#1 27

1.3K 148 32
                                    

Agak mengsedih aku vomentnya dikit😢
Tapi gak papa... Aku niatnya cuma ngehibur😁

Enjoyy

.
.
.
.

"MARK JANGAAN!!"

Trang

Pisau yang tadi dipegang oleh Mark untuk memotongs nadi ditangannya sudah terlempar Jauh.

Mark dengan tatapan linglung menatap seseorang didepannya yang sudah menangis pilu.

"Nana?"

Jivan orang itu.

Ia dan Taeyong baru saja sampai setelah Taeyong menjemputnya dirumah karna katanya Mark ingin melakukan percobaan bunuh diri.

Jivan yang memang diliputi perasaan khawatir dibuat panik saat ibunya Mark membuka pintu kamar Mark dan kembali menemukan Mark yang mencoba meng akhiri hidupnya lagi. Maka dari itu Jivan langsung berlari ke arah Mark dan membuang pisau yang ntah Mark mendapatkannya dari mana.

"ini beneran nana?" tanya Mark dengan nada seperti anak kecil.

Jivan mengangguk kemudian memeluk Mark erat sambil tetap menangis.

"hikss kak Mark jangan lakuin itu lagi kak"

Taeyong yang sudah kembali sehabis mencari suaminya yang bisa-bisanya meninggalkan Mark sendirian.

"Jivan? Mark gak kenapa-napa kan?"

Jivan melepas pelukannya dan beralih ke Taeyong yang masih harap-harap cemas.

"hiks... Enggak kok tante.. Kak Mark gak luka"

Jawaban Jivan membuat kedua orang itu bernafas lega mendengarnya.

"kamu sih pa! Udah dibilang liatin Mark aku mau kerumah Jivan kamu malah sibuk kerja terus!"

Jeffery menggaruk tengkunya tidak gatal. Dia malu diomeli istrinya didepan anak mantan kekasihnya itu.

"ya maaf ma, papa tadi cuma curi-curi waktu"

"jangan curi-curi lagi makaknya!"

"iya-iya"

Jivan sedikit tersenyum melihat interaksi kedua orang tua itu dan tanpa sadar sebuah tangan mengenggam jari-jarinya.

Jivan menoleh ke arah Mark yang menatapnya dengan sorot tidak terbaca.

Taeyong dan Jeffry yang merasa mereka harus pergi dari pada mengganggu acara kedua anak muda ini.

"Jivan... Bubu titip Mark ya" ujar Taeyong sebelum keluar dari kamar Mark bersama suaminya.

"iya tante"

Jivan kembali memfokuskan atensinya kepada Mark. Bisa Jivan rasakan genggaman tangan itu semakin erat seolah takut kehilangan Jivan.

Tangan Jivan yang lain mengelus pipi Mark, menyalurkan perasaannya untuk menenangkan yang lebih tua, sedangkan Mark menutup matanya menikmati sensasi hangat yang timbul dari telapak tangan Jivan.

"kakak kenapa mau ngelakuin itu.?" tanya Jivan membuka suara.

"aku ngeliat kamu meninggal karna kecelakaan dan kamu ninggalin aku" jawab Mark masih dengan menikmati elusan dipipinya.

Jivan menarik Mark agar berbaring dikasurnya sedangkan Jivan memposisikan dirinya setengah duduk agar Mark dapat memeluk pinggangnya dan ia mengelus kepala yang lebih tua.

"jangan lakuin itu... Aku ada disini buat kakak"

Dejavù

Kejadian yang sama persis dalam bayangannya.

Enemy Or True Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang