24

451 63 3
                                    

Kepulangannya ke Indonesia tidak membuat Rasyya bersemangat, semua jauh di laur ekspestasinya. Ternyata Papahnya turut mendorong pacar--- lebih tepatnya ia di paksa.

Seperti saat ini ai harus terjebak macet berdua dengan perempuan yang masih asyik bermain hp di sampingnya. Mereka sedang keluar untuk membeli makanan karena Rasyya yang belum mengisi kulkas di apartemennya.

"Syya, lo tau gak pertama kali ketemu di Paris gue benar-benar ngak nyangka ketemu lo lagi," Rasyya hanya berdehem menanggapi celotehan Alin. Ya Alin yang dulu sahabatnya kini merangkap menjadi pacarnya. Itu semua hanya karena hubungan kekeluargaan yang konyol.

"Lo marah yah gue, karna ikut ke Indonesia?"

Rasyya yang mendengar itu hanya menghela napas, "menurut lo? Gue juga ngak bisa ngelarang lo kan."

Alin terdiam mendengar kata-kata Rasyya, namum hal itu ia hiraukan. Karena orang yang selama ini ia suka menjadi miliknya seutuhnya.

Akhirnya mobil mereka sampai di salah satu restauran seafood sesuai requestsan Alin. Dan Rasyya hanya ikut saja.

***

Sepulangnya dari kampus, Aqeela singgah untuk membeli makanan titipan sang Mamah. Ia berjalan santai masuk ke dalam restoran.

"Ada yang bisa saya bantu mbak?"

Aqeela mendongak melihat-lihat menu, hingga pilihanya jatuh pada nasi goreng oseng udang dan nasi goreng cumi titipan mamahnya.

"Take away yah mbak," ujar Aqeela sembari mencari tempat untuk duduk.

"Aqeela?"

Merasa di panggil, Aqeela mendongak. Ia terdiam di tempat melihat siapa yang berdiri di depannya.

"Lo Aqeela kan? Hay!"

Aqeela hanya mengangguk membalas sapaan itu. Suaranya seakan hilang di telan entah kemana.

"Eh Soryy gue duluan, kayaknya pesanan gue udah selsai. Bye!" Aqeela langsung berlari menuju meja kasir, setelah membayar notanya ia langsung menyambar pesanannya dan menoleh ke arah dua orang yang sedang duduk berdua.

***

"Apa-apaan sih lo Lin?"

Alin yang mendengar itu mengernyitkan dahi seakan tidak tahu apa yang sudah ia perbuat?

"Apa sih Syya? Lo kenapa?"

Rasyya memejamkan matanya berusaha meredam amarahnya.

"Nih kunci, gue pulang duluan!"

Rasyya berlari keluar restauran, menulikan telinganya dari panggilan Alin. Ia kemudian menyamarkan larinya setelah sampai di parkiran.

Cowok berkulit putih itu mengedarkan penglihatannya. Mencari sosok yang selama ini ia tinggalkan tanpa sepata kata.

Drrtt~

Deringan hpnya membuat Rasyya merogoh saku jeansnya mencari benda persegi itu.

Rasyya menghela napas melihat nama Papahnya tertera di layar telponnya.

"Kenapa Pah?"

"..."

"Iya iya!"

Rasyya langsung mematikan panggilannya dan berlari kembali masuk ke dalam restauran. Dirinya dapat melihat senyum kemenangan di wajah Alin.

"Ngak jadi pulang Syya?"

Rasyya hanya berdehem menanggapinya.

***

Akhirnya cewek itu sampai di rumahnya, setelah memarkirkan motornya. Ia berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan gontai.

"Assalamualaikum Mah."

"Waalaikumsalam sayang, sini duduk."

Aqeela mengangguk turut duduk di samping Mamahnya. setelah menyimpan makanan di atas meja ruang tamu.

"Mamah ambil piring dulu yah," Amira berdiri berniat ke dapur.

"Mah Aqeela ke atas dulu yah."

"Ngak makan dulu?" tanya Mamahnya.

"Masih kenyang, makanan Aqeela di simpan dulu aja."

Amira mengangguk, lanjut berjalan menuju dapur. Sedangkan Aqeela langsung berlari menuju kamarnya.

Sudah sedari tadi ia menahan tangisnya, melihat orang yang meninggalakannya tanpa satu kata perpisahan. Aqeela bersandar di belakang pintunya masih dengan air matanya.

"Kenapa lo kembali Syya, setelah gue mulai ngelupain lo."

Aqeela terus meracau, rasa sakit di hatinya kembali muncul. Rasa yang sama yang dulu ia rasakan saat mendengar Rasyya pergi meninggalkan dirinya.

***

Sepulangnya dari restauran dan mengantar Alin ke hotel, meski Rasyya tau Alin sangat ingin tinggal di apartemennya namun Rasyya bersikeras tidak mengijinkannya.

Rasyya menelpon Rey dan Ica untuk ke unitnya, ia ingin berdiskusi tentang hubungannya dengan Aqeela.

Otak cerdasnya tidak dapat di ajak bekerja sama, setiap memikirkan tentang Aqeela maka ia akan menyalakan dirinya.

Akhirnya, orang yang cowok itu tunggu-tunggu akhirnya datang, mereka sudah mengajak Gema, namun Gema berasalan jika ia sibuk di kampusnya.

Setelah mempersilahkan Rey dan Ica duduk, Rasyya berjalan menuju dapur untuk mengambil minum dan sedikit camilan.

"Jadi gimana lo ketemu Aqeela di restauran?"

Tanya Rey penasaran, setelah Rasyya sudah duduk tenang. Yang di tanya hanya mengangguk.

"Yah, dan gue bisa liat kekecewaan di matanya."

"Lo ngak tau aja gimana Aqeela saat ia tahu lo ninggalin dia," ujar Ica menohok.

Rasyya yang mendengar itu terdiam, tak dapat ia bayangkan reaski gadis kecilnya. Kemudia ia menggeleng. Dirinya bukan orang yang tepat untuk gadis kecil yang periang.

"Gue ngak tau, takdir seakan-akan mau memperlihatkan seberapa brengseknya gue di depan Aqeela," ujar Rasyya putus asa.

BERSAMAMU [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang