali setelah puas menghirup oksigen," ucap Yuna setelah tangisnya berakhir.

Shihya tersenyum dan mengusap puncak kepala Yuna. "Nikmatilah. Tapi ingat, jangan sampai masuk ke hutan. Perlu Nenek temani?"

Yuna menggeleng seraya mengecup punggung tangan Shihya. "Aku keluar dulu, Nek."

Yuna kira, dengan menghirup udara Ilsan akan membuatnya melupakan masalahnya sejenak. Namun, ternyata tidak sesuai dengan ekspetasinya. Otaknya ini sulit sekali untuk diajak berkompromi dan dengan kurang ajarnya terus mengulang kejadian itu secara berkali-kali.

Werewolf [The Lorzt's Regulation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang