Tolong review chap sebelumnya disini😂
Dan kayaknya chap ini juga penuh hujatan...
Selamat menghujat...😂Enjoy
.
.
.
.Jodoh
Rezeki
Kematian
Takdir yang sudah digariskan tuhan tanpa siapapun bisa menggantinya.
Mungkin hari ini kamu bisa tertawa bersama seorang yang sangat dekat denganmu dan kemudian hari kamu harus menangisi kepergiannya.
Penyesalan? Tentu ada.
Hal-hal yang seharusnya bisa kalian lakukan dikemudian hari harus tandas begitu saja.
Kesalahan-kesalahan yang belum termaafkan juga pasti tak kalah banyak.
Apalagi banyak kata yang belum diungkapkan sedangkan sang bunga telah gugur.
Penyesalan terbesarnya. Ungkapan yang terpendam dan harus ditelan kembali.
.
.Rumah Buna dan Jeno telah dihadiri orang-orang silih berganti, dimulai dari rekan kerja buna, kerabat mereka dan terutama teman satu sekolah Jeno yang amat sangat mengenal Jivan. Siapa yang tidak tahu Jivan? Si tampan biang masalah yang sialnya mood maker juga bagi teman-temannya.
Tidak ada yang menyangka satupun dari mereka akan kehilangan sosok Jivan yang begitu lucu. Satu angkatan setidaknya pasti memiliki kenangan yang tak terlupakan dengan Jivan.
Ketika orang-orang datang memberikan ucapan bela sungkawa , Buna hanya duduk terdiam sedikit membalas dengan senyum dan kembali hanya bisa termenung. Menatap peti mati yang kali ini putranya yang berada disana.
Jeno sebagai satu-satunya penguat yang ibunya punya harus rela berdiri kokoh dihadapan para tamu yang hadir, menyapa mereka dengan ramah dan mempersilahkan tamu masuk untuk bertemu ibunya atau paling tidak melihat Jivan untuk terakhir kalinya. padahal dalam hatinya ia tak kalah hancur saat ia tau kembarannya pergi ke dunia yang tak dapat ia jangkau.
Kita lahir bersama Ji, tapi kenapa kamu egois pergi duluan
Berbicara kehilangan, Jeno dan Buna bukan satu-satunya yang sangat terluka atas perginya Jivan. Tetapi semua orang yang mengenalnya, apa lagi Ichan. Sahabat Jivan yang 24 jam jika mampu bisa selalu bersama Jivan.
Ichan sempat pingsan sekali dirumah sakit saat ia dan Jeno kembali dari luar dan balik keruang tunggu operasi. Dan saat ia dan Jeno kembali ia sudah mendapati Mark dan Buna yang sudah menangis sesegukan disana. Jeno dengan kepanikannya bertanya dengan dokter apa yang terjadi dan betapa terkejutnya ia mendengar penjelasan sang dokter.
Sahabat nya
Orang yang ia cinta
Pergi meninggalkan dunia.
Penyesalan memuncak dalam diri Ichan. Ingin sekali ia mengulang kejadian kemarin dan tidak akan membiarkan Jivan pulang sendirian.
Harusnya ia melarang Jivan.
Harusnya ia bersama Jivan saat itu.
Dan Harusnya ia tidak kehilangan Jivan sekarang.
Tapi apa?nasi sudah menjadi bubur dan semua itu sudah terjadi dan Ichan hanya dapat menyimpan penyesalannya dalam diri.
Ichan dan keluarganya membantu Jeno dirumah duga, menyiapkan tempat dan para tamu. Bagaimanapun sahabat yang Ichan punya tinggal Jeno dan Ichan tau Jeno sebenarnya jauh lebih rapuh dari dirinya.
Sebuah mobil hitam yang sangat Ichan hafal berhenti didepan rumah Jeno. Dan bisa dilihat disana yang turun ada om dan tantenya serta kedua sepupunya.
Ichan menatap sendu kedatangan Mark. Dengan setelan jas serta kacamata hitam yang pastinya menutupi betapa terlukanya sepupunya itu.
Kemarin setau Ichan , Mark dibawa pulang oleh Kevin atas perintah buna karna takut mental Mark semakin down. Dan kehadirannya disini sekarang malah membuat Ichan ikut sedih karna ia tau Mark pasti harus sekuat tenaga untuk bisa datang melihat Jivan untuk terakhir kalinya.
Jeno yang berdiri didepan pintu masuk masuk rumahnya menahan Mark untuk masuk, tindakan Jeno ini menarik atensi para tamu yang hadir.
"lo mau apa masuk? Udah cukup kan? Udah puaskan lo liat adek gue pergi? Buat apa lo datang kesini hah?!"
Ichan akan melangkah menaham Jeno tetapi langkahnya terhenti.
"jen.."
Renjun sudah lebih dulu ada disana untuk menahan Jeno dan dibantu oleh ayahnya.
"Jeno ikut ayah pergi dulu yuk... Biarin Mark masuk buat liat Jivan" ujar Yuta merayu Jeno.
"gak bisa Yah! Orang ini ud-"
"Jeno." panggilan Yuta yang penuh penekanan membuat Jeno mau tidak mau memberikan jalan untuk Mark walaupun ia tidak rela.
.
.Mark menatap peti mati itu dengan pandangan terluka.
Hatinya sudah mati rasa. Ia bahkan sudah tidak bisa menangis lagi sekarang. Mark tau, hatinya sudah dibawa pergi oleh seseorang yang sekarang sedang tertidur damai didepannya.
"kan... Bukan aku yang ninggalin kamu na.. Tapi kamu yang lebih dulu ninggalin aku." ujar Mark kepada Jivan yang sudah terbaring kaku.
" Semua kata-kata kamu memang cuma penenang aja. Kamu bilang kamu bakal tinggal disamping aku tapi apa nyatanya? Kamu nyuruh aku berusaha sembuh tapi lagi-lagi kamu sendiri yang memperburuk na..."
Mark mengelus pipi Jivan, pipi yang dulu terlihat manis saat Jivan tersenyum kini sudah teraba dingin yang mampu membuat hati Mark ikut membeku.
Wajah cantik ini
Senyum manis ini
Tidak akan pernah Mark lihat lagi selamanya.
Angan-angannya tinggi yang pernah ia rancang bersama lelaki manis ini, ikut pupus dibawa pergi bersamanya.
Hah.
Sudah tidak ada alasan lagi bagi Mark untuk bertahan kan? Alasan baginya untuk sembuh dari sakit mentalnya, alasan bagi Mark untuk bahagia. Jivan sudah pergi dan begitu pula dengan Mark.
Mark meraih jemari dingin itu dan menggenggamnya berusaha menyalurkan kehangatan yang tidak mungkin lagi dirasakan Jivan.
"tunggu aku sebentar ya? Kali ini aku bakal nyusul kamu dan gak bakal biarin kamu sendirian disana"
.
.
.
.
.
."MARK JANGAN!!"
TBC
HUHUHUHU....
aku lagi happy jadi maap jika tidak ada sedih-sedihnya😂😂😂
Ya bentar lagi mau abis lohhh... Gimana ya soalnya tokoh utamanya udah meninggal...😂😂
Tinggal kita tungguin aja si Mark itu mau di bawa kemana alurnya
See you guys muachh
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Or True Love?
FanfictionSi dua Leo yang hobinya duel. Sama-sama most wanted disekolah. Tapi bedanya Jaemin si Flower boy yang ganteng kelewat cantik dan Mark si bule Prince charming. Tapi apa iya mereka memang musuhan? cuma Jeno yang tau...