Enjoy
.
.
.Mark dan Jivan terdiam mendengar perkataan dokter.
Diagnosa nya Jivan hanya kelelahan dan kurang tidur. Karna memang sebenernya Jivan pernah kayak gini kalo di kondisi capek banget.
Tapi bukan itu yang bikin mereka diem aja, Diagnosa lain yang bikin mereka diem lebih ke kaget dengan hasilnya.
Jivan
Hamil
(Mpreg gkpp?)
Mereka berdua se syok itu.
Karna Jivan memang gk nunjukin tanda-tanda kalo dia bakal hamil apa lagi dari dulu dia gak pernah tau kalo dia career kayak buna.
"Jadi gimana tuan-tuan?" Tanya dokter itu lagi saat kedua pasangan muda itu hanya diam saja.
Jivan lah yang pertama kali merespon. "Oh begitu ya dok? Tapi gak ada masalah lain kan?"
Dokter itu tersenyum "enggak, sejauh ini janin nya cukup sehat hanya saja tuan Jivan yang kondisi kurang stabil dan itu dapat mempengaruhi kesehatan janin" jelas dokter itu.
Jivan mengangguk, sedangkan Mark masih terdiam.
Dokter itu menyerahkan secarik kertas resep kepada Jivan.
"Saya sudah meresepkan obat dan beberapa vitamin. Saya harap tuan Jivan dan beristirahat dengan cukup dan banyak makan makanan sehat"
Jivan mengangguk. Kemudian menggenggam jemari Mark, menyadarkan pria itu dari keterdiamannya.
"Baiklah kalo begitu dokter, kami berdua permisi, terimakasih"
"Iya sama-sama semoga anda sehat selalu"
Jivan dan Mark keluar dari ruangan dokter itu.
Mark masih enggan bicara, entah kenapa sikap Mark membuat Jivan merasa sedikit sesak.
"Kak? Kakak ke mobil duluan aja, aku yang tebus obatnya" ujar Jivan.
Mark menatap Jivan datar.
"Gak usah, kamu aja yang kemobil biar aku yang tebus obat"Sudahnya Mark mengambil resep obat itu dari tangan Jivan dan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Jivan yang masih terdiam ditempatnya.
"Kak Mark gak suka ya sama bayi nya?"
Jivan menghela nafas pelan dan melangkah pergi menuju parkiran.
.
.
.
.
.Mark memutuskan mereka lebih baik pulang saja setelah dari rumah sakit. Jivan hanya menurut saja dari pada memancing amarah Mark yang nampaknya sedang dalam mood yang buruk.
Sesampainya dirumah, kedua orang itu hanya saling diam. Tidak ada yang membuka pembicaraan, Jivan yang dikamar berkutat dengan handphone nya sedangkan Mark entah apa yang sedang ia lakukan di ruang tv, mungkin menonton?
Jivan merasa suasana tempat tinggal mereka menjadi dingin. Ditambah pikirannya yang berkecamuk soal kehamilannya membuat Jivan didera sakit kepala.
"Aku harus kasih tau buna kan? Tapi gimana kalo buna marah? Apa lagi Jeno" monolog Jivan pada dirinya.
Jivan berfikir keras. Bagaimana kalo buna bakal marah? Jeno apa lagi? Udah deh cukup Mark aja yang gk nerima anaknya.
Ceklek.
Pintu kamar dibuka dan Mark masuk kedalam kamar. Masih diam tidak bicara sama sekali, Mark mengambil sesuatu dalam lemarinya kemudian kembali keluar kamar.
Jivan melihat itu hanya diam saja. Mau gimana lagi, terlalu segan mau nyapa walaupun itu pacarnya.
Setelah kepergian Mark Jivan mengelus perutnya yang masih rata.
"Kalo daddy gk mau nerima kamu, gk papa ya? Mama bisa kok ngehidupin kamu... Kita kuat ya?"
Tbc
Pendek?
Biarin, yang menting mancing emosi 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Or True Love?
FanfictionSi dua Leo yang hobinya duel. Sama-sama most wanted disekolah. Tapi bedanya Jaemin si Flower boy yang ganteng kelewat cantik dan Mark si bule Prince charming. Tapi apa iya mereka memang musuhan? cuma Jeno yang tau...