BAB 18

537 65 3
                                    

Terima kasih 1k pembacanya hahaha, sorry tapi aku senang banget 🙌🙏💕

Terima kasih 1k pembacanya hahaha, sorry tapi aku senang banget 🙌🙏💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pagi ini Aqeela baru mengetahui jika sang Mamah melaporkan masalah yang ia alami, dan dirinya tak bisa menahan, ia mengerti bagaiama khawatirnya sang Mamah pada dirinya.

"Mam, Aku berangkat yah!" teriaknya pada sang Mamah yang masih asyik di dapur.

"Iya sayang!"

Aqeela berjalan menuju garasi rumahnya mengambil motor kesayangannya.

Aqeela melajukan motornya dengan kecepatan standar, ia ingin menikmati pagi ini dengan suasana yang bersahabat.

Beres memarkir motornya, Aqeela berjalan riang menuju kelasnya tak kala membalasa sapaan dari adek kelasnya. Aqeela bersyukur kasusnya dengan Alin soal tamparan tak ada yang mengetahui.

"Pagi Anak kecil," sapa Jeje panggilan khasnya pada Aqeela.

"Pagi juga Jeje jelekkk," balas Aqeela tak mau kalah. Jeje yang mendengar itu hanya tertawa cekikikan.

"Morning Michi, Saski, eh Ratu mana?"

"Ngak masuk, dari kemarin tuh anak ngak ada kabar," jawab Saskia.

"Oalah, ohiya gue bawa bekal dari Mamah buat kalian."

Michi dan Saski bersorak heboh, "YIPPI, sini kebetulan gue ngak sarapan tadi."

Aqeela membuka tasnya mengeluarkan empat bekal, karena Ratu tidak hadir mau tidak mau ia memberikannya untuk Jeje dan Gema.

Mereka menikmati omelet buatan Amira dengan senang hati.

"Besok-besok bawain lagi yah Qeel!" teriak Jeje di pojok kelas.

"Yeuuu rugi dong Mamah gue!" sahut Michi membuat Jeje dan Gema mendelik tidak terima.

"Eh Guys itu depan rame banget!" Zidan ketua kelas mereka berteriak di depan pintu.

Aqeela dan yang lainnya langsung berlari menuju lapangan setelah Zidan memberitahu mereka.

"Loh Mamah?" tanyanya bingung, langsung berlari ke arah sang Mamah.

"Mam ini kenapa?" tanya Aqeela bingun melihat sekelilingnya.

"Ngak sayang, kami ikut Mamah ke Ruang guru yah, sekalian ajak teman-teman kamu," Aqeela mengangguk patuh lalu memanggil teman-temannya dan menyusul sang Mamah yang sudah berjalan lebih dulu.

Suasana di luar ruang guru baru kondusif setelah para murid di masukkan ke kelas masing-masing.

"Jada gini Pak Hilman. Terkait kasus yang dialami anak saya, saya ngak akan bawa ke jalur hukum asalakan mereka yang menjadi pelaku mendapat ganjarannya di sekolah?"

Pak Hilman selaku kepala sekolah hanya mengangguk diam.

"Teman anak saya punya bukti, di kantor polisi juga ada bukti pak."

Amira menoleh pada Rey, Rey yang mengerti mengeluarkan hpnya. Kembali memutar rekaman yang kemarin ia dapat.

"Jadi gimana pak?"

"Baik, saya akan bertindak. Kami akan memanggil orang tua mereka bertiga." Pak Hilman menunjuk tiga muridnya yang sudah duduk menunduk.

Sebelum masuk ke ruangan, Aqeela kaget melihat Ratu dan Alin ada di ruangan kepala sekolah dan tidak memakai baju seragam. Namun setelah mendengar penjelasan sang Mamah ia mulai mengerti.

Sejujurnya Aqeela kecewa, apa yang membuat mereka ingin mencelakai Aqeela. Dan Aqeela bersyukur Rasyya tidak ada di sini.

***

"DIAM LO! MAKSUD LO APA HAH CELAKAIN AQEELA!???" teriak Rasyya marah, ia baru mengetahu hal ini sebelum ia berangkat ke sekolah, pagi tadi Ica dan Rey datang ke rumahnya menjelaskan semuanya.

"GUE IRI SAMA LO, LO BISA DAPATIN APA YANG LO MAU SEDANGKAN GUE!!??? PAPAH NGAK PERNAH PEDULI SAMA GUE!"

Mereka semua terkejut mendengar Jeje menerikkan kata Papah di depan Rasyya.

"APA-APAAN INI!" Pak Hilam dan Bu Keti langsung datang merelai mereka berdua. Dapat di lihat kondisi Jeje yang sudah babak belur. Dan luka sobekan di bibir Rasyya.

"Syya? Lo ngak apa-apa?" tanya Aqeela khawatir.

Rasyya menyugar rambutnya yang penuh keringat, "gue ngak apa-apa, maafin gue Za. Ngak bisa jagain lo," ucap Rasyya parau dengan wajah menunduk. Aqeela menggeleng dan langsung meraih Rasyya kedalam pelukannya.

"Ngak lo ngak salah," Aqeela menepuk punggung Rasyya mencoba menenangkannya.

***

Masalah selesai. Ratu, Alin, dan Jeje di keluarkan dari sekolah. Sejujurnya Aqeela tidak tega melihat sahabatnya harus di keluarkan dari sekolah. Namun menurut Kepala Sekolah itu sudah keputusan yang tepat.

Rasyya : bisa ketemu ngk?

Aqeela : kenapa?

Rasyya : gue jemput. Gih siap-siap.

Aqeela mengela napas pasrah, namun ia tetap mempersiapkan dirinya. Hati dan tindakannya memang tak pernah sejalan.

BERSAMAMU [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang