#17 A

1.2K 153 24
                                    

Enjoy
.
.
.
.

Mark dan keluarganya membatalkan keberangkatan mereka dan segera bergegas pergi kerumah sakit.

Sebelumnya Ichan sudah mengabari Jeno dan Buna tentang Jivan. Ichan sudah pasrah kalo kali ini Jeno ikut murka padanya.

Sepanjang perjalanan Mark tidak bisa tidak berenti khawatir tentang keadaan Jivan. Tubuhnya keringat dingin dan bisa dirasakan oleh Taeyong yang memang duduk disamping putra sulungnya itu.

"tenang bang... Kamu jangan panik gini" ujar Taeyong.

"Gimana aku gak panik bu? Ini Jivan kecelakaan!"

Ichan menepuk bahu sepupunya itu. "Kita semua khawatir dengan Jivan, tapi untuk lo... Lo juga perlu kontrol diri bang, jangan sampe lo ikutan sakit juga"

Iya Ichan bener, tapi gimana? Dipikiran Mark banyak kemungkinan terburuk yang terjadi dan membuat dadanya semakin sesak tidak karuan.

Sesampainya disebuah rumah sakit, Kevin menurunkan keluarganya dilobi RS sedangkan dia pergi untuk memarkirkan mobil.

Mark segera berlari ke lobi.
"suster, dimana pasien yang bernama Jivan.. Pasien dengan korban tabrak lari"

"pasien atas nama Jivan baru saja dibawa keruang operasi mas" ujar suster itu.

Tanpa babibu lagi, Mark segera pergi keruang operasi dan diikuti oleh keluarganya.

Didepan ruang tunggu operasi ternyata sudah ada Jeno dan Buna yang sedang menangis dalam pelukan Jeno.

Jeno menoleh ke arah Mark yang baru saja bersama Ichan. Tatapan tajam Jeno yang ia layangkan ke Mark tak membuat Mark ciut begitu saja.

Mark kesini karna Jivan.

"mau apa lo kesini? Gak puas lo bikin adek gue celaka mulu hah?!" cerca Jeno berturut-turut.

Buna mengenggam tangan Jeno untuk menenangkan putranya itu.

"Jeno.... Ini bukan salah Mark"

"Gak bun! Salah dia! Kalo aja dia gak maksa dateng ke hidup Jivan lagi... Semuanya gak akan kayak gini! Lo juga Chan?! Adek gue berangkat sama lo kenapa bisa dia sampe pulang sendirian hah! Sekarang gimana coba?!Jivan lagi berjuang bertahan hidup yang gak seharusnya dia ngerasain kesakitan kayak gini" Jeno masih terus marah-marah. Mengeluarkan segala kekesalannya terutama ke Mark yang berdiri didepannya.

"Jeno sabar... Jangan memperkeruh keadaan" ujar Buna.

Kedua orang tua Mark yang baru saja datang dibuat bingung karna keramaian yang dibuat oleh Jeno.

Tetapi pandangan ayah Mark tertuju kepada seseorang yang duduk disamping Jeno.

"Doyie?"

Buna yang masih hapal betul dengan suara itu menoleh kearah Jeffery.

"hai Jeff" sapa buna santai. Tidak kaget sama sekali dengan kedatangan Taeyong dan Jeffery.

"Jivan anak kamu?" tanya Jeffery kaget. Dia emang gak tau soal orang tua Jivan selama ia kenal anak itu.

"iya Jivan anak aku"

Sebenernya Taeyong cemburu bukan main, tapi ia sadar diri ini bukan waktu yang tepat untuk mengekspresikan perasaannya.

Jeno yang juga sudah tau cerita cinta segitiga antara ketiga orang tua ini, membuatnya muak apa lagi melihat ibu Mark berdiri disana.

"lebih baik kalian pulang saja. Aku dan buna bisa jaga Jivan berdua" ujar Jeno sarkatis.

"tapi Jen... Biarin gue disini nungguin Jivan" sanggah Mark.

"gak ada! Lo mau bikin adek gue semakin celaka lagi? Lo gak cukup apa liat dia nangis karna lo mulu? Lo harus sadar diri Mark!"

"JENO!" dan kali ini peringatan muncul dari Ichan. Perkataan Jeno itu dapat mengguncang mental secara tidak langsung.

"apa chan? Lo mau belain sepupu lo? Belain aja sono! Kalian gak tau kan apa yang pernah Mark lakuin ke Jivan?! Jangan merasa jadi korban atas tindakan lo sendiri ya bangsat!"

Taeyong yang tidak tahan anaknya dari tadi dipojokan oleh perkataan Jeno berusaha menarik Mark untuk membawa putranya pulang.

"ayo Mark kita pulang saja, disini gak ada yang ngehargain kamu..."

Mark melepaskan tangan Taeyong, menggeleng keras tidak akan ikut ibu nya.
"biarin aku disini bu.."

"udah lah... Mending lo ikutin kata mama lo! Muak juga gue liat lo disini" lagi, Jeno dengan kalimatnya.

Doyie hanya bisa menghela nafas. Dia gak nyangka perkataan Jeno bisa se julid itu kepada orang lain.

Doyie memberikan kode kepada Ichan untuk membawa Jeno pergi dari sana.

"apaan sih Chan!" Jeno tidak terima tubuhnya ditarik paksa oleh Ichan.

"mending lo ikut gue.... Mulut lo mau gue latih gimana cara ngomong yang bener"

Dengan sekuat tenaga akhirnya Jeno mampu dibawa Ichan pergi meninggalkan ruang tunggu itu.

"Mark duduk sini" Ajak buna, Mark akan melangkah duduk tetapi lengannya ditahan oleh Taeyong.

"bu..." lirih Mark meminta pengertian. Akhirnya Taeyong membiarkan Mark menghampiri Doyie dengan berat hati.

Buna entah kenapa kembali menangis saat Mark benar-benar sudah disampingnya dan membuat Mark memeluk buna menenangkannya.

"bun... Maafin Mark ya..." Lirih Mark.

Sudah lama sebenarnya Mark tidak melihat buna, sempat sekali bertemu setelah 2 tahun dan itu pun karna kesalahannya juga yang baku hantam dengan Jivan. Dan sekarang ia bertemu lagi dengan keadaan yang lebih parah.

"hiks.. Ini bukan salah kamu.. Ini kecelakaan, jangan menyalahkan diri kamu Mark hiks..."

"tapi yang dibilang Jeno bener bun... Harusnya Mark-"

"jangan dengerin apa kata Jeno... Yang Mark harus tau kalo Jivan cinta sama Mark ngelebihin cintanya kepada dirinya sendiri"

Perkataan buna harusnya menjadi penenang untuk Mark tetapi dalam keadaan ini, justru membuat hati Mark serasa ditekan. Sangat sesak.

"Doyie..."

Buna menoleh kearah bubu yang berjalan menghampirinya.

"Tae.."

Taeyong yang entah kenapa ikut berkaca-kaca tak bisa membendung air matanya lagi saat sudah benar-benar berhadapan dengan Doyie.

Buna bangkit dari duduknya dan memeluk Taeyong. Jujur saja buna merindukan sahabatnya ini. Hubungan mereka memburuk karna masalah cinta dan setelah sekian tahun akhirnya mereka bertemu lagi di keadaan yang kurang baik pula.

"Doyie... Maafin aku"

Buna menggeleng didalam pulakannya. " enggak harusnya aku yang minta maaf.... Ini juga salah aku"

"t-tapi kalo dulu aku gak misahin Mark sama Jivan gak akan gini jadinya."

"aku ngerti Tae... Aku bisa ngerti posisi kamu juga"

Ayah Jeff yang terdiam bersama Kevin dan hanya memperhatikan mereka semua, berjalan mendekat untuk menenangkan kedua submisive itu.

"udah jangan pada nangis lagi... Semuanya pada salah dengan porsinya masing-masing. Mending sekarang kita doain Jivan, supaya Jivan baik-baik aja"

Tbc

Kelarin satu masalah dulu ya..
Chap 17 juga ada beberapa part dan hari ini juga aku publish nya...

Voment jangan lupa

Kritik dan saran diterima..




Enemy Or True Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang