Panggilan video masih tersambung,
Rasyya dan Aqeela masih lanjut bercerita setelah masing-masing dari mereka sholat subuh."Yaudah aku tutup yah telponnya. Sampe ketemu di sekolah Rasyya," Rasyya balas melambakan tangan, setelah panggilan terputus, ia menaruh hpnya dan langsung menyambar handuk untuk segera mandi.
Setelah bersiap, ia turun ke meja makan dan langsung mencium pipi sang Bunda.
"Morning Bunda," sapanya lalu duduk di kursi meja makan.
"Morning sayang, Mau sarapan apa pagi ini?"
"Roti aja Bun." Rana mengangguk mengoles roti coklat untuk sang anak.
"Ceria banget muka kamu tuh, terus subuh tadi Bunda dengar kamu telponan sama siapa?" tanya Bundanya dengan nada mengejek.
"Ah Bunda bisa aja, itu privasi anak muda Bund."
"Kamu ini, nih rotinya jangan kelamaan makannya nanti telat."
"Ay ay captain!"
Rasyya kini sudah berada di parkiran sekolah, pagi ini ia memilih menggunakan mobil karena melihat cuaca yang tidak bersahabat.
Ia berjalan di lorong sekolah dengan santai, sesekali membalas sapaan dari adik kelasnya.
"HEH SYYA!"
Rasyya menoleh, di ujung lorong ada Gema, Ica, dan Rey. Ia lantas berlari menuju sahabatnya.
"Halo Brotha!" sapanya dengan senyum bahagianya.
"Roman-romanya ada yang balikan nih!" goda Gema.
"Diem lu jomblo!" balasnya tak mau kalah.
"Sombong banget bapak kawai kita ini," ejek Ica menampar bahu Rasyya pelan. Sedangkan Rasyya hanya tertawa menanggapi ledeka-ledekan temanya.
"Udah ah ayo ke kelas," ajaknya.
***
Suasana kantin begitu gaduh, mereka di bebaskan satu hari. Karena senin lusa mereka akan memulai ujian akhir sekolah.
Aqeela, Michi, dan Saski juga berada di kantin di ikuti Rasyya dan ketiga sahabatnya.
"Lo balikan yah Qeel?" tanya Saskia yang masih penasaran, sedari tadi Aqeela belum cerita apa-apa pada mereka.
Aqeela lebih dulu memandang Rasyya di depannya, "Iya," jawab Aqeela santai membuat yang ada di meja berseru heboh.
"Yeu, apa gue bilang kan!" seru Gema.
Rasyya dan Aqeela tertawa bersama.
***
Aqeela sedang berada di toilet, ia mengantar Saski yang ingin buang air kecil. "Eh Qeel udah lama banget kita ngak ke salon tau!" seru Saski yang sedang mencuci tangannya.
Aqeela yang sedang bercermin mengiyakan perkataan Sahabatnya. "Iya juga yah, besok deh senin kan kita bakalan ujian."
Saski yang mendengar itu mengangguk setuju. "Lo udah? Balik yuk."
Keduanya berjalan keluar, belum sempat Aqeela menapaki kaki di luar toilet. Tamparan mendadak mendarat di pipinya. Aqeela terhuyung dan dengan sigap Saskia membantunya.
"GILA LO YAH!?"
Aqeela menoleh, ia mengeryintakan dahi bingun. Kenapa bisa Alin di sini?
"Teman lo tuh yang gila! Dasar manusia muna!" Alin berniat mencakar wajah Aqeela namun lebih dulu di tahan oleh Saski.
"Sakit yah lo?" tanya Saskia emosi, ia masih menyembunyikan Aqeela di belakangnya. Untung saja toilet sedang sepi jadi tidak ada yang melihat perkelahian mereka.
"Halo Michi, lo ke toilet sekarang ajak Rasyya sekalian," ujar Saski setelah berhasil menelpon Michi.
Tiga menit kemudian, Michi datang di ikutu Rasyya dan para sahabatnya.
"AQEELA!" teriak Michi membuat ketiganya menoleh. Michi langsung meraih Aqeela ke dalam pelukannya.
"Kenapa Sas?" tanya Ica memperhatikan Alin yang masih berdiri dengan santai.
"Syya, amannin noh sahabat gila lo. Main nampar sahabat gue aja!" teriak Saskia tidak terima.
Semuanya terdiam, memandang Alin dengan raut wajah marah.
"Apa kalian semua? Sahabat lo aja tuh. Parasit!" teriak Alin tidak mau kalah.
"Sas kamu bawah Aqeela ke kelas yah," perintah Ica yang langsung di turut Saski. Ia mengajak Michi dan Aqeela ke kelas
mereka."EH TAKUT LO!? HAH PARASIT LO SEMUA!" teriakan Alin menggema di toilet. Namun tak diidahkan oleh ketinganya.
"ALIN!"
Alin seketika diam di bentak Rasyya.
"Apa? Lo mau marah juga sama gue?" tantangnya.
"Lo kenapa sih? Lo bukan Alin yang gue kenal dulu."
"Alin yang dulu udah hilang Syya, semua karena lo!" teriaknya meninju dada Rasyya.
Setelah itu Alin pergi meningglkan Rasyya dan ketiga sahabatnya.
"Syya? Lo ngak usah ngerasa bersalah," ujar Rey berusaha menenangkan Rasyya. Rasyya yang mendengar itu hanya mengangguk.
Ketiganya meninggalkan Rasyya yang mungkin saja masih butuh waktu untuk memikirkan apa yang sudah terjadi tadi.
Tindakan Alin memang sudah di luar batas, ia berani datang ke sekolah hanya untuk menemui Aqeela dan tak segan menamparnya.
"Maafin aku Za," racau Rasyya sendirian, ia terduduk diam menumpukkan kepalanya.
Sedangkan Aqeela masih berusaha di tenangkan oleh Michi. Mereka dapat melihat raut wajah Aqeela yang syok. Bekas tamparan Alin masih terasa di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSAMAMU [REVISI]
Teen FictionPict : Rio Motret Edit : By Canva Kembali untuk bersama...