Enjoy
.
.
.
Disarankan membaca part sebelumnya lagiMark pulang pukul 2 tengah malam. Entah lah, Jivan berusaha tidak perduli juga dengan Mark.
Terserah dia mau apa Jivan berusaha tidak perduli.
Tetapi tidak dengan anak yang berada diperutnya. Intuisi hatinya meminta agar ia keluar kamar untuk menemui Mark yang baru saja pulang. Buah hatinya ingin sang ayah mengelus perut sang ibu.
Jivan duduk di pinggir ranjangnya. Ia ragu apa kah harus menemui Mark atau kembali tidur. Jivan bukan gengsi hanya saja ia takut mendengar penolakan yang Mark katakan pada anak mereka.
"Udah deh aku keluar aja, rasanya makin gak enak banget"
Jivan akhirnya memutuskan keluar kamar untuk mencari Mark.
Dan tak lupa Jivan harus melepas segala macam gengsi demi keinginan bayi nya.
Diruang tengah Jivan menemukan Mark yang sudah tertidur di sofa depan tv.
Jivan berjalan mendekat kearah Mark dengan pelan agar Mark tidak terbangun karna langkah kakinya.
Dengan susah payah Jivan berjongkok dan menatap Mark yang sudah tertidur pulas. Bisa Jivan lihat bahwa wajah Mark tanpa lelah, entah apa yang baru saja ia lakukan sepertinya Mark memiliki beban sangat berat.
Atau ini tentang buah hati mereka?
Yap pasti itu salah satunya.
"Kalo kayak gini aku ngerasa lebih deket sama kamu gk kayak hari-hari kemarin" ujar Jivan dengan sangat pelan. Berharap Mark tidak mendengarnya.
Jivan merasa perutnya kembali berulah dan dengan pelan Jivan menarik tangan Mark dan membawanya ke atas perutnya untuk mengelus perutnya yang sedang tidak mau diajak kompromi.
"Tenang lah sayang.... Mama sedang berusaha ini" ujar Jaemin berbicara dengan anak didalam perutnya.
Tanpa sadar pergerakan Jaemin ditangan Mark membuat sang pemilik terganggu dan bangun dari tidurnya.
"Kami ngapain Ji?" Tanya Mark dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Jivan ditanya seperti itu sontak tergagap. Ia bingung harus jujur atau bagaimana.
"P-perutku sakit... Aku membutuhkan tanganmu untuk mengelusnya" jawab Jivan.
Dapat dilihat wajah Mark berubah, Mark menghela nafas kemudian bangkit dari tidurnya disofa dan menarik Jivan agar ikut berdiri.
"Ayo tidur dikamar aja, disini dingin kamu gak bakal nyaman" kata Mark tetapi Jivan menggeleng. Ia menolak.
"Aku butuh kamu... Sekali aja tolong aku..." Ujar Jivan lirih.
Pada akhirnya Mark mengangguk sebagai jawaban.
"Aku temenin tidur ayo... Jangan disini"
"Yaudah iya ayo"
Mark menuntun Jivan kedalam kamar dan mereka merebahkan diri dikasur yang selama seminggu ini hanya ditempati oleh Jivan seorang.
Mark memeluk Jivan dari belakang dengan tangannya yang mengelus perut Jivan.
"Sekarang tidur, aku udah disini" bisik Mark ditelinga Jivan.
Sayangnya Jivan kembali menggeleng.
"Aku tidur nanti kamu pergi lagi, nanti kamu marah lagi, nanti kamu ngediemin aku lagi. Biarin kayak gini, biarin aku nikmatin mimpi aku"Tanpa Jivan tau sebenarnya perasaan bersalah mulai menggerogoti Mark. Mark menyesal telah mengabaikan kekasih hatinya yang sedang berjuang sendirian padahal itu juga hasil ulahnya.
"Aku janji gak bakal marah lagi apalagi ngediemin kamu. Sekarang kamu tidur istirahat biar besok gak sakit"
Jivan mengangguk sebagai balasan.
"Kak..."
"Hmm?"
"Kamu benci ya sama anak kamu?' tanya Jaemin lirih.
Mark diam tidak menjawab.
" kalo kakak emang benci gakpapa... Aku bisa gedein dia sendiri... Kakak gk usah khawatir" lanjut Jivan.
Mark mengeratkan pelukannya tanpa sadar.
"Kakak bilang aja ke aku sekarang gakpapa... Nanti aku aka yang jelasin sama buna sama Jeno biar mereka ngertiin posisi kita... Nanti aku minta Jemput Jeno-"
"Gak ada acara kamu dijemput Jeno! Kamu tanggung jawab aku, dan kamu milik aku! Kamu harus disini !" Potong Mark cepat.
"Tapi kak Mark bencikan sama anak kita? Kalo gitu untuk apa kita bertahan kak?"
Bisa Jaemin dengar suara nafas kasar dari Mark.
"Kakak bukan benci, kaka cuma takut ia ngerenggut kamu dari kakak"
.
.
.
.
.
.Jeno yang sedang bersama dengan buna nya dan Renjun sedak duduk di sebuah resto di tengah kota Tokyo.
"Bun,Jeno mau jenguk nana ke Amerika" ujar Jeno tiba-tiba.
Doyoung menatap Jeno bingung.
"Ngapain? Kan nana bilang kalo dia yang bakal nyusul ke sini pas liburan?"Jeno ngegeleng. "Aku punya firasat gak baik. Aku rasa ada sesuatu sama nana"
Renjun menggenggam telapak tangan kekasihnya lembut. "Kamu gk usah khawatir... Disana kan ada kak Mark, nana pasti dijagain sama dia"
Jeno hanya bisa menghela nafas. Sebenarnya mengingat kembarannya saja nafas nya terasa sesak. Ia benar-benar khawatir tanpa alasan.
"Iya semoga aja ini cuma perasaanku aja, dan nana bener-bener baik-baik aja"
TBC
Long time no see
Ini book lama banget stuck nya... Abisnya aku bingung..
Jangan lupa voment
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Or True Love?
FanfictionSi dua Leo yang hobinya duel. Sama-sama most wanted disekolah. Tapi bedanya Jaemin si Flower boy yang ganteng kelewat cantik dan Mark si bule Prince charming. Tapi apa iya mereka memang musuhan? cuma Jeno yang tau...