Tiga tahun kemudian....
Aqeela Aza Calista, kini sedang di sibukkan dengan urusan kuliahnya. Beberapa tahun terakhir cewek itu menyibukkan diri dengan segala tugas kampus.
Hingga suara deringan ponsel membuatnya mengangkat pandangan dari benda berlipat di depannya.
"Ya Michi?"
"..."
"Duhhh gimana yahhh, emang sekarang lo di mana?"
"..."
"Hah? Gila lo bule! Udah ah gue mau lanjut nugas lagi, bye!"
"Ada-ada aja emang tuh bule," gerutunya tak habis pikir, yah Aqeela dan kedua sahabatnya masih berhubungan baik. Bahkan mereka masih sering saling menginap satu sama lain.
Melihat pelayan yang berjalan di sampingnya, Aqeela mengangkat tangannya, "Mas."
"Iya mbak ada yang bisa saya bantu?"
"Tolong hot coffe dan waffle coklat satu lagi," ujarnya.
"Baik mbak, mohon di tunggu."
Aqeela menoleh keluar, dirinya duduk di dekat jendela hingga dengan leluasa ia bisa melihat pemandangan dari lantai dua tempatnya mengerjakan tugas. Sudah tiga tahun ini, dan ia masih betah mengerjakan tugas di kafe ini. Sampai sebagian karyawan mengenal dirinya.
"Silahkan hot coffe dan waffle coklat." Aqeela memgangguk tak lupa mengucapkan terima kasih, hingga ia mendongak mengernyitkan dahi bingun. "Kenapa Mas?" tanyanya bingun.
"Bisa saya temenin?"
"Thanks, tapi ngak usah mas. Saya sudah mau selsai," ujarnya to the point tak ingin membuang waktu.
"Oh ya sudah," Aqeela hanya mengangguk tak ada niat memperpanjang pembicaraan mereka. Hingga suara sepatu berlalu dari meja yang ia tempati.
Aqeela merenggangkan otot-ototnya, tugasnya baru selesai satu jam lalu. Dapat di hitung sudah dua jam ia duduk di kafe ini. Bahkan hot coffe dan waffle yang tadi pesan sudah kandas.
Cewek itu memutar pandangan, kafe ini sudah ramai. Saatnya ia angkat kaki setelah membayar makananya dari aplikasi. Ini yang ia sukai dari kafe Mango selain karena desainnya yang elegang ia juga menyukai sistem pembayaran yang ada di kafe ini.
Setelah membereskan segala benda yang ada di atas meja, kecuali cangkir dan piringnya. Ia langsung berdiri menuju tangga untuk turun ke lantai satu
Kafe Mango memang memiliki dua lantai, lantai satu khusus untuk yang ingin nongkrong, sedangkan lantai dua di dekor khusus untuk mereka yang ingin mengerjakan tugas atau hanya sekedar menenangkan diri.
Aqeela mengendarai motornya dengan santai, suasana sore ini membuatnya sedikit tenang.
***
Kembali ke negara asal sudah menjadi planningnya kapan lalu, dan akkhirnya ia kembali setelah mengambil cuti kampus.
Pemandangan dari balkon kamarnya membuat ia betah duduk di sana. Ia dapat melihat banyak kendarannyang berlalu lalang.
Pemuda itu menyesap kopi yang sedari tadi ia lettakkan di depannya, hingga suara deringan ponsel membuatnya berdiri untuk mengambil hp nya.
"Halo Rey!"
"..."
"Ohiya, lo share lock aja."
"..."
"Ok."
Dirinya mengusap pelipisnya pusing, lalu kembali ke balkon kamar mengambil cangkir bekasnya. Setelah itu ia bersiap untuk bertemu sahabat lamanya.
Menempuh perjalanan lima belas menit, akhirnya ia sampai di kafe tempat mereka berkumpul. Ia berjalan masuk ke dalam kafe setelah memarkir mobilnya.
Suasana kafe sore ini cukup tenang, hanya ada beberapa pelanggan, dan ia menyukai interior kafe ini.
"Eh Rasyya!"
Yang di panggil menoleh, ia berdiri menyambut. Rey, Ica, Gema.
"Wihh makin ganteng aja lo!" ujar Gema histeris.
"Jyjay banget lo!"
Mereka tertawa, lalu duduk kembali.
"Gimana-gimana? Udah kecantol ama bule ngak?" tanya Ica yang di hadiah tawa keemaptnya.
"Yaudah lah Ca! Orang ganteng mah bebas!"
"Eh udah, ini mau pesan apa?"
"Apa aja deh."
"Yaudah gue pesan dulu."
Rey berdiri menuju meja khusus untuk memesan menu. Setelah itu Rey kembali duduk ke tempatnya.
"Lo udah ketemu Aqeela?"
Mendengar nama itu membuat Rasyya terdiam, nama itu menari-nari dalam otaknya. Rasanya ia tidak mampu untuk bertemu orang yang sudah ia tinggalkan tanpa kepastiaan.
Rey yang sadar akan omonganya langsung menggaruk tengkuknya, "sorry, gue ngak maksud."
Rasyya yang mendengar itu hanya menggeleng.
"Santai aja bro."
Keempat kembali larut dalam pembicaraan, sesekali bersendau gurau untuk melepas rindu. Hingga deringan ponsel Rasyya membuat semuanya diam.
"Gue angkat telpon dulu," Izinya di angguki semua.
Rasyya berdiri di pojok kafe.
"Kenapa?"
"..."
"Mau ke sini? Yaudah."
"..."
"Nanti aku share lock."
Rassya mematikan panggilannya dan berjalan kembali menuju sahabat-sahabatnya.
"Siapa Syya?" tanya Rey penasaran, yang di tanya hanya mengedikkan bahu acuh.
Rey yang melihat itu terdiam, sepertinya ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu. Karena tak ingin merusak suasana ia kembali larut dan mengesampingkan kecurigaannya.
***
Holaa thanks yang udah mau baca 🙏
Anddd thankss Rank 1 for #syaqeel ngak nyangka banget wkwkwk.
Makasih yang selalu meramaikan lapak ini 💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSAMAMU [REVISI]
Teen FictionPict : Rio Motret Edit : By Canva Kembali untuk bersama...