BAB 22

530 65 5
                                    

Jangan lupa voteee nyaaaa.....



Rasyya sedang bersantai di rumahnya, Bundanya masih menemani Papahnya. Kini hanya dirinya sendiri karena pembantunya akan datang siang.

Hingga suara ketokan pintu membuatnya menoleh dari layar tv di depannya, tak ingin terganggu ia berdiri langsung membuka pintu.

"Alin?" ujarnya melihat siapa yang berdiri di depannya.

Rasyya memandang jam dinding di rumahnya, masih pukul 8 pagi.

"Kenapa?" tanyanya To the point.

"Gue mau ngomong," jawab Alin dengan raut wajah yang begitu murung.

"Masuk," Rasyya berjalan lebih dulu di susul Alin.

Keduanya duduk berjauhan, Rasyya sengaja mengambil jarak agar Alin tahu jika ia masih marah terkait insiden penamparan Aqeela.

"Syya gue minta maaf, benar-benar minta maaf."

Rasyya hanya terdiam, masih enggan untuk menanggapi Alin yang sudah menangis tersedu-sedu, sesekali ia harus memberikan pelajaran untuk sahabat kecilnya itu.

"Syya gue mohon, setelah ini gue bakal pergi jauh dari lo sama Aqeela, gue gak bakal ganggu Aqeela lagi."

Rasyya terdiam mendengar kata pergi dari Alin. Mau tidak mau ia menoleh yang membuat Alin tersenyum.

"Gue bakal ke Bandung ikut Papah, gue harap setelah gue pergi lo merasa beban yang selama ini yang lo tanggung hilang."

Rasyya menggeleng. "Lo bukan beban Lin. Gue cuma marah sama sikap lo yang ngak bisa ngotrol emosi."

Alin mengangguk mengakui itu, ia seperti ini karena cemburu dengan Aqeela yang dengan mudahnya mendapatkan hati Rasyya, sedangkan ia? Bagaimana pun usahanya ia tidak akan terlihat oleh Rasyya.

"Gue pamit yah," ujar Alin langsung berdiri.

"Lin!"

Rasyya meraih Alin kedalam pelukannya, ia dapat merasakan air mata Alin yang mengalir membasahi baju kaosnya, Rasyya mengusap rambut Alin berusaha menenangkannya.

"Udah yah, gue harap setelah ini lo bisa berubah dan cepat sembuh kembali."

Alin mengangguk dalam dekapan Rasyya. Sejujunya ia masih enggan melepaskan Rasyya, namun ia tidak boleh egois.

"Assalamualaikum, eh gue ganggu yah?"

Keduanya melepaskan pelukan, Rasyya langsung berlari keluar rumah mengejar Aqeela, namun nihil Aqeela sudah pergi dengan motornya.

Rasyya kembali masuk ke dalam rumahnya dengan wajah pasrah, Alin yang melihat itu segera berdiri. "Maaf yah Syya, gue ngak tahu Aqeela bakal ke sini,"  ucapnya merasa bersalah.

"Ngak apa-apa, lo ngak apa-apa di sini dulu kan? Gue mau ke rumah Aqeela."

Alin yang mendengar itu berusaha tegar, ia mengangguk, "yaudah sana, habis ini gue juga balik. Rencana nya sih mau ngajak lo buat nganter ke Bandara."

Rasyya mendongak, "sorry yah Lin, gue ngak bisa, gue pamit dulu. Lo hati-hati."

***

Di bawah guyuran hujan, Aqeela terus melajukan motornya. Tidak ada niat hanya untuk sekedar berteduh, ia hanya ingin segera pergi kemanapun ia bisa.

Aqeela berhenti di bawah pohon beringin di sekolahnya, tempat pertama kali nya ia bertemu dengan Rasyya, mengingat itu ia semakin sedih.

"Eh Aqeela yah?"

BERSAMAMU [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang