Aqeela bersimpuh di atas gundukan tanah yang masih basah. ia tak kuasa menahan tangisannya, Papahnya sudah pergi meningglkannya bersama sang Mamah.
Setelah sadar dari pengaruh obat di rumah sakit Aqeela langsung bangun meminta untuk di antar oleh Rasyya yang dari kemarin menjaganya. Untung saja hanya ada luka kecil di dahi Aqeela dan tidak berakibat fatal.
"Pah maafin Qeela Pah," Aqeela terus meracau, di pemakaman hanya tinggal dirinya dan Rasyya sedangkan para sahabatnya sudah kembali ke mobil memberi waktu untuk Aqeela.
Rasyya meraih Aqeela kedalam pelukannya berusaha menenangkan sang mantan.
"Kamu pasti kuat ada Aku, mamah, dan sahabat-sahabat kita."
Aqeela masih menangis ia hanya mengangguk menanggapi pernyataan Rasyya.
"Kita pulang yah, mau hujan nih."
Aqeela berdiri di bantu Rasyya. Biar bagaimana pun. Keadaan Aqeela belum sepenuhnya stabil.
***
Sudah satu minggu setelah kepergian sang papah dan sudah satu minggu juga Aqeela berdiam diri di kamar ia hanya akan keluar untuk sekedar minum dan makan itu pun harus di paksa oleh Mamahnya.
"Sayang makan dulu yuk."
"Queen? Ayo sayang makan dulu."
Aqeela pasrah ia tidak mau Mamahnya bersedih hanya karena dirinya. Ia tidak boleh egois.
"Iya mah," Aqeela membuka pintu kamarnya dan langsung mengurai kepelukan sang mamah.
"Udah yah, kita makan dulu kamu belum makan dari tadi." Aqeela mengangguk dan berjalan mengikuti mamahnya berjalan menuju meja makan.
Suasana rumah sudah hening para kerabat sudah pulang kemarin. Termasuk Ambar dan Anita sudara Mamahnya.
"Mah?" panggil Aqeela memanggil sang Mamah yang sedari tadi diam melamun.
"Ya sayang? Mau nambah?"
"Mamah jangan ngelamun."
Amira tersenyum dan mengangguk ia langsung memakan makanannya.
Hingga suara bell menghentikan aktivitas mereka berdua.
"Aku aja mah," setelah itu Aqeela berjalan menuju pintu rumahnya.
"Yah sebentar."
Aqeela membuka pintu rumahnya dan terkejut dengan kedatangan sahabatnya dan juga Rasyya mantannya.
"Kalian?" tanyanya kaget.
"Kita mau bermalam buat ngehibur lu," seru Ratu di angguki semuanya.
"Yaudah masuk dulu, kalian udah makan?"
"Udah, Mamah mana?" tanya Michi. Sahabat-sahabat Aqeela memang memanggil Amira Mamah seperti Aqeela.
"Lagi makan, kalian duduk dulu yah," serunya lalu berjalan menuju ruang tengah dimana dapur berada di ikuti Michi, Saskia dan Ratu.
"Mama!" teriak Michi meraih pelukan Amira.
"Halo sayang, udah makan kalian?"
"Udah Mah," jawab mereka serempak yang membuat Amira tertawa.
"Yaudah kita ke ruang tamu yuk," ajaknya, meninggalkan Aqeela yang sedang membuat minuman bersama Bi Inem.
Aqeela tersenyummendengar tawa Mamahnya ia bahagia dan bersyukur memiliki teman yang memiliki rasa solidaritas yang tinggi.
"Minuman datang!" seru Aqeela yang di sambut sorakan Jeje dan Gema, yang lainnya hanya tertawa melihat tingkah keduanya.
"Yaudah kalian lanjut dulu yah, tante mau ke kamar istirahat."
"Iya tante makasih udah di ijinin nginap," itu Rey yang berbicara.
"Sama-sama, justru tante yang harus berterima kasih, yaudah tante naik dulu yah."
Amira pamit meninggalkan para remaja unuk menikmati malam bersama-sama.
"Eh Qeel tau ngak siapa yang punya ide ngajak bermalam?" tanya Ica sembari memandang Rasyya usil. Sedangkan Aqeela hanya menggeleng polos.
"Mantan tersayang dong, yah ngak guys?"
"YOI DONG!" semuanya tertawa melihat Rasyya yang salah tingkah.
"Makasih yah Syya."
"Rasyya aja nih?" goda Ratu.
"Kalian juga makasih banyak."
Setelah itu mereka larut pada pembiacaraan yang tak ada habisnya hingga tak sadar jika Rasyya sudah membawa Aqeela ke depan halaman rumah Aqeela.
"Kenapa Syya?" tanya Aqeela setelah mereka duduk di rumput yang di buat khusus oleh almarhum ayahnya.
Rasyya yang di tanya hanya tersenyum lalu berbaring di samping Aqeela.
Malam ini bulan bersinar terang di iringi gemerlap bintang yang berjejer. Sedangkan Aqeela masih setia duduk sembari mendongak ke atas.
"Pasti Papah bangga punya anak sekuat lo Za," Aqeela menoleh pada Rasyya seakan bertanya maksud dari ucapannya.
"Iya, ngak akan ada yang bisa dan siap untuk di tinggalkan." Aqeela mengangguk, ia mengerti kode untuk ikut berbaring di samping Rasyya dengan tangan Rasyya sebagai bantal.
"Alin gimana?" tanya Aqeela, ia merasakan tangan Rasyya yang menggeggam jarinya.
"Baik," jawab Rasyya singkat.
"Lo suka sama dia?" Aqeela menoleh untuk memandang wajah orang yang dulu setia menemaninya.
Rasyya menoleh, "iya." jawab Rasyya yang membuat Aqeela memalingkan wajah.
Rasyya yang melihat itu hanya terkekeh. "Yes bestfriend no girlfriend." lanjutnya, Rasyya dapat melihat semburat merah di pipih Aqeela.
"Ihh Syya jangan ngeliatin gitu ah malu," Aqeela menangkup wajah nya yang membuat Rasyya gemas dan langsung mengusap pelan rambut Aqeela.
"HEH LO BERDUA!" teriakan itu membuat keduanya langsung terbangun dan melihat Jeje dan Gema yang berdiri bersedekap dada.
Aqeela langsung menutup wajahnya malu sedangka Rasyya berdecih, lagi dan lagi ia gagal untuk mengutarakan maaf dan mengajak Aqeela balikan
"Apa sih woe!" seru Rasyya sewot.
"Lo ngapain berudaan di sini ngak baik yang ketinganya pasti setan."
"LO SETANYA!" teriakan itu membuat Aqeela tertawa dan langsung pamit ke dalam.
***
Setelah kejadian semalam kedekatan Aqeela dan Rasyya semakin dekat, seperti pagi ini Rasyya datang menjemput Aqeela di rumahnya.
"Hati-hati ya Syya bawah anak Mamah," Aqeela tertawa mendengarnya, sedangkan Rasyya memberi hormat yang membuat Amira tertawa.
Di dalam mobil Rasyya terus mengandeng tangan Aqeela.
"Lepas Syya nanti nabrak loh," Aqeela meminta untuk di lepaskan tangannya namun Rasyya hanya menganggapnya sebagai angin lalu.
"Syya ihh," rengek Aqeela membuat Rasyya gemas sendiri.
"Apa sih sayang, hm?"
Aqeela terpaku mendengar kalimt sayang keluar dari mulut Aqeela.
"Za balikan yuk," lagi Aqeela terdiam Rasyya mengajaknya balikan sama seperti anak kecil yang mengajaknya membeli permen.
Sejujurnya Aqeela ingin langsung mengiyakan namun hatinya memberontak. Ia tak ingin kejadian kemarin terulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSAMAMU [REVISI]
Fiksi RemajaPict : Rio Motret Edit : By Canva Kembali untuk bersama...