"Apa kau lupa kalau aku tadi mengajakmu jalan-jalan? Aku ingin makan angin, apa kau mau ikut? Atau tetap mau tidur?"
Celetukan Jaebum kontan membuat gerak kaki Yuna terhenti. Di balik suara datarnya, lelaki itu tersenyum puas diam-diam. Dari awal, 'jalan-jalan' yang terusan ia sebut itu bertujuan untuk menghilangkan resah-resah yang bertumpuk di kepala Yuna. Jadi, tak ada gunanya kalau gadis itu malah batal ikut.
"Aku malas denganmu. Kau egois, tahu? Aku mau tidur saja!" sembur Yuna tanpa repot menoleh. Padahal kalau ditampar dengan kenyataan pedas, Jaebum sudah pasti tak acuh dengan kode jual mahal yang sejenis itu. Benar, 'kan? Werewolf kaku mana tahu?
Yah, Yuna main terlalu jauh, dan jauhnya tak terkira sampai menyasar.
Relung hati Yuna bergulat, menyebabkan debat kusir di antara otak kanan dan kirinya, 'Jaebum, ayo ajak aku lagi. Aku benar-benar ingin ikut. Tapi serius, aku sungguh kesal denganmu! Boleh kan sesekali aku marah seperti ini? Aduh, sebenarnya mauku apa, sih? Kenapa jadi berlagak seperti perempuan manja yang main kode-kode? Kenapa aku jadi cari perhatian? Tapi sesekali saja kok!'
Jaebum diam sejenak untuk berpikir, lalu coba menebak, "Egois? Karena menolak tangan obatmu? Kau sebut itu egois?"
"Kan, itu tahu! Aku heran, padahal aku sudah bilang berkali-kali kalau aku senang jika membantu. Harusnya kita bisa impas, Jaebum. Kau melukai bahumu demi aku yang lemot ini, jadi aku juga harus membayar dengan mengobati, kan?" sungut Yuna menggebu. "Dan juga, satu lagi, agar aku tidak di-cap menyusahkan! Kenapa kau tidak mengerti aku?"
Bagi Yuna, tak ada semilir pun angin lawakan lewat, tapi Jaebum mengeluarkan tawa kecil disertai balasan yang mirip ejekan, "Kau memang manusia unik."
Yuna memicing. "Unik? Apanya? Karena tingkahku beraneka ragam hari ini? Cih, bukan waktunya untuk bercanda."
"Bukankah sudah kusuruh untuk mengabaikan cemoohan Lim Nayeon?" Jaebum gerakan langkah hingga merapat ke sisi Yuna. Arkian ia menuntun tangan kanan gadis itu hingga beradu sentuh dengan luka gores di punggung atasnya. Lebih baik seperti ini, lebih baik menuruti kemauannya dibanding membuat pipinya ketumpahan air mata lagi.
Alih-alih dibuat tersipu karena tingkah Jaebum, Yuna pilih membalas pertanyaan lelaki itu secara tegas, "Tadi aku berkata aku akan selalu percaya dengan Alpha Team, termasuk adikmu. Namun, bukan berarti aku bisa mengabaikan perkataan-perkataannya. Kau menyuruhku supaya tak mengambil hati, tetapi tak semudah itu."
"Apa pun itu, aku hanya tak ingin membiarkanmu sakit demi menyembuhkan lukaku, Choi Yuna. Sampai sekarang aku masih tidak mengerti mengapa kau bisa melakukannya. Aku ragu kalau itu bukan sesuatu yang baik," lirih Jaebum. "Aku tak ingin sering-sering menikmati hal yang mungkin seharusnya tak boleh dan bisa jadi akan berdampak buruk di akhir. Bisa gila kalau nantinya aku sendiri yang malah merenggut nyawamu. Jangan membuatku stres," tambahnya menekan.
Jaebum tak munafik pada diri sendiri. Ia sangat menyukai sensasi penyembuhan yang diberikan oleh Yuna. Dia bagai candu memuaskan yang selalu mengisi energi penuh tiap kulitnya menyentuh, sehingga hal itu seolah membuatnya berubah menjadi werewolf terkuat. Sentuhan obat Yuna seperti vitamin terlarang, membuatnya harus selalu mati-matian untuk menahan diri. Namun seringnya, Yuna kerap memberi pemaksaan yang menghadirkan rasa senang sekaligus takut dalam diri lelaki itu. Ketakutannya adalah; bagaimana kalau ia akan berujung melukai fisik Yuna suatu saat? Atau dugaan terburuknya ... mati?
Lagi dan lagi, dugaan selalu menjurus ke arah kematian. Jaebum muak!
Anggaplah bila Yuna beruntung kali ini, karena werewolf yang dapat ia sembuhkan adalah Jaebum. Kalau Morris atau Daejoong, gadis itu sudah pasti disentuh setiap hari guna dimanfaatkan habis-habisan. Energi candunya tidak main-main.

KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf [The Lorzt's Regulation]
WerewolfBermula dari ketidaksengajaan yang menimpa. Tombak yang menusuk jantung sang kepala sekolah tepat di depan mata Choi Yuna membuatnya harus terseret dalam sebuah aturan bangsa werewolf. Sedangkan Lim Jaebum, tentu berusaha untuk mencegah bahaya dari...