BAB 07

682 80 0
                                    

Dua hari berlalu setelah masa liburan berakhir, kini mereka harus kembali bersekolah.

"Queen? Bangun sayang," Queen panggilan untuknya yang khusus di berikan kedua orang tuanya. Selain karena anak satu-satunya dari sang pengusaha dan desainer terkenal.

"Ya mah," Aqeela setengah berteriak di dalam toilet untuk membersihkan tangannya.

Aqeela dan kedua orang tuanya kini duduk di ruang keluarga untuk memulai sarapan, yah kedua orang tuanya lebih memilih sarapan di ruang keluarga meski mereka memiliki meja makan.

"Papah antar kamu ke sekolah yah." Ujar papanya yang sedang menikmati pisang goreng buatan mamahnya.

"Tumben pah?" jawab Aqeela heran.

"Pengen aja," Aqeela dan Mamahnya yang mendengar itu terkekeh. Perlu di ketahui Papahnya memang memiliki sifat yang radom seperti saat ini.

Di sinilah Aqeela berada di dalam mobil  bersama sang papah menuju tempatnya menimbah ilmu.

"Belajar yang benar yah, kamu harus jadi anak kebangaan Papah," celotehan Papahnya menemani perjalanan Aqeela menuju sekolahnya.

"Siap Pah doakan aku sukses terus."

"Tentu sayang."

Keduanya lalu larut dalam canda tawa hingga tak terasa mobil mercy itu sudah memasuki area sekolah Aqeela.

"Aku sekolah dulu yah Pah, Papah hati-hati pulangnya." Pamitnya yang di angguki sang Papah.

"Sini peluk dulu, semangat juga yang sekolahnya. Papah sayang kamu."

Aqeela merentangkan tangannya dan meraih pelukan dari sang Papah, hal seperti ini patut ia syukuri.

"Papah jalan dulu."

Aqeela mengiringi kepergian mobil sang Papah dengan senyum cerianya. Hingga panggilan dari seseorang membuatnya menoleh ke belakang.

"Hay Ratu," sapa Aqeela balik.

"Michi sama Saski di mana?" tanya Aqeela.

"Biasalah," Aqeela mengangguk mengerti.

Ratu dan Aqeela berjalan beriringan sepanjang jalan di temani cerita-cerita absurd mereka.

***

Bell istirhat sudah berbunyi, keempat cewek itu sedang menikmati makan siang di kantin.

Rasyya yang memperhatikan Aqeela yang sedang makan terkekeh melihat Aqeela makan dengan lahapnya, hingga saat ini mereka belum juga bertegur sapa setelah masalah di Vila kemarin.

Rasyya mengakui sifatnya berlebihan namun ada alasan mengapa ia marah karena merasa di bohongi.

"PENGUMUMAN!
DI BERITAHU PADA SISWA YANG BERNAMA AQEELA AZA CALISTA AGAR SEGERA KE KANTOR KEPALA SEKOLAH, TERIMA KASIH."

Semua yang ada di kantin memandang ke arah meja di mana di sana ada Aqeela berada. Keheboan terjadi karena suara pengeras suara di kantin.

"Gue ke kesana dulu yah," ucap Aqeela langsung berdiri dan berjalan menuju ruang guru di temani ketiga sahabatnya meski ia sudah melarang merka.

Tok tok tok

"Masuk."

Aqeela membuka pintu dan masuk menuju meja kepala sekolah. Ia kaget di sana ada Ambar tantenya dengan wajah sembab, perasaan Aqeela dilanda kebingungan.

"Sayang sini," Ambar memanggil Aqeela untuk duduk di sampingnya.

"Ada apa tante?" tanya Aqeela bingun.

Ambar hanya tersenyum dengan air mata yang tiba-tiba mengucur deras. "Yang kuat yah sayang," Ambar meraih Aqeela ke dalam pelukannya.

Aqeela masih heran apa hal yang membawa saudara mamahnya ini datang ke sini dengan wajah sembab pula.

Aqeela menoleh ke arah kepala sekolahnya namun beliau hanya menggeleng pelan sebagai respon.

"Tante kenapa sih? Jangan buat Qeela khawatir dong." Rengek Aqeela yang pasrah dengan tantenya yang berusaha menahan tangis.

Ambar mengurai pelukannya, "Papah kamu kecelakaan dan nyawanya ngak bisa di selamatkan."

Dunia Aqeela seketika runtuh. Ia masih terdiam di tempatnya kakinya serasa berat untuk ia gerakkan begitupun juga mulutnya.

"Jangan bercanda tante." ucap Aqeela berusaha menangkal pernyataan tantenya.

"Orang rumah udah tel---- AQEELA!"

Ambar langsung pamit bergegas mengejar Aqeela di susul ketiga sahabatnya yang menunggunya di luar ruang kepala sekolah.

"QEELA AWAS!"

Bruk!

Terlambat...

Aqeela terpental jauh akibat senggolan mobil yang tidak bisa di hindari karena berlari tanpa melihat lalu lintas.

"REY TOLONG MOBIL GUE!" teriak Rasyya prustasi. Ia menangkup wajah Aqeela di pahanya.

"Syya? Tante Ambar bohong kan," racau Aqeela dengan air mata bercampur dengan darah.

"Za bertahan yah," Aqeela menggeleng dengan wajah lemahnya.

"SYYA MASUK MOBIL."

Rasyya langsung mengangkat Aqeela yang masih setengah sadar di bantu Ica dan tante Ambar.

"Nanti kita nyusul yah!" teriak Ica.

Rey melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit.

"Bertahan yang sayang," racau Rasyya berusaha untuk membuat Aqeela tetap sadar.

"Sabar yah Syya," tante Ambar mengusap punggung Rasyya, ia cukup dekat dengan pacar keponakannya itu.

Rassya terus berusaha untuk membuat Aqeela sadar. Air mata mengalir di pipinya ia tak bisa melihat orang yang dia sayang sakit dan terpuruk.

"SUSTER TOLONG!" teriakan Rey membuat Rasyya sadar bahwa mereka telah sampai.

Rasyya langsung turun dan menggendong Aqeela sampai di atas brangkar yang di dorong suster.

Aqeela di masukkan ke ruangan IGD. Rasyya, Ambar, dan Rey menunggu di luar.

***

Sedangkan di rumah Aqeela suasana duka menyelimuti keluarganya.

"Mas Bangun!" Amira--- mamah Aqeela tak berhenti meracau ia masih tidak menyangka suaminya akan berpulang secepat ini. Baru saja mereka menikmati pagi hari dengan bahagia.

"Sabar yah kak, ini semua sudah takdir Allah," Amira mengangguk pada kakak perempuan pertamanya.

"Ambar belum ada kabar kak?" mamah Aqeela bertanya lesu pasalnya adiknya itu sudah satu jam meninggalkan rumah untuk menjemput sang anak.

"Aku coba telpon lagi yah." Amira mengangguk lesu.

"Halo dek? Innalillahi.... yaudah kamu urus dulu yah.... iya..."

"Gimana kak?" Amira bertanya setelah kakanya itu duduk di sampingnya.

"Aqeela kecelakaan Mir," pernyataan itu membuat mamah Aqeela terdiam dan detik selanjutnya ia jatuh pingsan. Untuk kedua kalinya mamah Aqeela pingsan.

BERSAMAMU [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang